DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam
bahasa Arab, sastra disebut adab. Bentuk jamak
( plural)-nya adalah adab, secara leksikal, kata adab selain berarti
sastra, juga berarti etika atau sopan santun. Tata cara, filologi, kemanusiaan,
kultur, dan ilmu humaniora. Dalam bahasa indonesia, kata adab ini diserap bukan
dengan makna sastra , tetapi sopan santun , budi bahasa dan kebudayaan,
kemajuan atau kecerdasan. Makna adab dalam arti sopan santun dalam bahasa indonesia diambil dari buku-buku keagamaan
seperti buku – buku imam al-Ghazali atau semisal buku kumpulan hadis bulug
al-maram, karya ibnu Hajar al-Asqalani. Banyaknya makna leksikal adab dalam
bahasa arab di atas bisa dipahami , karena dalam sejarah kebahasaaan arab, makna
adab mengalami perkembangan dari satu masa ke masa yang lain. Pada masa
jahiliyah ( Pra- Islam) atau sejak
sekitar 150 tahun sebelum Nabi Muhammad
lahir ( 571M ) kata adab disamping
berakhlak baik ( sopan santun), juga berarti mengajak makan. Kata ini
sudah jarang digunakan, kecuali kata ma’dubah, dari akar kata yang sama, berarti jamuan atau hidangan. Makna adab dalam arti
mengajak makan ini dilihat bangsa arab sebagai representasi akhlak baik sebuah
sikap yang menjadi tradisi.[1]
Menurut A Teuw Sastra adalah sebuah ciptaan / karya
seorang seniman[2]. Menurut teeuw sastra
berasal dari bahasa sangsekerta yaitu ”sas”
berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk/ intruksi sedangkan “tra” berarti alat atau sarana, jadi secara leksikal sastra berarti kumpulan
alat untuk mengajar, buku petunjuk atau
buku pengajaran yang baik.[3]Karya sastra adalah sebuah struktur yang
sangat kompleks. Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah ekspresi kehidupan manusia yang
tidak lepas dari akar masyarakatnya. Kendati demikian, sastra tetap diakui sebagai sebuah ilusi atau
khayalan dari kenyataan.Sastra tidak akan semata-mata menyodorkan fakta secara
mentah. Sastra bukan sekedar tiruan kenyataan melainkan kenyataan yang telah
ditafsirkan. Kenyataan tersebut bukan berupa jiplakan yang kasar, melainkan sebuah refleksi halus dan estetis.[4]
Dalam
arti kesusastraan adab ( sastra) terbagi ke dalam dua bagian besar: al adab al wasfi
( sastra non imajinatif) dan al adab al – insya’i ( sastra imajinatif ) . al
adab al-wasfi sering disebut juga dengan al-ulum al-adabiyyah. Al adab al-wasfi
terdiri dari tiga bagian yaitu sejarah sastra ( tarikh adab), kritik sastra (
naqd al-adab), dan teori sastra ( nazariyah al-adab). Kritik sastra adalah
bagian dari sastra non imajinatif yang membicarakan pemahaman, penghayatan,
penafsiran , dan penilaian terhadap karya sastra. Teori sastra membicarakan
pengertian-pengertian dasar tentang sastra, unsur-unsur yang membangun karya
sastra, jenis-jenis sastra, dan perkembangannyaserta kerangka pemikiran
para pakar tentang apa yang mereka
namakan sastra dan cara mengkajinya. Adapun sejarah sastra memperlihatkan perkembangan karya sastra
secara kontinuitas dan perubahan sastra sepanjang sejarah, tokoh –tokoh, dan
ciri- ciri dari masing- masing tahap perkembangan tersebut. [5]
Menurut
sukron kamil dalam bukunya teori kritik sastra arab klasik dan modern mendifinisikan bahwasanya
sastra imajinatif ( al-adab al-insyai ) adalah ekspresi bahasa yang indah dalam
bentuk puisi , prosa , atau drama yang
menggunakan gaya bahasa yang berbeda dari gaya bahasa biasa, karena mengandung
aspek estetika bentuk makna ( memuat
rasa , imajinasi , dan pikiran ) , sehingga mempengaruhi hasil karya
sastra terutama rasa, pikiran pembaca
atau pendengar dan kekuatan isi yang mana mengajak pada hal- hal etis. Sastra mengandung aspek estetika makna, baik dalam arti imajinasi rasa, dan juga pikiran ( filsafat).
Sebuah karya sastra yang tidak memiliki aspek rasa dan pikiran dianggap rendah.
Ada beberapa hasil karya sastra yang mengesampikan dua aspek tersebut karna
pengerang menciptakannya lebih ditujukan
untuk memenuhi tuntutan pasar kelas sosial menengah ke bawah saja, karya
ini sering disebut dengan karya sastra populer.[6]
Sastra
merupakan hasil ciptaan manusia. Hubungan
masyarakat dan sastra merupakan hubungan struktural, bukan artifisial, bukan juga arbitrer.[7]
Selain itu karya sastra membangun dunia melalui kata-kata sebab kata-kata
memiliki energi, melalui energi itulah
terbentuk citra tentang dunia tertentu,
sebagai dunia yang baru.[8] Sastra merupakan cerminan masyarakat. Melalui karya
sastra, seorang pengarang mengungkapkan
problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya..[9]
Secara umum al adab alinsyai dibagi menjadi 3
bagian yaitu puisi (as-syi’ir), prosa (nasr), dan drama (al-masrahiyyah). Kendati sastra imajinatif
dan sastra non imajinatif sama- sama sastra, tetapi menurut sukron kamil dalam bukunya teori kritik
sastra arab klasik dan modern keduanya memiliki beberapa sisi perbedaan.
Diantaranya adalah pertama, meskipun dalam
membaca dan memproduksi al-adab al wasfi
( sastra non imajinatif ) membutyuhkan unsur rasa dan imajinasi , tetapi dua
hal ini didalamnya lebih kecil dibandingkan pada al- adab al-insyai ( sastra
imajinatif) Kedua al-adab al- insyai
menjelaskan realitas secara langsung
dan bersifat subjektif, sementara al – adab al-wasfi menjelaskan realita
secara tidak langsung, karena yang dibahas adalah realutas yang ada pada al
adab al-insya’i dan harus bersifat
objektif (positivistik), meski dalam karya sastra yang bukan fantastik
( tidak logis), seperti pada karya realis , harus juga dirujuk pada realitas di
luar karya sastra ( kebenaran eksternalnya) juga.[10]
Secara
bahasa , nasr berarti prosa , sebuah kata yang merupakan kebalikan dari kata
syi’ir ( puisi). Secara umum nasr atau prosa dibagi ke dalam tiga bagian: nasr
korespondensi resmi kenegaraan atau lainnya , nasr yang ada dalam buku-buku
ilmiah dan media cetak, dan nasr sastra, yang membedakan antara nasr media
cetak dan prosa sastra adalah pada dominannya unsur sastra. Karena itu, banyak karya-karya sastra abad
pertengahan yang menggunakan gaya bahasa saja’.[11]
Secara
umum nasr adabi terbagi kedalam dua kategori yaitu prosa imajinatif dan prosa
non imajinatif . prosa sastra non
imajinatif adalah prosa yang membahas
tentang sastra, tetapi tidak merupakan hasil imajinasi. Dalam tradisi sastra arab, prosa sastra non
imajinatif disebut dengan al-adab al-wasfi ( sastra deskriptif ) atau ilmu sastra ( al – ulum al-adabiyyah). Sastra non imajinatif terdiri dari tiga bagian yaitu sejarah
sastra, kritik sastra dan teori sastra. Kritik sastra adalah bagian dari sastra non imajinatif yang memperbincangkan tentang pemahaman ,
penghayatan, penafsiran dan penilaian terhadap karya sastra. Teori sastra adalah bagian sastra non
imajinatif yang membicarakan pengertian
– pengertiandasar tentang sastra, unsur-unsur yang membangun karya sastra,
jenis-jenis sastra, dan perkembangan serta kerangka pemikiran para pakar
tentang apa yang dinamakan sasatra. Sedangkan sejarah sastra ialah bagian
sastra non imajinatif yang memperlihatkan perkembangan karya sastra,
tokoh-tokohnya dan ciri-ciri dari masing-masing tahap perkembangan .[12]
Jenis sastra imajinatif adalah fiksi atau cerita
rekaan yang bobot khayalinya lebih besar daripada cerita dalam biografi,
otobiografi, sejarah atau memoar yang mendasarkan dirinya pada fakta atau
realitas. Jenis prosa fiksi ini , baik dala sastra arab modern terbagi
kedalam tiga genre yakni novel atau roman ( riwayah/hikayah/qissah), dan
novelette ( uqusiyah), dan drama ( masrahiyyah ) ketiga genre tersebut
sebenarnya memiliki unsure-unsur fiksi yang sama, hanya takaran unsur-unsurnya
berbeda dan tujuan penulisannya pun berbeda pula.[13]
LIAT KOMPUTER ASEP
Menurut Nurgiyantoro Novel dalam bahasa inggris disebut novel, dalam bahasa itali disebut novella dan dalam bahasa jerman disebut novelle, [14] dari ketiga pengertian diatas mengandung makna yang
sama dalam istilah
indonesia novelet yang berarti sebuah karya fiksi. Novel
merupakan karya fiksi yang
menawarkan sebuah dunia, .[15] dari beberapa pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa novel adalah
karangan yang panjang yang berbentuk prosa dan mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak
dan sifat setiap pelaku.
Novel ( Riwayah) dapat dibagi menjadi tiga golongan,
yakni novel percintaan, novel petualangan, dan novel fantasi. Novel percintaan
melibatkan peranan tokoh wanita dan pria secara imbang, bahkan kadang- kadang
peranan wanita lebih dominan. Dam]lam jenis novel ini, hamper semua tema
digarap. Sebagian besar novel termasuk jenis novel ini. Novel Laila Majnun yang
lahir pada masa bani umayyah, tetapi ditulis oleh Syaikh Nizam 1188. Novel
Majdulun al-Manfaluti dan zuqaq Midaq Najib Mahfuz pada masa modern bias
dikategorikan novel jenis ini.
Novel petualangan sedikit sekali memasukkan peranan
wanita. Jika wanita disebut dalam novel jenis ini, penggambarannya hamper
stereotip dan kurang berperan. Jenis novel petualangan adalah bacaan kaum pria
karena tokoh-tokoh didalamna prria dan dengan sendirrinya melibatkan banyak
masalah dunia lelaki yang tidak ada
hubungannya dengan wanita. Meskipun dalam jenis novel petualangan ini sering
ada percintaan, tetapi hanya bersifat sampingan belaka. Artinya , novel itu
tidak semata-mata berbicara persoalan cinta. Novel serial aulad Hartina (
Anak-anak kampong kami) Najib Mahfuz.
Novel fantasi berbicara tentang hal-hal yang tidak
realistis dan serba tidak mungkin dilihat dari pengalaman sehari-hari. Novel
jenis ini mempergunakan karakter yang tidak realistis , setting dan plot yang
juga tidak wajar untuk menyampaikan ide-ide penulis. Jenis novel ini
mementingkan ide, konsep, dan gagasan sastrawannya yang hanya dapat jelas
ketika diutaeakan dalam bentuk fantastic, artinya menyalahi hukum empiris, hukum pengalaman sehari-hari. Conto
novel fantasi adalah kalilah wa dimnah karya ibnu muqaffa yang mengungkapkan simbolik binatang.
Jika
berbicara tentang kaitan antara sastra
dan masyarakat maka sudah pasti
persoalan manusia itu banyak sekali yang dibahas di dalam novel, sebagai gambaran dari perbuatan atau
kehidupan sosial masyarakat sehari-hari. Novel merupakan salah satu bentuk
karya sastra. Jhonson mengatakan bahwa novel mempresentasikan suatu gambaran
yang jauh lebih realistik mengenai kehidupan sosial. Ruang lingkup novel sangat
memungkinkan untuk melukiskan situasi lewat kejadian atau peristiwa yang
dijalin oleh pengarang atau melalui tokoh-tokohnya.[16]
Salah satu novel yang membicarakan tentang
sosial adalah novel Imarat Ya’qubyan, alasan penulis menganalisis novel ini karena penulis novel terebut yaitu Alaa al Aswany merupakan seorang novelis yang juga
berprofesi sebagai dokter gigi sekaligus politikus yang lahir di mesir pada
tahun 1957. Alaa al-Aswany mendapatkan penghargaan sebagai 500 orang muslim paling berpengaruh didunia. tempat praktik pertamanya terletak di apartemen
yacoubian. Novel Imarat Ya’qubyan merupakan
novel keduanya setelah Chicago, yang telah di
filmkan pada tahun 2006 dan telah diputar diberbagai festival film
internasional terkemuka, termasuk di
jerman dan prancis sudah diterjemahkan
kedalam 20 bahasa diantaranya yaitu Inggris, Prancis, Italia,
Spanyol, Jerman, Belanda, Swedia,
Turki, Indonesia dan sebagainya. Novel Apartemen Yacoubian merupakan novel terjemahan
bahasa arab yang berjudul “Imarat
Ya’qubyan” sebuah novel yang berlatarkan sebuah kota bernama kairo, mesir,
menceritakan kehidupan para
penghuni sebuah apartemen di sudut kota
kairo. Selain kepawaian penulis mengajak
para pembaca untuk hanyut dalam hiruk pikuk kota mesir yang penuh dengan
tangan-tangan nakal. Novel ini juga menceritakan tentang perjuangan wanita –
wanita mesir dalam melawan kemiskinan.
Novel ini
mempunyai latar penghuni Apartemen Yacoubian akan tetapi didalam
penulisannya sang penulis menghadirkan berbagai cerita yang kemudian berkembang
dan saling berkaitan. Dari penggalan kata-kata
diatas, novel tersebut memliliki unsur-unsur yang penting dan menarik untuk
diteliti, diantaranya yaitu mengenai
kehidupan wanita mesir yang bergulat dengan kemiskinan akibat revolusi mesir yang memaksa wanita- wanita
tersebut mengambil langkah langkah praktis untuk meenghasilkan pundi-pundi
rupiah.
Pentingnya mengkaji pengaruh kemiskinan terhadap
kehidupan wanita Mesir dalam novel Imarat Ya’qubyan adalah karena dalam
novel ini banyak sekali
terkandung masalah-masalah sosial yang meliputi masalah social, perzinahan dan masih banyak
permasalahan- permasalahn yang dialami kaum wanita mesir akibat kemiskinan..[17]penulis
mencoba mengungkapkan pengaruh
kemiskinan terhadap kehidupan wanita Mesir
yang terdapat dalam novel Imarat Ya’qubyan
dengan menggunakan kajian sastra feminis.
Oleh karena itu judul daripenelitianini
adalah
“ Pengaruh
Kemiskinan Terhadap Perempuan Mesir : Kajian Sastra Feminis
Terhadap Novel “Imarat
Ya’qubyan “ Karya Alaa Al- Aswany”
B. .
RUMUSAN MASALAH
Penelitian ini dititik beratkan pada Pengaruh Kemiskinan Terhadap
Perempuan Mesir : Kajian Sastra Feminis Terhadap Novel “Imarat Ya’qubyan Karya
Alaa Al- Aswany Agar penelitian ini lebih fokus dan
terarah, maka akan dirumuskan masalah
pokok penelitian yang berkisar pada hal-hal sebagai berikut:
1. Bagaimana kehidupan wanita
mesir yang terkandung dalam novel Imarat
Ya’qubyan ?
2.
Bagaimana kehidupan
ekonomi wanita mesir yang
terkandung dalam novel Imarat Ya’qubyan ?
3. bagaimana pengaruh kemiskinan terhadap perempuan mesir yang terkandung dalam novel imarat
ya’qubyan
C.
TUJUAN
DAN KEGUNAAN PENELITIAN
Tujuan
utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menggambarkan dan menguraikan tentang
kehidupan wanita yang terkandung dalam novel Imarat
Ya’qubyan
2. Untuk menggambarkan dan menguraikan kehidupan
ekonomi yang terkandung dalam novel Imarat
Ya’qubyan
3. Untuk menggambarkan dan menguraikan pengaruh kemiskinan terhadap perempuan mesir yang terkandung dalam novel Imarat Ya’qubyan
4. Memberikan gambaran tentang penelitian skripsi
dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra
Manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
Novel Imarat Ya’qubyan merupakan
novel yang di tulis oleh seorang sastrawan terkenal mesir yaitu Alaa al Aswany yang
merupakan novel Internasional best seller. Dengan memperoleh anugrah bestseller
dari seluruh dunia sudah pasti novel ini merupakan novel yang sangat menarik
ditinjau dari berbagai sisi. Karena alasan itulah penulis mencoba menelitinya.
Dengan demikian penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan
bahasa dan sastra khususnya, dan masukan
yang memadai dan representative dalam khazanah budaya bangsa timur tengah
b. Manfaat praktis
1.
Memperkaya pengkajian dan pengapresian karya sastra khususnya yang
berbahasa arab.
2.
Memberikan informasi kepada pembaca tentang nilai-nilai sosial yang
terkandung dalam novel Imarat Ya’qubyan.
3.
Ikut
berpartisipasi dalam mengatasi kekurangan literatur yang membahas sosiologi
sastra dalam karya sastra berbentuk kisah/novel.
4.
Sebagai sumbangan
pemikiran pada masyarakat, khususnya
masyarakat akademik yang memiliki minat memperdalam ilmu sosiologi sastra dan
pengaplikasiannya dalam karya sastra.
Tinjauan pustaka
Setelah penulis mencari di
perpustakaan maupun media online penulis belum menemukan sebuah penelitian baik
itu skripsi, tesis dsb yang menganalisis tentang novel Imarat Ya’qubyan akan tetapi penulis menemukanbeberapa kajian yang
menggunakan pendekatan ilmu sosiologi sastra diantaranya yaitu :
Pertama merupakan
penelitian Andrey Pranata tahun 2009
yang merupakan mahasiswa jurusan sastra arab Universitas Sumatra utara yang
berjudul Novel Orang - orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi
Sastradalam penelitian ini, penulis
menggunakan teori sosiologi sastra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan metode membaca heuristik dan hermeneutik kelebihan dari skripsi ini adalah penulis
mengungkapkan bagian penting dalam tubuh novel orang-orang proyek yaitu:
latar, alur, penokohan,
dan tema. Sehingga penulis menguraikan kejadian-kejadian dengan sangat
lugas dan jelas. Sedangkan kelemahannya adalah penulis lebihmenitik beratkan
pada analisis struktural dibandingkan nilai sosialnya.[18]
Kedua yaitu sebuah karya ilmiah berupa skripsi yang ditulis oleh amraini
sihotang tahun 2009 yang berjudul Analisis Konflik Sosial Dalam Novel Ma
Wara’a Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra ) kelebihan
skripsi ini penulis membagi sebuah konflik kedalam 4 jenis dan menjelaskannya
secara lugas dan semua tokoh didalam novel tersebut yang mengambil andil.[19]
Ketiga Rahmat
Kurnia 2003“Ideologi Politik Islam Dalam
Novel Gadis Jakarta Karya Najib Kaelani ( Study Sosiologi Sastra)”. Metode
yang digunakan yaitu analisis isi dan tujuannya adalah mengetahui ideologi
politik islam dengan menelusuri motif alasan munculnya peristiwa dalam teks.
Keempat Muhammad Aji Ahdian “
Al-Ajnihah Al Mutakassirah Karya Khalil Gibran (Kajian Sosiologi Satra)”
tahun 2007. Dalam penelitian ini penulis menggunakan kajian pustaka,
identifikasi dan deskriptif dengan pendekatan sosiologi satra. skripsi ini
bertujuan untuk mengetahui faktor -faktor dan hubungan antara novel dan
penulis.
Kelima Engkin Fatimah 2007 “Budaya Partiaki Dalam Novel Perempuan Di Titik Nol karya Nawal el -
Sadawi (Kajian Sosiologi Satra)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
budaya patriaki dan faktor pembentukannya. Metode yang digunakan adalah metode
analisis isi
D.
KAJIAN TEORI
E.
SISTEMATIKA
PENULISAN
BAB II
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kamil sukron, “teori kritik sastra arab klasik dan modern “,
Jakarta: Rajawali pers, 2009
Hal
2-
3
[2] Jan Van Luxemburg Dkk, Pengantar Ilmu Sastra, Terjemahan Oleh Dick Hartono, Jakarta, Gramedia, 1992 Cet Vi. Hal 3-5
[3]Nyoman Kutha Ratna, 2010.Sastra Dan Cultural Studies”Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.Hal 4
[4]A. Teeuw. 1984. Sastra Dan Ilmu Sastra Pengantar
Teori Sastra. Pustaka Jaya: Jakarta, H.100
[5] Kamil sukron, “teori kritik sastra arab klasik dan modern “,
Jakarta: Rajawali pers, 2009 hal 5-6
[6] Kamil sukron, “teori kritik sastra arab klasik dan modern “,
Jakarta: Rajawali pers, 2009 Hal 6
[7]Nyoman Kutha Ratna, 2010.Sastra Dan Cultural Studies”Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.Hal 292
[8]. Nyoman Kutha Ratna, 2010.Sastra Dan Cultural Studies”Yogyakarta:Pustaka
Pelajar Hal 15
[9]Nyoman Kutha Ratna,
2011 “Paradigma Sosiologi Sastra” Yogyakarta:Pustaka Pelajar.Hal
11
[10] Kamil sukron, “teori kritik sastra arab klasik dan modern “,
Jakarta: Rajawali pers, 2009 Hal 7
[11] Kamil sukron, “teori kritik sastra arab klasik dan modern “,
Jakarta: Rajawali pers, 2009 Hal 36-37
[12] Kamil sukron, “teori kritik sastra arab klasik dan modern “,
Jakarta: Rajawali pers, 2009 Hal 39-40
[13] Kamil sukron, “teori kritik sastra arab klasik dan modern “,
Jakarta: Rajawali pers, 2009 Hal 40-41
[14]Burhannurgiyantoro, Teoripengkajianfiksi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
2010, Cet Viii, Hal.9
[15]Burhan nurgiyantoro, Teori
pengkajian fiksi, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 2010, Cet
Viii, Hal 4
[16]Faruk. 2010. Pengantar Sosiologi Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Edisi Revisi. Hal 45-46
[17]Muhardi, Hasanuddin W. S..2006” Prosedur Analisis Fiksi: Kajian Strukturalisme” Jakarta Citra
Budaya Indonesia, Hal 15
[18]Http://Repository.Usu.Ac.Id/Handle/123456789/13458 Selasa 20november 2012 Jam 14 : 31
[19]Http://Repository.Usu.Ac.Id/Handle/123456789/13342selasa 20november 2012 Jam 14:31
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
0 komentar:
Posting Komentar