Minggu, 29 Januari 2023 | By: namakuameliya

hakikat alquran

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Al Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang menjadi dasar segala segi kehidupan manusia. Ia diyakini sebagai sumber kebenaran yang mutlak. Karena datang dari Allah swt. Maka dari itu umat Islam merasa perlu untuk mempelajari Alquran secara menyeluruh untuk menjaga otentisitasnya. Upaya itu telah dilaksanakan sejak Nabi Muhammad Saw masih berada di Mekkah sampai hijrah ke Madinah, bahkan usaha pemeliharaan Alquran masih berlangsung sampai sekarang.

Meskipun al Qur’an itu adalah wahyu Ilahi yang bersifat qath’i, namun pada prakteknya terdapat dua penilaian yang kontradikfif terhadap Alquran.Penilaian pertama datangnya dari kaum muslim sendiri sedangkan penilaian yang kedua datangnya dari kalangan non muslim (Orientalis).

Penilaian dari luar (orientalis) pada umumnya bersifat negatif. Menurut mereka, Alquran itu bukanlah wahyu Allah, melainkan hasil karya Nabi Muhammad yang sumbernya dari berbagai pihak.

Berdasarkan alasan yang diungkapkan diatas, penulis merasa sangat perlu membahas penjelasan tentang al Qur’an khusunya definisi dan turunnya al Qur’an, agar dapat membentuk pemahaman tentang al Qur’an dengan baik dan jelas, sehingga tidak terpengaruh oleh pemahaman yang dimiliki oleh para orientalis.

 

B.    Rumusan Masalah

a.      Apa  defisini tentang al Qur’an menurut bahasa dan Istilah?

b.     Apa perbedaan pengertian al Qur’an, hadits qudsi dan hadits nabawi?

c.      Apa dan berapa jumlah nama lain al Qur’an ?

d.     Bagaimana proses turunnya al Qur’an?

 

C.    Tujuan Penulisan

a.      Untuk mengetahui defisini tentang al Qur’an menurut bahasa dan Istilah.

b.     Untuk mengetahui perbedaan pengertian al Qur’an, hadits qudsi dan hadits nabawi.

c.      Untuk mengetahui nama lain al Qur’an dan jumlahnya.

d.     Untuk mengetahui bagaimana proses turunnya al Qur’an.

 

F.     Manfaat Penulisan

a.      Mahasiswa dapat memahami tentang hikayat al Qur’an.

b.     Menambah wawasan para pembaca khususnya bagi mahasiswa.

c.      Meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemahaman  hikayat al Qur’an

 

G.   Metode Penulisan

Penulisan makalah ini menggunakan metode:

-        Metode deskriptif

 

H.   Ruang Lingkup Pembahasan

Pembahasan makaalh ini membahas tentang Definisi al Qur’an dan proses turunnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

HAKIKAT AL QUR`AN

A.    Definisi Al Qur`an

1.     Definisi Al Qur`an menurut Bahasa

Terdapat banyak pendapat tentang pengertian al Qur’an dari segi bahasa yang dilihat dari pola kata pembentukannya atau lafadznya. Menurut Ahli Al qur’an dalam Suma mengatakan bahwa kata al Qur`an berasal dari kata qara`a, yaqra`u, qur`anan wa qiraa`atan, yang artinya bacaan atau yang dibaca[1]

Sedangkan mengenai lafadz al Qur`an, para ulama mempunyai perbedaan pendapat. Sebagian berpendapat penulisan lafadz al Qur`an tersebut dibubuhi huruf hamzah (dibaca Al Qur`an). Pendapat lain mengatakan penulisannya tanpa dibubuhi huruf hamzah (al quran). Asy-Syafi’i, Al Farra, Al Asy’ari termasuk di antara para ulama yang berpendapat bahwa lafadz al Qur`an ditulis tanpa huruf hamzah.[2]

-        Lafadz al Qur`an tanpa huruf hamzah

a.    Asy Syafi’i mengatakan bahwa, lafadz al Qur`an yang terkenal itu bukan musytaq (bukan pecahan dari akar kata manapun) dan bukan pula ber-hamzah (tanpa tambahan huruf hamzah di tengahnya). Lafadz tersebut sudah lazim digunakan dalam pengertian kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi menurutnya lafadz tersebut bukan berasal dari kata qara’a (membaca) sebab kalau akar katanya qara’a maka tentu setiap sesuatu yang dibaca dapat dinamai al Qur`an. Lafadz tersebut memang nama khusus bagi al Qur`an. Sama halnya dengan nama Taurat dan Injil.

b.   Al Farra berpendapat lafadz al qur`an adalah pecahan dari kata qara’in (kata jamak qarinah) yang berarti kaitan. Karena ayat al Qur`an satu sama lainnya saling berkaitan, karena itu jelaslah bahwa huruf nun pada akhir lafadz al Qur`an adalah asli bukan tambahan.[3]

c.    Al Asy’ari dan para pengikutnya mengatakan, lafadz al Qur`an adalah pecahan dari akar kata Qarn. Ia mengemukakan contoh kalimat Qarn Asy Syai` bi Asy Syai` (menggabungkan sesuatu dengan sesuatu). Jadi kata Qarn dalam hal ini bermakna gabungan atau kaitan. Karena surat-surat yang saling berkaitan satu sama lain.

Tiga pendapat tadi cukuplah sebagai contoh untuk menarik kesimpulan bahwa lafadz al Qur`an (tanpa huruf hamzah) jauh dari kaidah pemecahan kata dalam bahasa Arab.

-        Lafadz al Qur`an dengan menambahkan huruf hamzah

Di antara para ulama yang berpendapat bahwa lafadz al Qur`an ditulis dengan tambahan huruf hamzah ditengahnya ialah Az Zajjaj, Al Lihyani, serta Jama’ah lainnya.[4]

a.    Az Zajjaj berpendapat bahwa al Qur`an ditulis dengan huruf hamzah di tengahnya. Berdasarkan pola kata Fu’lan, lafadz tersebut adalah pecahan akar kata Qar’un yang berarti jam’un. Ia mengetengahkan contoh kalimat quri’al ma’u fil baudhi. Yang berarti air dikumpulkan dalam kolam. Jadi dalam kalimat itu, kata qar’un bermakna kumpul. Alasannya al Qur`an mengumpulkan atau menghimpun inti sari kitab-kitab suci terdahulu.

b.   Al Ihyani berpendapat bahwa al Qur`an ditulis dengan huruf hamzah di tengahnya berdasarkan pola kata ghufran dan merupakan pecahan dari akar kata qara’a yang bermakna membaca. Lafadz al Qur`an digunakan menamai sesuatu yang dibaca, yakni objek dalam bentuk masdarnya.

c.    Pendapat terakhir lebih kuat dan tepat, karena dalam bahasa arab lafadz al Qur`an adalah dibentuk masdar yang maknanya sinonim dengan qira’a yaitu bacaan. Sebagai contoh firman Allah:

¨bÎ)$uZøŠn=tã¼çmyè÷Hsd¼çmtR#uäöè%urÇÊÐÈ#sŒÎ*sùçm»tRù&ts%ôìÎ7¨?$$sù¼çmtR#uäöè%ÇÊÑÈ

Artinya: “Atas tanggungan Kami-lah mengumpulkan (ayat-ayat al Qur`an itu di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya”. Apabila telah kami wahyukan bacaannya maka ikutilah bacaan itu”. (Q.S al-Qiyaamah:17-18).

Jadi, wahyu Allah Swt itu adalah kenyataan dan kebenaran yang tidak dapat disangkal, sebagaimana al Qur`an sendiri menimbulkan kesan yang meyakinkan. Dalam pembahasannya kami telah berusaha menghindari perdebatan yang tidak perlu, yang hanya meruwetkan persoalan.

Kiranya semua itu tidak ada gunanya dan bukan jalan keimanan.Sekiranya pembaca tentu sependapat dengan kami bahwa al Qur`an adalah wahyu yang diturunkan Allah SWT.kepada Nabi Muhammad SAW. untuk manusia sebagai petunjuk bagi manusia itu sendiri.

 

2.     Definisi al Qur`an menurut Istilah

Al Qur`an menurut istilah mempunyai beberapa makna, sebagai berikut:

a.     Al Qur`an adalah

كلام الله المنزّل على محمد صلى الله عليه وسلم المتعبد بتلاوته-

 Artinya: “Kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.” [5]

b.     Menurut Ahli Ushul Al’Qur’an dalam Chalil bahwa Al Qur’an adalah Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang bersifat mu’jizat dengan sebuah surat daripadanya dan beribadah bagi yang membacanya.[6]

c.      Menurut Federspiel, al Qur’an adalah firman Allah, dan merupakan sumber ajaran bagi masyarakat Islam yang menerima ajaran-ajaran Islam.[7]

d.     Sedangkan Menurut Kholfillah, Al Qur’an adalah

النصوص الإلهية للدعوة الإسلامية، النصوص التي نزلت من السماء على محمد بن عبد الله عليه السلا

Artinya: “Kalam Allah yang ditujukan untuk mendakwahkan Islam, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW bin ‘Abdullah”.[8]

e.       Menurut ‘Ali Ash Shaabuuny, bahwa al Qur`an adalah firman Allah yang mu’jiz, diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat jibril yang tertulis dalam mashhaf, diriwayatkan secara mutawattir, menjadi ibadah bagi yang membacanya, diawali dari surat Al Fatihah dan

diakhiri surat An Nas.[9]

Pendapat-pendapat yang dikemukakan diatas  merupakan pendapat yang sesuai dengan istilah-istilah ataupun definisi yang digunakan dalam beberapa ayat al Qur’an  seperti yang terdapat dalam Q.S Al an’am: 155, ayat tersebut menjelaskan bahwa al Qur’an adalah kalam Allah, dalam Q.S  Al An’am: 19 menjelaskan bahwa al Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi saw, dan juga dalam Q.S Al Baqarah: 97 yang menjelaskan bahwa  al Qur’an adalah kalam Allah yang disampaikan melalui perantara malaikat Jibril.

 Dari keseluruhan pengertian-pengertian tersebut, baik dari pendapat ulama maupun yang terdapat dalam al Qur’an dapat disimpulkan bahwa definisi al Qur’an yaitu kalam Allah yang diawali dari surat Al Fatihah dan diakhiri surat An Nas,yang bersifat mu’jiz, diturunkan Allah kepada nabi Muhammad saw bin ‘Abdullah melalui perantara malaikat Jibril yang tertulis dalam mashhaf, diriwayatkan secara mutawatir, menjadi ibadah bagi yang membacanya, dan juga bertujuan untuk mendakwahkan Islam.

B.    Perbedaan Antara Al-Qur’an, Hadits Kudsi dan Hadits Nabawi

1.        Perbedaan dari segi bahasa dan makna adalah sbb.

a.      Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa dan maknanya langsung dari Allah swt

b.     Hadis Qudsi adalah hadis yang maknanya dari Allah swt., sedangkan bahasanya dari Nabi saw.

c.      Hadis Nabawi adalah bahasa dan maknanya dari Nabi saw.

2.        Perbedaan dari segi periwayatan adalah sebagai berikut:

a.      Al-Qur’an tidak boleh diriwayatkan dengan maknanya saja sebab dapat mengurangi kemu’jizatannya

b.     Hadis qudsi dan hadis nabawi boleh diriwayatkan dengan maksudnya saja. Yang terpenting dalam hadis adalah penyampaian maksudnya.

1.        Perbedaan dari segi kemukjizatan adalah sebagai berikut:

a.      Al-Qur’an, baik lafal maupun maknanya merupakan mukjizat.

b.     Hadis qudsi dan hadis nabawi bukan merupakan mukjizat

2.        Perbedaan dari segi nilai membacanya adalah sebagai berikut:

a.      Al-Qur’an diperintahkan untuk dibaca, baik pada waktu shalat (surah al-fatihah) maupun di luar shalat sebagai ibadah, baik orang yang membacanya itu mengerti maksudnya maupun tidak

b.     Hadis qudsi dan hadis nabawi dilarang dibaca ketika shalat dan membacanya tidak bernilai ibadah. Yang terpenting dalam hadis adalah untuk dipahami, dihayati dan diamalkan.

 

C.    Nama lain Al Qur’an jumlahnya

Suma dalam bukunya mengatakan bahwa al Qur’an memiliki berbagai macam nama-nama lain yang digunakan untuk menyebutnya.[10] Beberapa ulama berbeda pendapat dalam menyebutkan jumlah nama-nama lain yang digunakan untuk menyebutkan istilah al Qur’an, diantaranya;

-        Abu Al Ma’ali Syaydzalah (w.495 H/997 M) mengatakan bahwa al Qur’an memiliki 55 macam nama.

-        Abu Al Hasan Al Harali (w.647 H/1249 M) mengatakan bahwa al Qur’an memiliki 90 macam nama.

-         Ibnu Jazzi Al Kilabi (741-792 H) bahwa yang tepat al Qur’an memiliki empat macam nama, yaitu al Qur’an, Al Kitab, Al Furqan, Ad Dzikr)

 

D.    Nuzul Al Qur`an

Dipandang dari segi bahasa “nuzul” ( نزول) berasal dari kata nazala, yanzulu, nuzuula artinya turun.  Sedangkan nuzul Al Qur`an oleh Rasulullah, diungkapkan sebagai turunnya al Qur`an kepada beliau itu memberikan pengertian turun dari atas ke bawah. Demikian itu karena ketinggian kedudukan al Qur’an dan besarnya ajaran-ajarannya yang dapat mengubah perjalanan hidup manusia mendatang serta menyambung langit dan bumi serta dunia dengan akhirat.(Moh.Abdul Adzim Al Zulqani, Manahil Al Irfan Fi Ulumal Qur`an).[11]

Allah SWT. menurunkan al Qur`an kepada Rasul kita Muhammad SAW. untuk memberi petunjuk kepada manusia. Turunnya al Qur`an merupakan peristiwa besar yang sekaligus mengatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. Turunnya al Qur`an pertama kali pada malam lailatul qadar merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat-malaikat akan kemuliaan umat Muhammad SAW.

Firman Allah SWT. yang berkaitan dengan turunnya al Qur`an pertama kali pada malam lailatul qadar yaitu:

ãöky­tb$ŸÒtBuüÏ%©!$#tAÌRé&ÏmŠÏùãb#uäöà)ø9$#WèdĨ$¨Y=Ïj9;M»oYÉit/urz`ÏiB3yßgø9$#Èb$s%öàÿø9$#ur4

Artinya: “Bulan ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan al Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang bathil. (Q.S Al Baqarah :185 )

!$¯RÎ)çm»oYø9tRr&ÎûÏ's#øs9Íôs)ø9$#ÇÊÈ

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al Qur`an) pada malam lailatul qadar”. (Q.S Al Qadar: 1)

!$¯RÎ)çm»oYø9tRr&Îû7's#øs9>px.t»t6B….ÇÌÈ

Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur`an) pada suatu malam yang diberkahi”. (Q.S Ad Dukhan :3)

1.   Cara Turunnya Al Qur`an

Wahyu diturunkan sejalan dengan keperluan yang dibutuhkan oleh Rasulullah Saw dan untuk memberitahu beliau mengenai soal-soal yang terjadi setiap hari. Melalui wahyu, Allah SWT memberi  tuntunan  serta petunjuk dan memantapkan ketabahan serta menambah ketenangan beliau. Selain itu, wahyu diturunkan juga sejalan dengan keperluan yang dibutuhkan untuk mendidik para sahabat Nabi, memperbaiki adat kebiasaan dan menjawab berbagai kejadian yang mereka tanyakan al Qur`an tidak mengejutkan dengan semua ajaran dan ketentuan hukumnya. Bentuk keselarasan turunnya al Qur`an sesuai dengan kebutuhan dan turunnya pun dengan dua cara:

a.    Turunnya al Qur`an secara jumlatan (sekaligus)

                    i.        Menurut pendapat Ibnu ‘Abbas dan sejumlah ulama serta dijadikan pegangan oleh umumnya ulama, bahwa al Qur`an diturunkannya sekaligus ke Baithul Izzah di langit dunia agar para malaikat menghormati kebesaran-Nya. Ibnu Abbas berkata “Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam lailatul qadar. Kemudian setelah itu ia diturunkan selama  dua puluh tahun”, lalu dia membacakan.[12]

Ÿwury7tRqè?ù'tƒ@@sVyJÎ/žwÎ)y7»oY÷¥Å_Èd,ysø9$$Î/z`|¡ômr&ur#·ŽÅ¡øÿs?ÇÌÌÈ

Dan tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu membawa sesuatu yang ganjil, melainkan Kami mendatangkan kepadamu sesuatu yang benar dan paling baik penjelasannya”. (QS Al Furqan: 33)

Al Qur`an diturunkan pada malam lailatul qadar ke langit dunia sekaligus, lalu dia diturunkan secara berangsur-angsur.

                   ii.        Muhammad Ash Shabuny menyatakan bahwa al Qur`an diturunkan dalam satu malam yang digambarkan sebagai malam yang diberkahi, yaitu malam lailatul qadar. Hal ini memberikan informasi kepada manusia bahwa al Qur`an hanya diturunkan sekaligus ke Baitul Izzah di langit dunia. Ini artinya bahwa alQur’an diturunkan oleh Allah secara jumlatan ke Baitul Izzah di langit dunia. [13]

Pendapat mereka ini berdasarkan tiga ayat yaitu dalam surah al Baqarah ayat 185, al Qadar ayat 1  dan ad Dukhan ayat 3. Ibnu ‘Abbas mengatakan tidak ada pertentangan antara ketiga ayat itu yang berkenaan dengan turunnya al Qur`an dengan kejadiannya dalam kehidupan Rasulullah SAW bahwa al Qur’an itu turun di bulan Ramadhan. Dari Ibnu ‘Abbas disebutkan bahwa dia ditanya oleh ‘Atiyah Bin Al Aswad “Dalam hatiku terjadi keraguan tentang firman Allah. Bulan Ramadhan itulah bulan yang di dalamnya diturunkan Qur’an dan firman Allah sesungguhnya kami menurunkannya pada malam lailatul Qadar.Padahal Qur’an itu ada yang diturunkan pada bulan Syawal, Dzulhijjah, Muharram, Syafar, Rabiul Awwal”.Ibnu Abbas menjawab “Al-Quran diturunkan pada malam lailatul Qadar sekaligus.Kemudian diturunkan secara berangsur-angsur.

Para ulama mengisyaratkan bahwa hikmah dari hal itu adalah ialah menyatakan kebesaran al Qur’an dan kemuliaan orang yang kepadanya diturunkannya al Qur`an. As-Suyuti mengatakan, “dikatakan bahwa rahasia diturunkannya al Qur`an sekaligus ke langit dunia adalah untuk memuliakan orang yang kepadanya al Qur’an diturunkan; yaitu dengan memberitahukan kepada penghuni tujuh langit bahwa al Qur`an adalah kitab terakhir yang diturunkan kepada Rasul terakhir dan umat yang paling mulia.[14]

b.   Turunnya al Qur`an secara munjaman (berangsur-angsur)

Setelah al Qur`an diturunkan secara jumlatan kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. secaramunjaman (berangsur-angsur)

Dalil-dalil turunnya al Qur`an secara munjaman:

1)   Al Qur’an Surat Al Isra` ayat 106:

$ZR#uäöè%urçm»oYø%tsù¼çnr&tø)tGÏ9n?tãĨ$¨Z9$#4n?tã;]õ3ãBçm»oYø9¨tRurWxƒÍ\s?ÇÊÉÏÈ

Artinya: “Al Qur`an itu telah Kami turunkan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian

2)   Al Qur’an Surat Al Furqan ayat 32:

tA$s%urtûïÏ%©!$#(#rãxÿx.Ÿwöqs9tAÌhçRÏmøn=tããb#uäöà)ø9$#\'s#÷HädZoyÏnºur4y7Ï9ºxŸ2|MÎm7s[ãZÏ9¾ÏmÎ/x8yŠ#xsèù(çm»oYù=¨?uurWxÏ?ös?ÇÌËÈ

Artinya:  Orang-orang kafir berkata: kenapa al Qur`an itu tidak diturunkan secara jumlatan saja? Begitulah Kami perkuat hatimu dengannya sekelompok demi sekelompok”. (Q.S Al Furqan: 32)

3)   Hadits Riwayat Hakim dan Baihaqi:

و كان الله ينزله على رسوله صلى الله عليه و سلم يعصه فى اثر يعص

Artinya: Allah SWT menurunkan (Al Qur`an) kepada Rasul-Nya sedikit demi sedikit. (H.R Hakim dan Baihaqi)

4)   Hadits Riwayat Tabrani

إنز العران فى ليله القدر فى سهر رمضان إلى سهاء الرفيا جملة و احدة, ثم إنزل

Artinya: Al Qur`an diturunkan pada malam lailatul qadar di bulan ramadhan ke langit dunia secara kolektif, selanjutnya secara berangsur-angsur (H.R Tabrani)

2.   Tujuan al Qur`an diturunkan

Al Qur`an sebagian petunjuk bagi manusia, diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk memberi petunjuk kepada manusia.

Adapun tujuan al Qur`an diturunkan yaitu :

a.    Tujuan al Qur`an diturunkan sekaligus:

1)   Untuk memuliakan al Qur`an dan memuliakan orang yang kepadanya diturunkan Al Qur`an; yaitu dengan memberitahukan kepada penghuni tujuh langit bahwa al Qur`an adalah kitab terakhir yang diturunkan kepada Rasul terakhir dan umat yang paling mulia.

2)   Untuk membedakan antara al Qur`an dan kitab-kitab sebelumnya seperti Injil , Taurat dan Zabur.

3)   Untuk menunjukkan suatu penghormatan kepada keturunan Adam di hadapan para malaikat.[15]

b.   Tujuan al Qur`an diturunkan berangsu-angsur

1)   Menguatkan atau meneguhkan hati Rasulullah

Rasulullah telah menyampaikan dakwahnya, tetapi dia menghadapi sikap mereka yang membangkang dan watak yang begitu keras.Ia ditantang oleh orang-orang yang berhati batu, berperangai kasar dan keras kepala. Mereka senantiasa melemparkan berbagai macam gangguan dan ancaman kepada Rasul.

Wahyu turun kepada Rasulullah Saw dari waktu ke waktu sehingga dapat meneguhkan hatinya atas dasar kebenaran dan memperkuat kemauannya untuk tetap melangkahkan kakinya di jalan dakwah tanpa menghiraukan perlakuan jahil yang dihadapinya dari masyarakatnya sendiri.Allah menjelaskan kepada Rasulullah sunnah-sunnahnya yang berkenaan dengan para Nabi terdahulu yang didustakan dan dianiaya oleh kaum mereka; tetapi mereka tetap bersabar sehingga datang pertolongan dari Allah.Dijelaskan pula bahwa kaum Rasulullah itu mendustakannya hanya karena kecongkakan dan kesombongan mereka. Sehingga ia akan menemukan “sunnah ilahi” dengan iring-iringan para Nabi sepanjang sejarah. Yang demikian ini dapat menjadi hiburan dan penerang baginya dalam menghadapi gangguan dan cobaan dari kaumnya.

2)   Tantangan dan Mukjizat

Orang-orang musyrik senantiasa berkubang dalam kesesatan dan kesombongan sehingga melampaui batas.Mareka sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan maksud melemahkan dan menantang, untuk menguji kenabian Rasulullah.Mereka juga sering menyampaikan kepadanya hal-hal bathil yang tak masuk akal, seperti menanyakan tentang hari kiamat dan minta disegerakan azab. Maka turunlah al Qur`an dengan ayat yang menjelaskan kepada mereka segi kebenaran dan memberikan jawaban yang amat jelas misalnya firman Allah:

Ÿwury7tRqè?ù'tƒ@@sVyJÎ/žwÎ)y7»oY÷¥Å_Èd,ysø9$$Î/z`|¡ômr&ur#·ŽÅ¡øÿs?ÇÌÌÈ

Artinya: “Dan tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu dengan membawa sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya”. (Q.S al-Furqan ayat: 33).

Di saat mereka keheranan terhadap turunnya al Qur`an secara berangsur-angsur, maka Allah menjelaskan kepada mereka kebenaran hal itu; sebab tantangan kepada mereka dengan diturunkan secara berangsur-angsur sedang mereka tidak sanggup untuk membuat yang serupa dengannya, akan lebih memperlihatkan kemukjizatannya dan lebih efektif pembuktiannya dari pada kalau al Qur’an diturunkan sekaligus. Hikmah yang demikian juga telah diisyaratkan oleh keterangan yang terdapat dalam beberapa riwayat dalam hadits Ibnu Abbas mengenai turunnya al Qur`an “apabila orang-orang musyrik mengadakan sesuatu maka Allah pun mengadakan jawaban atas mereka”.

3)   Mempermudah hafalan dan pemahamannya

Al Qur`anul karim turun di tengah-tengah umat yang ummi, yang tidak pandai membaca dan menulis.Catatan mereka adalah hapalan dan daya ingatan. Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang tata cara penulisan dan pembukuan yang dapat memungkinkan mereka menuliskan dan membukukannya.

Umat yang buta huruf itu tidaklah mudah untuk menghapal seluruh Qur’an, seandainya Qur’an diturunkan sekaligus, dan tidak mudah pula bagi mereka untuk memahami maknanya dan memikirkan ayat-ayatnya.Jelasnya bahwa turunnya Qur’an secara berangsur-angsur itu merupakan bantuan terbaik bagi mereka untuk menghapal dan memahami ayat-ayatnya.Setiap kali turun satu atau beberapa ayat, para sahabat segera menghapalnya, memikirkan maknanya dan mempelajari hukum-hukumnya.Tradisi demikian ini menjadi metode pengajaran dalam kehidupan para tabi’in.

4)   Kesesuaian dengan perisitiwa-peristiwa dan penetapan hukum.

Manusia tidak akan mudah mengikuti dan tunduk kepada agama yang baru ini seandainya Qur’an tidak menghadapi dengan cara yang bijaksana dan memberikan kepada mereka beberapa obat penawar yang ampuh yang dapat menyembuhkan mereka dari kerusakan dan kerendahan martabat. Setiap kali terjadi sesuatu peristiwa di antara mereka, maka turunlah hukum mengenai peristiwa itu.Yang memberikan kejelasan statusnya dan petunjuk serta meletakkan dasar-dasar perundang-undangan bagi mereka, sesuai dengan situasi dan kondisi satu demi satu. Dan cara demikian ini menjadi obat bagi hati mereka.

Pada mulanya al Qur`an meletakkan dasar-dasar keimanan kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kiamat serta apa yang ada pada hari kiamat itu seperti kebangkitan, hisab, balasan, surga dan neraka. Untuk itu, kurang menegakkan bukti-bukti dan alasan sehingga kepercayaan kepada berhala tercabut dari jiwa orang-orang musyrik dan tumbuh sebagai gantinya adalah aqidah Islam.

Kemudian penetapan hukum bagi umat ini meningkat kepada penanganan penyakit-penyakit sosial yang sudah mendarah daging dalam jiwa mereka sesudah digariskan kepada mereka kewajiban-kewajiban agama dan rukun-rukun Islam yang menjadikan hati mereka penuh dengan iman, ikhlas kepada Allah dan hanya menyembah kepada-Nya.Demikian pula Qur’an turun sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi bagi kaum muslimin dalam perjuangan mereka yang panjang untuk meninggikan hikmah Allah SWT.


BAB III

PENUTUP

Dari pembahasan sebelumnya, maka saya menarik kesimpulan bahwa al Qur`an adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad sebagai petunjuk bagi ummatnya, dan untuk membedakan antara hak dan bathil.

Al Qur`an diturunkan pada malam lailatul qadar sekaligus ke Baitul Izzah kemudian diturunkannya secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Tujuan al Qur`an diturunkan yaitu untuk menerangi umat manusia dan memberikan petunjuk yang dapat membawa manusia dari kebodohan, kemungkaran kepada kebaikan dan ketenangan jiwa.

 


DAFTAR PUSTAKA

Abu, Anwar.,Ulumul Qur’an, (Pekanbaru : Amzah, 2002).

Al-Shali, Subhi.,Membahas Ilmu-Ilmu Al Qur`an, (Jakarta : PT. Pustaka Rizki Putra, 2002).

Al-Qathan, M. Khalil., Studi Ilmu Al Qur`an, (Semarang : Litera Antar Nusa, 2002).

Chalil, Moenawar.,  Kembali kepada Al Qur’an dan As sunnah, ( Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1991).

Federspiel, Howard M.,Kajian  Al Qur’an di Indonesia,  (Bandung: Mizan, 1996).

Hawiyah, Muhammad ‘umar.,  Nuzul Al Qur’an Alkarim wa Tarikhuhu wa Maa Yata’alaq bihi”, (Madinah: Majmu’ Malik Fahad lithiba’ati al mushhaf, Tt).

Kholfillah,  Muhammad Ahmad., Al Qur’an wa “ulumuhu,  Al Hadits wa ‘ulumuhu (Al Muasasah Al’arobiyah lidirasat wa An Nasyr,  1986).

Shadily, Ahdan.,  Ulumul Qur’an I, (Bandung: Pustaka Setia, 1997).

Suma, M. Amin., Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rajawali pers, 2002)

 

 



[1] Mummad Amin Suma, ‘Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rajawali pers, 2002), h.19.

[2] Shubhi Ash-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Rizki Putra, 2002), h.4.

[3] Manna Khalil al-Qathan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Semarang : Litera Antar Nusa, 2002), h.15.

[4] Shubhi Ash-Shalih. Op.Cit. h.5-6.

[5] Dr. Muhammad ‘umar Hawiyah, “Nuzul Al Qur’an Al karim wa Tarikhuhu wa Maa Yata’alaq bihi”, (Madinah: Majmu’ Malik Fahad lithiba’ati al mushhaf, Tt), h 7.

[6] Moenawar Chalil, ‘ Kembali kepada Al Qur’an dan As sunnah’, ( Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1991), h 169.

[7] Howard M. Federspiel, ‘Kajian  Al Qur’an di Indonesia’, (Bandung: Mizan, 1996), h.181.

[8]  Muhammad Ahmad Kholfillah, ‘Al Qur’an wa “ulumuhu wa Al Hadits wa ‘ulumuhu'(Al Muasasah Al’arobiyah lidirasat wa An Nasyr,  1986),h 5.

[9]Abu Anwar, Ulumul Qur’an, (Pekanbaru: Amzah, 2002), h.29.

[10] Muhammad Amin Suma, ‘Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rajawali pers, 2002), h.19.

 

[11] Ahmad Syadali, Ulumul Qur’an I, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h.31.

[12]Manna Khalil al-Qathan.Op.Cit. h.145

[13] Op.Cit. h.146

[14]Op.Cit. h.151

[15]Op.Cit. h.152


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar

Introduction