Minggu, 29 Januari 2023 | By: namakuameliya

Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Non Arab

 

DAFTAR ISI

Daftar isi 1

Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Non Arab 2

A. Pendahuluan 2

B. Bahasa Arab Sebagai bahasa Asing ( Bahasa Kedua) 3

C. Aspek-Aspek Pembelajaran Bahasa Arab 5

a) Aspek Fonologi 5

b) Aspek Mufrodat 5

c) Aspek Tata Kalimat Sintaksis 6

d) Aspek Semantik / Arti 6

e) Aspek Sosio-Kultural 7

D. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab 7

1. pendekatan integratif. 7

2. pendekatan ketrampilan (skill) dalam pembelajaran bahasa arab 7

3. pendekatan komunikatif 8

4. Pendekatan Fungsional 8

5. pendekatan struktural. 8

E. Metode Pembelajaran Bahasa Arab 9

1. Metode Gramatika-Terjemah 9

2. Metode Langsung 9

3. Metode Audiolingual 9

4. Metode Komunikatif 10

 

F. Teknik Pembelajaran Bahasa Arab 10

G. Kesimpulan 13

Daftar pustaka 14

 

 

 

 

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BAGI NON ARAB

A. Pendahuluan

Menguasai bahasa merupakan standar yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga dalam perkembangannya bahasa mempunyai ragam dan bentuk yang berbeda-beda dalam setiap kelompok masyarakat. dalam perkembangannya setiap individu di haruskan untuk menguasai lebih dari satu bahasa yaitu bahasa ibu dan bahasa nasional. Dalam makalah ini penulis mencoba menguraikan mengenai pembelajaran bahasa arab bagi non arab.

Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan saranaperumusan maksud, melahirkan perasaan, dan  memungkinkan manusia berinteraksi dengan sesamanya. Bahasa sebagai alat komunikasi diperoleh manusia sejak lahir sampai usia lima tahun,yang dikenal dengan istilah pemerolehan bahasa. Setiap individu dianugerahi kemampuan berbahasa. Bahasa tersebut diperoleh, diwarisi dan ditumbuh kembangkan dari waktu  kewaktu. Sejak lahir manusia telah memiliki kemampuan dan kesiapan untuk memperoleh dan mempelajari bahasa. Hal initerlihat bahwa manusia tidak memerlukan banyak usaha untuk mampu berbicara. Orang yang dalam jangka waktu cukup lama terus menerus mendengar pengucapan suatu bahasa, biasanyaia akan mampu mengucapkan bahasa tersebut tanpa instruksi khusus atau direncanakan. Bahkan banyak peneliti mengenai penguasaan bahasa meyakini bahwa anak-anak dari berbagai konteks sosial yang luas mampu menguasai bahasa Ibu merekatanpa terlebih dahulu diajarkan secara khusus dan tanpa penguatan yang jelas

Kajian tentang pemerolehan bahasa muncul dari pertanyaan-pertanyaan seputar hubungan bahasa dengan menusia, seperti: bagaimana seorang anak masuk dalam dunia bahasa? Bagaimana pengetahuan tentang bahasa muncul pada masa kanak-kanak, dan bagaimana cara berkembangnya? Apa dasar dari proses pemerolehan bahasa? Apa jenis pengetahuan linguistik yang anakanak munculkan pada masa pertumbuhan?1 Pertanyaan-pertanyaan di atas menjadi semacam milequestions dalam teori pemerolehan bahasa, baik mengenai proses pemerolehan bahasa pertama (mother language) pada anak, maupun proses pemerolehan bahasa asing (second language acquisition/foreign language acquisition) pada Individu non-native di Indonesia terhadap pemerolehan bahasa Arab.

B. Bahasa Arab Sebagai Bahasa Asing (Bahasa Kedua)

Bahasa Arab bagi non arab  dipersiapkan untuk pencapaian kompetensi dasar berbahasa, yang mencakup empat keterampilan berbahasa yang diajarkan secara integral. Adapun keempat keterampilan berbahasa di atas secara berurutan adalah; keterampilan mendengar/menyimak, keterampilan bercakap, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Oleh karena itu, pembelajarannya pun harus mengacu kepada pemberian bekal bagi peserta didik, agar mereka dapat berkomunikasi secara aktif dan pasif.[1]

Problematika pembelajaran bahasa Arab yang dihadapi oleh anak-anak non Arab (termasuk Indonesia) jauh berbeda dengan problematika anak-anak Arab atau penutur asli sendiri (native speaker). Mereka tidak lagi belajar menyimak (الاستماع atau listening) dan berbicara (المحادثة atau speaking), karena dari kecil sudah dapat berbahasa Arab. Mereka mempelajari bahasa Arab hanya untuk tujuan membaca dan menulis. Sementara anak-anak yang bukan penutur asli (non Arab), seperti anak Indonesia mempelajari bahasa Arab dengan tujuan untuk menguasi empat keterampilan berbahasa tersebut, yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Inilah yang menjadi problema dasar dalam pembelajaran bahasa Arab di Indonesia, karena keterampilan bahasa Arab mereka masih kurang. Oleh karena itu, problematika yang dihadapi anak Indonesia jauh lebih kompleks 5 maka tentu permasalahan-permasalahan lainnya pun kompleks juga.[2]

Bahasa Arab merupakan bahasa yang memiliki fungsi istimewa dari bahasa- bahasa lainnya, sebab bahasa Arab sempurna dan fasih karena mempunyai aturan-aturan tertentu yang dapat dipegangi, saling berkaitan antara satu dengan yang lain, lafaz-lafaz yang ada di dalam hurufnya, bentuknya maupun keadaannya. Bahasa Arab juga memiliki nilai sastra yang bermutu tinggi bagi mereka yang mengetahui dan mendalaminya. Disamping itu, bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an mengkomunikasikan kalam Allah yang mengandung uslub bahasa yang sangat mengagumkan manusia. Manusia tidak akan mampu menandinginya. Hal ini merupakan suatu ketetapan yang tidak perlu diragukan dan dibantah

Sementara itu, Mahmud Yunus dalam bukunya Metode Khusus Bahasa Arab mengatakan bahwa tujuan mempelajari bahasa Arab adalah supaya paham dan mengerti apa-apa yang dibaca dalam salat, mengerti membaca al-Qur’an agar dapat mengambil petunjuk dan pelajaran dari padanya, kemudian dapat mempelajari ilmu-ilmu agama Islam dari sumber aslinya yang berbahasa Arab, serta dapat berbicara bahasa Arab untuk berhubungan dan berkomunikasi langsung dengan kaum muslimin di luar negri. Bahasa Arab adalah bahasa masa sekarang yang telah menjadi bahasa ilmiah.[3]

Dalam pembelajaran bahasa ada tiga istilah yang perlu dipahami pengertian dan konsepnya secara tepat, yakni pendekatan, metode dan teknik. Edward M Anthony dalam artikelnya “Approach, Method and Technique” ketiga istilah tersebut sebagai berikut:

1.     Pendekatan, yang dalam bahasa Arab disebut madkhal adalah seperangkat asumsi berkenaan dengan hakikat bahasa dan hakikat belajar mengajar bahasa. Pendekatan bersifat aksiomatis atau filosofis yang berorientasi pada pendirian, filsafat, dan keyakinan yaitu sesuatu yang diyakini tetapi tidak mesti dapat dibuktikan.

2.     Metode, yang dalam bahasa Arab disebut thariqah adalah rencana menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi bahasa secara teratur atau sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Jika pendekatan bersifat aksiomatis, maka metode bersifat prosedural. Sehingga dalam satu pendekatan bisa saja terdapat beberapa metode. 

3.     Sedangkan Teknik, yang dalam bahasa Arab disebut uslub atau yang populer dalam bahasa kita dengan strategi, yaitu kegiatan spesifik yang diimplementasikan di dalam kelas, selaras dengan pendekatan dan metode yang telah dipilih. Teknik bersifat operasional, karena itu sangatlah tergantung pada imajinasi dan kreativitas seorang pengajar dalam meramu materi dan mengatasi dan memecahkan berbagai persoalan di kelas.[4]

 

C. Aspek-Aspek Pembelajaran Bahasa Arab

Bahasa apapun di dunia memiliki beberapa aspek bahasa yang satu dengan yang lainnya tidak boleh dipisah-pisahkan ketika mempelajari bahasa dan ketika mengajarkan bahasa termasuk bahasa Arab. Aspek-aspek itu meliputi aspek tata bunyi, aspek kosakata, aspek tata kalimat, aspek semantik/arti dan aspek sosio-kultural.

a) Aspek Fonologi

Fonologi dimaknai sebagai ilmu tentang bunyi bahasa, terutama yang mencakup sejarah dan teori perubahan bunyi.[5] Pada aspek ini, pembelajaran meliputi; perbedaan bunyi antara satu fonem dengan fonem yang lain, stress / tekanan bunyi dalam kata dan intonasi (tekanan bunyi dalam kalimat). Terkait dengan aspek bunyi, Yayan Nurbayan menjelaskan bahwa metoda paling baik untuk menjelaskan perbedaan antara dua bunyi adalah dengan Tsunaiyyatus Shughra. Yang dimaksud dengan Tsunaiyyatus Shughra adalah dua kata yang berbeda dalam makna akan tetapi ada kemiripan dalam pengucapannya. Perbedaanya hanya pada satu bunyi. Contoh : زال, سال Bunyi yang berbeda bisa pada awal, tengah, atau akhirnya.[6]

b) Aspek Mufrodat

Kosakata atau mufradat sama dengan perbendaharaan kata. Ditinjau dari segi bahasa, kata “mufradat” merupakan bentuk jamak dari kata “mufradah” diartikan sebagai satuan atau unit bahasa yang tersusun secara horizontal sesuai dengan sistem gramatika (nahwu) tertentu yang berfungsi sebagai pembentuk kalimat. Kosakata juga merupakan salah satu unsur bahasa yang sangat penting, karena berfungsi sebagai pembentuk ungkapan, kalimat, dan wacana. Sedemikian pentingnya kosakata / mufradat, sehingga ada yang berpendapat bahwa pembelajaran bahasa Arab harus dimulai dengan mengenalkan dan membelajarkan kosakata/ mufradat itu baik dengan cara dihafal atau dengan cara yang lain. Namun demikian, pembelajaran kosakata / mufaradat tidaklah identik dengan belajar bahasa itu sendiri, karena kosakata / mufradat tidak akan bermakna dan memberi pengertian kepada pendengar atau pembacanya jika tidak dirangkai dalam sebuah kalimat yang benar dan kontekstual menurut gramatika dan sistem semantik yang baku.[7]

Dengan karakter bahasa Arab yang pembentukan katanya beragam dan fleksibel tersebut, problem pengajaran kosakata bahasa Arab akan terletak pada keanekaragaman bentuk marfologis (wazan) dan makna yang dikandungnya, serta akan terkait dengan konsep-konsep perubahan derivasi, perubahan infleksi, kata kerja (af’al / verb), mufrad (singular), mutsanna (dual), jamak (plural), ta’nists (feminine), tazkir (masculine), serta makna leksikal dan fungsional.8 Misalnya kata تناول , maknanya tidak sekedar “makan” dan “minum” semata melainkan dapat diartikan “mengambil”, “meraih”, “menerima” dan sebagainya.

c) Aspek Tata Kalimat Sintaksis

Tata kalimat adalah pelajaran mengenai susunan kalimat. Dalam bahasa arab, pengaturan antar kata dalam kalimat atau antar kalimat dalam klausa atau wacana merupakan kajian ilmu Nahwu. Bahkan hubungan itu tidak hanya menimbulkan makna gramatikal, tetapi juga mempengaruhi baris akhir masing-masinga kata yang kemudian disebut dengan I’rab.[8]

d) Aspek Semantik / Arti

Dalam bahasa Arab istilah ini dikenal dengan المعنى علم atau الدلالة علم . Semantik adalah bagian dari linguistik yang mempelajari teori makna. Semantik/arti juga diartikan ilmu yang mengajarkan tentang seluk beluk dan pergeseran arti kata-kata.11 Bahasa adalah simbol bunyi yang mempunyai arti dan digunakan oleh sekelompok manusia untuk mengungkapkan isi hatinya. Simbol-simbol bunyi yang tersusun secara sistematis dalam kata atau kalimat tidak akan berfungsi sebagai massage atau risalah apabila tidak memperhatikan semantik/arti. Terlebih arti suatu kata atau kalimat bisa berubah sesuai waktu dan tempat.[9]

e) Aspek Sosio-Kultural

Bahasa adalah sesuatu yang lahir dari masyarakat dan merupakan salah satu aspek sosial. Bahasa adalah cerminan dari suatu bangsa pemakai bahasa. Mempelajari suatu bahasa berarti mempelajari kultur bangsa penutur bahasa itu. Faktor nonlinguistik yang dianggap sebagai sebab timbulnya problem dalam pendidikan bahasa Arab antara lain: Perbedaan sosio kultural bangsa Arab dengan sosio kultural pelajar (Indonesia), sarana dan prasarana fisik, tempat dan waktu[10]

D. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab

1. pendekatan integratif

Pendekatan integratif merupakan pendekatan dengansistem terpadu atau gabungan. Pendekatan integratif atauterpadu adalah rancangan kebijaksanaan pengajaranbahasa dengan bahasa dengan menyajikan bahan-bahan pelajaran secara terpadu, yaitu dengan menyatukan,menghubungkan atau mengaitkan bahan pelajaran sehinggatidak ada yang berdiri atau terpisah-pisah. Sedangkanpendekatan terpadu ini terdiri dari dua macam, yaituintegral internal dan integral eksternal.

2. pendekatan ketrampilan (skill) dalam pembelajaran bahasa arab

Pendekatan keterampilan (skill) dalam pembelajaranbahasa Arab adalah pendekatan yang menekankan kepada para peserta didik untuk mampu bersikap lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran bahasa Arab agar mencapai tujuan pembelajaran bahasa Arab yaitu mampu menguasai serta mengaplikasikan keterampilan- keterampilan bahasaArab istima’, qiro’ah, kalamdan kitabah dalam kehidupan sehari - hari.Prinsip- prinsip yang harus diperhatikan dalam pendekatan keterampilan pembelajaran bahasa Arabmeliputi" kemampuan mengamati, menghitung, mengukur, mengklasikasikan, menemukan hubungan, membuat prediksi melaksanakan penelitian,mengumpulkan dan menganalisis data, menginterpretasikan dan mengkomunikasikan hasil.

3. pendekatan komunikatif

Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan pada pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalamberkomunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalampembelajaran bahasa. Melihat bahwa fungsi utama bahasaadalah komunikasi. Hal ini berarti materi ajar bahasa harusberupa materi yang praktis dan pragmatis.

Berbahasa yang baik dan komunikatif bagi masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung eksistensi dankesuksesan dalam hidupnya. Sehingga pendekatan komunikatif dipahami sebagai pendekatan paling tepat karena lebih sesuai dengan hakikat dan fungsi bahasa. Dandalam pembelajaran bahasa Arab yang menggunakan pendekatan komunikatif ini tentunya memerlukan lingkungan yang kondusif, model yang otoritatif, komitmenyang tinggi dan kontinuitas.

4. Pendekatan Fungsional

Pendekatan fungsional adalah pendekatan yangdilakukan seorang pengajar terhadap Individu didik denganmendayagunakan nilai guna dari suatu ilmu khususnyabahasa untuk kepentingan hidup Individu didik. #elebihan pendekatan fungsional diantaranya Individu dapat merasakan manfaat ilmu yang sudah dipelajari disekolah dan Individu dapat menerapakan ilmu yang di dapat disekolah dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkankelemahan pendekatan fungsional diantaranya adalah pendekatan ini tidak dapat diterapkan apabila guru tidak mengetahui bagaimana pengaplikasian suatu materi dalam kehidupan sehari-hari.

5. pendekatan struktural

Pendekatan struktural menuntut para pelajarnya untukmemahami rumus-rumus dan istilah-istilah bahasa, danpelajar diharuskan untuk menghafalkan model-modelkalimat atau fungsi kata. Dalam bahasa Arab bisa dilihat dari pembelajaran dengan pendekatan struktural dituntut untuk mengetahuai fi’il, fa;il dan maf’ul dan masih banyak istilah-istilah ilmu bahasa yang lain. Individu dapat menghafalkan kaidah-kaidah bahasa dengan baik, namun mereka kurang terampil dalam pemakaian bahasa itu sendiri. Dengan kata lain, Individu menjadi kuat pengetahuan bahasanya, tetapi lemah dalam kemampuan berbahasanya.

E. Metode Pembelajaran Bahasa Arab

1. Metode Gramatika-Terjemah

Adalah metode yang berasumsikan bahwa semua bahasa di dunia dasarnya sama, dan tata bahasa adalah cabang dari logika. Metode ini didasari oleh pendekatan teori tradisional. Teori ini melihat bahasa secara preskriptif, artinya bahasa yang baik dan benar adalah menurut para ahli bahasa, bukan yang digunakan oleh penutur asli di lapangan. Sehingga metode kaidah dan terjemah melihat bahasa secara preskriptif, dengan demikian kebenaran bahasa brpedoman pada petunjuk tertulis, yaitu aturan-aturan gramatikal yang ditulis oleh ahli bahasa, bukan menurut ukuran guru.

2. Metode Langsung

Metode ini berasumsi bahwa belajar bahasa asing sama dengan belajar bahasa ibu, yakni penggunaan bahasa secara langsung dan intensif dalam komunikasi.[11] Selain itu, metode ini juga didasarkan atas asumsi yang brsumber dari hasil-hasil kajian psikologi asosiatif. Berdasarkan kedua asumsi tersebut, pengajaran bahasa khususnya pengajaran kata dan kalimat harus dihubungkan langsung dengan benda, sampl atau gambarnya, atau melalui peragaan, permainan peran dan lain sebagainya.[12] Metode ini mempunyai tujuan agar para pelajar mampu berkomunikasi dengan bahasa asing yang dipelajarinya seperti pemilik bahasa ini.metode ini dinamakan metode langsung, sebab guru langsung menggunakan bahasa asing (bahasa Arab) yang sedang diajarkan selama pelajaran, sedangkan bahasa murid tidak boleh digunakannya.[13]

3. Metode Audiolingual

Metode ini mendasarkan diri kepada pendekatan struktual dalam pengajaran bahasa. Metode ini berasumsi bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran dan bahasa itu kebiasaan. Sebagai implikasinya metode ini menekankan penelaahan dan pendeskripsian suatu bahasa yang akan dipelajari dengan memulainya dari sisitem bunyi (fonologi), kemudian system pembentukan kata ( morfologi), dan system pembentukan kalimat (sintaksis). Maka bahasa tujuan diajarkan dengan mencurahkan perhatian lafal kata, dan pada latihan berkali-kali (drill) secara intensif. Bahakan drill inilah yang biasanya dijadikan teknik utama dalam proses belajar mengajar.[14] Teori structural bersifat deskriptif yang berpandangan bahwa bahasa yang baik dan benar adalah yang digunakan oleh penutur asli dan bukan apa yang dikatakan oleh ahli tata bahasa.[15]

4. Metode Komunikatif

Metode komunikatif memiliki landasan toritis yang kuat yaitu hakekat dan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi social. Metode ini juga didasarkan atas asumsi bahwa setiap manusi memiliki kemampuan bawaan yang disebut dengan “pemerolehan bahasa” (language acquisition device). Oleh karena itu kemampuan berbahasa bersifat kreatif dan lebih ditentukan oleh factor internal. Dengan demikian, relevansi dan efektivitas kegiatan pembiasaan dengan model latihan stimulus-response-inforcment dipersoalkan. Dalam proses belajar mengajar, Individu bertindak sebagai komunikator yang berperan aktif dalam aktivitas komunikatif yang sesungguhnya.[16]

 

F. Teknik Pembelajaran Bahasa Arab

1. Teknik Pembelajaran Qiro’ah (membaca)

Membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa yang tidak mudah dan sederhana, tidak sekedar membunyikan huruf-huruf atau kata-kata, akan tetapi sebuah keterampilan yang melibatkan berbagai kerja, akal dan pikiran.

Qiro’ah dilihat dari kegiataannya dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a)      Qiro’ah jahriyah,

b)      Qiro’ah shaamitah,

 

2. Strategi Pembelajaran Kitabah (menulis)

Menulis merupakan salah satu sarana berkomunikasi dengan bahasa antara orang dengan orang lainnya yang tidak terbatas oleh tempat dan waktu.[9] Dalam pembelajaran menulis, proses pembelajarannya bisa dengan beberapa tingkatan yaitu:

a)      Pembelajaran Imla’

1) Imla’ manqul, tingkat ini bertujuan untuk memperbaiki kemampuan Individu dalam menulis huruf, dan kata bahasa Arab

2) Imla’ mandhur, tingkat imla’ ini guru banyak memberikan latihan-latihan pada Individu.

3) Imla’ ikhtibary, bertujuan untuk memperkuat hubungan antara suara dan rumus yang telah dipelajari Individu ketika membaca dan mengevaluasi perkembangan dan kemajuan ingatan terhadap yang didengar Individu

 

3. Pembelajaran Ta’bir

1) Ta’bir Muwajjah (terbimbing)

Pada tingkatan ini Individu diberi kebebasan untuk memilih kata-kata, tarkib, dan bentuk-bentuk kebahasaan dalam latihan menulis tetapi tidak diperbolehkan menulis ta’bir di atas tingkat kebahasaannya.

Individu mulai menulis satu atau dua paragraf seputar apa yang mereka telah dengar dan mereka baca.

2) Ta’bir Huur (menulis bebas)

Pada tingkat ini Individu diberi kebebasan dalam memilih tema, mengembangkan pikiran-pikirannya, menggunakan mufradat atau tarkib dalam tulisannya, akan tetapi bukan berarti Individu lepas dari bimbingan dan bantuan guru.[17]

Model pembelajaran yang diharapkan untuk abad 21 adalah sebagai berikut:

a.       Communication Skill

Pada model ini, Individu dituntut untuk memahami, mengelola dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia.

b.      Critical Thingking and Problem Solving Skill

Pada model ini Individu berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit, memahami interkoneksi antarsistem. Individu juga menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri.

c.       Creativity and innovation Skill

Model dan metode serta ketrampilan yang akan digunakan dalam pembelajaran masa kini dituntut untuk lebih bersifat multimodel dan multimode dan real world problem, sehingga model pembelajaran berbasis proyek lebih banyak dituntut. Proses pembelajaran lebih berpusat pada Individu serta meninggalkan perlakuan yang bersifat menyamakan semua Individu, tetapi lebih bersifat individual[18]

     Inovasi pembelajaran lebih mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada Individu (student centered) yang prosesnya dirancang dan dikondisikan untuk peserta didik agar belajar. Hubungan antara guru dengan peserta didik menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun. Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendekatan tersebut  antara lain sebagai berikut :

a.       Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning )

Pembelajaran Kontekstual yang sering disingkat dengan CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.[19]

b.      Role Playing

Role playing atau bermain peran sebgai suatu model pembelajaran yang berakar pada dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi model ini berusaha membantu para peserta didik menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya.[20]

c.       Problem - Based Learning

Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran Individu pada masalah autentik sehingga Individu dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan ketrampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan Individu dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari Individu untuk melatih dan meningkatkan ketrampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting, dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu Individu mencapai ketrampilan mengarahkan diri.

d.      Student Centered Learning (SCL)

Adalah proses pembelajaran yang tadinya berfokus pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada Individu (student centered), yang diharapkan dapat mendorong Individu untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku.[21]

 

G. Kesimpulan

Menguasai bahasa merupakan standar yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga dalam perkembangannya bahasa mempunyai ragam dan bentuk yang berbeda-beda dalam setiap kelompok masyarakat. Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan saranaperumusan maksud, melahirkan perasaan, dan  memungkinkan manusia berinteraksi dengan sesamanya.

Bahasa Arab merupakan bahasa yang memiliki fungsi istimewa dari bahasa- bahasa lainnya, sebab bahasa Arab sempurna dan fasih karena mempunyai aturan-aturan tertentu yang dapat dipegangi, saling berkaitan antara satu dengan yang lain, lafaz-lafaz yang ada di dalam hurufnya, bentuknya maupun keadaannya.

Dalam pembelajaran bahasa ada tiga istilah yang perlu dipahami pengertian dan konsepnya secara tepat, yakni pendekatan, metode dan teknik. Edward M Anthony dalam artikelnya “Approach, Method and Technique” 

 

Daftar pustaka

 

Mahmud Kamil An-Naqih “ pembelajaran bahasa arab non arab, Dasar, Metode dan teknik pembelajaran.” Universitas ummul quro

Dimyati, M., Afifuddin. 2010. Muhadharah Fi Ilm Lughah Ijtima’iI.  Surabaya: Dar al-Ulum al-Lughawiyah

Hermawan, Acep. 2011.  Metodologi pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Rosda

Rosyidi, Abdul Wahab. 2009. Media Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN MALANG PRESS

Wumjy, Abduh. 1995. Ilmu Lughoh at-Tathbiqy. Iskandariyah: Dar al- ma’rifat

Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie.  1995. Sosiolinguistik Pengenalan Awal. Jakarta: Rineka Karya

Chaer, Abdul. 1995.  Sosiolinguistik Suatu Pengantar.  Jakarta: Rineka Cipta

Mustofa, Bisri dan Abdul Hamid. 2012. Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. Malang:  UIN Maliki Press

Divafz. “Makalah Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Non Arab” artikel diakses pada 22 Juni 2013 dari http://divafz.wordpress.com/2009/12/24/makalah-pembelajaran-bahasa- arab-bagi-non-arab.html

Muhammad Abdul Hamid, et. al. Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan Metode Strategi Materi dan Media. Cet. I; Malang: UIN-Malang Press, 2008

Chatibul Umam, Problemtika Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia (dalam majalah Al-Turas, No.8) Jakarta : Fak. Adab IAIN Syarif Hidatullah, 1999

Mahmud Yunus, Metode Khusus Bahasa Arab. Cet. I; Bandung: Hidyakarya, 1981,

Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),

Depdikbud , Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: 1988

Yayan Nurbayan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung : Zein Al Bayan, 2008,

Ahmad Fuad Effendy, Metode Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2005. cet. ke-3,

Sahkholid, Pengantar Linguistik ( AnalisisTteori-teori Llinguistik Umum dalam Bahasa Arab), Medan : Nara Press, 2006

Ahmad Mukhtar Umar, ‘Ilm al-Dilalah, Kuwait: Maktabah dar al-Arabiyah, 1982,

Urip Masduki, Problematika Pengajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah, dalam Ikhlas Beramal (Jakarta: Departemen Agama RI, Juni 1997,

Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Teras, 2011)  hlm.

M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontektual dalam Pembelajaran Abad 21, ( Bogor: Ghalia Indonesia, 2014)

E. Mulyasa, Pengembanagn dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) hlm.

 



[1] Muhammad Abdul Hamid, et. al. Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan Metode Strategi Materi dan Media. Cet. I; Malang: UIN-Malang Press, 2008, 64.

[2] Chatibul Umam, Problemtika Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia (dalam majalah Al-Turas, No.8) Jakarta : Fak. Adab IAIN Syarif Hidatullah, 1999, 58

[3] Mahmud Yunus, Metode Khusus Bahasa Arab. Cet. I; Bandung: Hidyakarya, 1981, 77

[4] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 32.

[5]Depdikbud , Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: 1988:, 244.

[6] Yayan Nurbayan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung : Zein Al Bayan, 2008, 45.

[7] Ahmad Fuad Effendy, Metode Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2005. cet. ke-3, 96

[8] Sahkholid, Pengantar Linguistik ( AnalisisTteori-teori Llinguistik Umum dalam Bahasa Arab), Medan : Nara Press, 2006, 124.

[9] Ahmad Mukhtar Umar, ‘Ilm al-Dilalah, Kuwait: Maktabah dar al-Arabiyah, 1982, 11.

[10] Urip Masduki, Problematika Pengajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah, dalam Ikhlas Beramal (Jakarta: Departemen Agama RI, Juni 1997, 53.

[11] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) hlm. 176-177

[12] Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, ( Malang: Misykat, 2012 ) hlm. 47

[13] Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Teras, 2011)  hlm. 85

[14] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) hlm. 185

[15] Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, ( Malang: Misykat, 2012 ) hlm. 60

[16] Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, ( Malang: Misykat, 2012 ) hlm. 67-68

[17] Acep hermawan. Metodologi pembelajaran bahasa Arab. (bandung:Rosda.2011). hal.41

[18] M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontektual dalam Pembelajaran Abad 21, ( Bogor: Ghalia Indonesia, 2014) hlm 87

[19] E. Mulyasa, Pengembanagn dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) hlm. 109-110

[20] E. Mulyasa, Pengembanagn dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) hlm.111-112

[21] M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontektual dalam Pembelajaran Abad 21, ( Bogor: Ghalia Indonesia, 2014) hlm 193


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar

Introduction