Minggu, 29 Januari 2023 | By: namakuameliya

“Implementasi Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Metode Langsung ( Thariq Mubasyaroh) Dalam Meningkatkan Pemahaman Kosa Kata Siswa Sekolah Dasar “

 

A.              LATAR BELAKANG MASALAH

Tugas pendidikan yang terutama adalah memberikan bimbingan agar pertumbuhan anak dapat berlangsung secara wajar dan optimal. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan tentang hukum hukum dasar perkembangan kejiwaan manusia agar tindak pendidikan yang dilaksanakan berhasil guna dan berdaya guna. Beberapa hukum dasar yang diperhatikan dalam membimbing anak dalam proses pendidikan.

Pendidikan bahasa  yang diberikan di sekolah dasar mempunyai peranan yang sangat penting untuk menempuh pendidikan yang lebih lanjut. Pembelajaran bahasa arab yang diberikan sejak anak-anak berusia dini tentu mempunyai karakter dan tuntutan yang berbeda dengan pembelajaran bahasa arab untuk murid remaja dan dewasa, seiring dengan  perbedaan orientasi pembelajaran dan perbedaan karakteristik  siswa. Perbedaan tersebut akan berdampak pada pemilihan materi, metode, teknik, media, alat evaluasi dan tempat pembelajaran. Pembelajaran bahasa arab yang efektif dan efisien sejak dini akan mendapatkan sambutan hangat dari berbagai pihak, walau alasannya memang sangat ideologis yakni bahwa  penduduk indonesia mayoritas beragama islam. Keinginan masyarakat saat ini sudah mulai berkembang dan bersemangat dalam mempelajari agama khususnya al-Quran dan Hadist sebagai pedoam Umat Islam. [1]

Pembelajaran bahasa arab yang akan peneliti bahas disini adalah bahasa arab sebagai bahasa asing bukan bahasa arab sebagai bahasa ibu. Dalam pembelajaran bahasa arab dikalangan anak- anak sekolah dasar yaitu dikisaran usia 10-12 tahun. Diantara berbagai faktor mempengaruhi kesiapan siswa mempelajari bahasa asing adalah faktor usia. Ada berbagai pendapat yang mengatakan pembelajaran bahasa asing sejak dini semakin mudah jika dibandingkan saat dewasa. Adapula yang berpendapat pembelajaran bahasa sejak dini bukan merupakan jaminan keberhasilan. Alasan yang melatarbelakangi penolakan terhadap pembelajaran bahasa arab sejak dini antara lain : pertama orang dewasa lebih mampu mempelajari bahasa asing, kedua perlajaran bahasa asing menyulitkan anak-anak, ketiga  mempelajari bahasa asing dapat menghalangi anak-anak menguasai bahasa ibunya denga baik, keempat dualisme bahasa dapat menghalangi pertumbuhan kognisi dan efeksi dan anak - anak. Beberapa Alasan Para Pendukung Pembelajaran bahasa asing untuk anak - anak antara lain :

(a)     Semakin hari kebutuhan akan penguasaan bahasa asing semakin meningkat, karenanya harus dipersiapkan sejak dini.

(b)     Secara sosial banyak masyarakat yang menggunakan dua atau lebih bahasa untuk komunikasi sehari-hari. Ada pula beberapa negara yang mempunyai dua bahasa resmi.

(c)     Dari sudut pandang pendidikan, mengajarkan bahasa asing kepada anak-anak sejak dini berarti membekali dengan wawasan hidup yang mengglobal.

(d)     Anak - anak mempunyai  kemampuan yang luar biasa untuk belajar banyak bahasa, diantaranya kemampuan anak untuk meniru bunyi-bunyi bahasa yang tidak dimiliki orang dewasa.

(e)     Berdasarkan penelitian terhadap perkembangan saraf - saraf otak manusia menunjukkan bahwa pada masa kanak – kanak kondisinya lebih  fleksibel sehingga mudah untuk diperkenalkan   dengan beberapa bahasa.

(f)      Perkembangan bahasa manusia bukan lahir begitu saja  tetapi harus dibiasakan.

(g)     Karena bahasa adalah kebiasaan maka membiasakan anak-anak untuk berbahasa dengan beberapa bahasa sekaligus sejak dini lebih mudah dibandingkan saat dewasa dimana kebiasaan berbahasanya sudah mapan dengan satu bahasa tertentu dan susah diubah atau diperbaiki.

(h)     Pengalaman beberapa negara ( seperti amerika, prancis dan jerman) dalam mengajarkan bahasa asing untuk anak-anak menunjukkan hasil yang menggembirakan. [2]

Bahasa, dalam bahasa arab disebut لغة  merupakan bentuk derivasi dari لَغَا  yang bersinonim dengan kata نطق  dan  تكلم  berarti “berbicara” yang dijelaskan oleh ‘Adil [3] sebagai berikut:

اللغة : اسم ثلاثي على وزن فُعَةٌ، أصله لُغْوَةٌ على وزن فُعْلَةٌ، فحذفت لامُه، وهو من الفعل الثلاثي المتعدِّي: لغا بكذا، أي تكلم؛ فاللغة هى التكلم، أي النطق الإنساني.

Secara terminology, ada beberapa pendapat tentang bahasa yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1.   Dalam mu’zam ma’ani al-jaami’[4] bahasa didefinisikan sebagai bunyi tuturan manusia untuk mengungkapkan tujuannya (مَا يَتَكَلَّمُهُ الإِنْسَانُ مِنْ أَصْوَاتٍ يُعَبِّرُ بِهَا عَنْ أَغْرَاضِهِ) 

2.   Menurut ibnu Jinni[5] bahasa adalah bunyi yang digunakan oleh setiap bangsa untuk mengungkapkan tujuan-tujuannya (أصوات يعبر بها كل قوم عن أغراضهم)

3.   Menurut Kridalaksana, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.[6]

Bahasa adalah suatu sistem  simbol vokal yang arbiter , memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu  atau orang lain yang telah mempelajari sietem kebudayaan komunikasi atau berinteraksi. Dalam perkembangannya bahasa mempunyai berbagai definisi diantaranya : Menurut pei dan gaynor bahasa adalah suatu sistem komunikasi dengan bunyi, yaitu lewat alat ujaran dan pendengaran, antara orang-orang dari kelompok atau masyarakat tertentu dengan mempergunakan simbol-simbol vokal yang mempunyai arti arbiter dan konvensional.   Menurut  de vito Bahasa adalah sistem dari  simbol- simbol yang secara potensial mengacu kepada dirinya dan terstruktur yang mendatar benda - benda, kejadian-kejadian dan hubungan – hubungan dialam dunia. wardhaugh menjelaskan bahasa merupakan satu simbol vokal yang arbiter yang dipakai dalam komunikasi manusia. Green mengungkapkan bahwasanya bahasa diefinisikan sebagai perangkat kalimat yang mungkin, dan tata bahasa suatu bahasa sebagai aturan- aturan  yang membedakan antara kalimat yang bukan kalimat.  Dalam kamus webster’s  news collegiate distionary bahasa berarti satu alat yang seistematik untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, isyarat-isyarat atau ciri-ciri yang konvensioanal dan yang memiliki arti yang dimengerti.[7]

Suatu bahasa terbentuk dari satuan - satuan bunyi tertentu, dengan menyusun satuan-satuan bunyi tersebut terbentuklah berjuta – juta kata  dalam situasi yang beraneka ragam.  Setiap bahasa mempunyai khazanah ( inventory)  bunyi yang dipilih  dari semua kemungkinan  bunyi yang bisa diucapkan manusia yang berbeda ( atau mungkin berbeda )  dengan khazanah bunyi bahasa – bahasa lain. Misalnya bunyi bahasa arab berupa “dhaa” tidak bisa ditemukan dalam bahasa lain. Pada prinsipnya tujuan pengajaran bahasa adalah agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak , berbicara, membaca dan menulis.  Salah satu  penentu kwalitas  ketrampilan berbahasa siswa , bahkan yang paling mementukan adalah kualitas dan kuantitas kosa kata yang dimiliki dan dikuasainya.  Semakin kaya seorang siswa dengan kosa kata, semakin besar pula kemungkinan dalam ketrampilan berbahasa.[8] Mengerti bahasa berarti pula seorang individu bisa menggabungkan  kata-kata untuk membentuk frase, dan kemudian frase disusun dan terbentuklah klausa atau kalimat.[9]  Semua bahasa dimuka bumi mempunyai tujuan sama memungkinkan umat manusia mengekspresikan dirinya supaya dirinya dimengerti oleh orang lain. Artinya bahwa semua bahasa itu  memiliki dasar-dasar yang sama .[10] 

kemampuan untuk berbahasa yang ada pada setiap manusia normal karena pembawaan, tetapi harus didukung oleh stimulus dari lingkungan untuk pengembangan yang sempurna. Ini Dimungkinkan denga adanya dua macam fasilitas yang dimiliki manusia yaitu pertama fasilitas fisik berupa organ-organ ujaran ( lidah, mulut, bibir, gigi, hidung, tenggorokan dan lain sebagainya) dan yang kedua   fasilitas non fisik (ruh,akal, pikiran dan rasa yang universal)  Langage dengan demikian merupakan tiongkah laku bahasa yang universal, lebih banyak diminati para ahli antropologi dan biologi. [11]

Dengan demikian penguasaan Bahasa Arab bagi siswa sekolah dasar mutlak sangat diperlukan karena sebagai alat untuk memahami dasar hukum dalam mempelajari ilmu-ilmu agama yang terdiri Al Qur‟an, Al Hadits, Fiqih, Aqidah Akhlaq dan Bahasa Arab itu sendiri. Maka mustakhil para siswa sekolah dasar dapat meguasai ilmu-ilmu tersebut tanpa disertai dengan penguasan Bahasa Arab yang baik. Namun kenyataannya mayoritas siswa sekolah dasar masih sangat minim dalam penguasaan Bahasa Arab tersebut baik Bahasa Arab sebagai bahasa ilmu maupun Bahasa Arab sebagai sarana komunikasi. Hal ini perlu dilakukan pengkajian yang mendalam mengapa hal tersebut terjadi. Ini semua perlu dicari di mana titik kelemahannya, apakah materi ajarnya yang tidak pas, guru yang mengajar tidak memenuhi kompetensinya sebagai guru Bahasa Arab, atau faktor-faktor lainnya.[12]

Mengingat keadaan tersebut maka pemahaman  Bahasa Arab di sekolah dasar perlu mendapatkan perhatian yang serius oleh semua pihak yang terkait yaitu sekolah dasar, wali murid, lingkungan masyarakat dan pemerintah agar ada langkah maju untuk memperbaiki keadaan tersebut. Tanpa kepedulian semua pihak mustakhil pemahaman Bahasa Arab akan mencapai kemajuan yang sesuai dengan harapan. Realitas di lapangan pelaksanaan pembelajaran Bahasa Arab di sekolah dasar belum sesuai dengan harapan.  Sementara sebagai pembanding di negara Israel kepedulian warga Yahudi terhadap Bahasa Arab cukup tinggi walaupun tidak ada kepentingan religi, “anak-anak Yahudi sudah diwajibkan menguasai minimal tiga bahasa sejak usia sekolah, yaitu bahasa Inggris, bahasa Arab, dan bahasa Hebrew.”[13]

Hal ini sesuai pendapat Azyumardi Azra tentang pembelajaran Bahasa Arab di madrasah : “apa yang diajarkan sebenarnya bukan pelajaran bahasa, melainkan pelajaran tentang bahasa.” Kegiatan belajar Bahasa Arab lebih banyak menitikberatkan pada penghafalan kaidah-kaidah tata bahasa dan kosa kata tanpa ada kesempatan untuk menggunakan bahasa itu dalam bentuk lisan. Bahkan kalau ditelusuri lebih jauh lagi metode pembelajaran yang dilaksanakan, merupakan kelanjutan dari pendekatan pembelajaran yang bersifat satu arah dan berlangsung naratif, di mana guru memberikan informasi yang harus ditelan oleh murid. Target dari semua itu agar siswa mampu menyelesaikan soal-soal tes baik tes formatif maupun tes sumatif atau dapat menyelesaikan soal-soal ujian akhir madrasah. [14]

Dari hal tersebut, salah satu penyebab rendahnya kemampuan penguasaan materi kalam pada siswa, karena dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Arab masih terpaku pada penggunaan metode tertentu, yaitu hanya menggunakan metode kaidah dan terjemah (thariqah al qawaid wat tarjamah) tanpa diperkaya dengan metode lain untuk menambah variasi dan memperkaya cakupan materi yang diajarkan. Akhirnya materi pembelajaran Bahasa Arab yang dikuasai siswa sifatnya sangat verbalistik sehingga aplikasinya di lapangan sangat lemah. Bukan berarti Thariqah Al Qawaid wat Tarjamah itu jelek, namun semua metode disamping ada kelebihan tetapi ada kekurangannya. Di sini diperlukan kemauan guru untuk melengkapi dengan metode lain sehingga bisa menutup kekurangan yang ada.

Implementasi secara bahasa menurut kbbi penggunaan atau penerapan. Ibnu khaldun berkata, “Sesungguhnya pengajaran itu merupakan profesi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan kecermatan karena sama halnya dengan pelatihan kecakapan yang memerlukan kiat, strategi dan ketelatenan, sehingga menjadi professional. Metode pengajaran bahasa Arab modern adalah metode pengajaran yang berorientasi pada tujuan bahasa sebagai alat. Artinya, bahasa Arab dipandang sebagai alat komunikasi dalam kehidupan modern, sehingga inti belajar bahasa Arab adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa tersebut secara aktif dan mampu memahami ucapan/ungkapan dalam bahasa Arab. Metode yang lazim digunakan dalam pengajarannya adalah metode langsung (tariiqah al – mubasysyarah). Munculnya metode ini didasari pada asumsi bahwa bahasa adalah sesuatu yang hidup, oleh karena itu harus dikomunikasikan dan dilatih terus sebagaimana anak kecil belajar bahasa.

Aspek pembelajaran bahasa meliputi berbagai aspek ketrampilan diantaranya ketrampilan mendengarkan, ketrampilan berbicara, ketrampilan membaca dan terakhir ketrampilan penulis. Dari keempat ketrampilan ini penulis mencoba untuk menganalisis pemahaman siswa dalam pembelajaran bahasa arab dengan menggunakan metode langsung. Teori ini mengajarkan bahasa dengan berbagai sistem yang menurut hemat peneliti sangat cocok jika diaplikasikan kepada siswa-siswa sekolah dasar yang notabennya masih menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa utamanya.

Dalam tesis ini penelliti memilih siswa sekolah dasar sukawarna 5 kelas   5 sebagai objek penelitian. Hal ini disebabkan sekolah ini mempunyai murid-murid yang tertarik dalam pembelajaran bahasa arab selain itu sekolah tersebut mempunyai berbagai prestasi yang cukup membanggakan dalam dunia pendidikan. Pentingnya penulis memilih lingustik modern sebagai sebuah metode pembelajaran bahasa arab adalah karena pembelajaran bahasa arab menggunakan metode ini lebih mudah dipahami oleh siswa sekolah dasar dibandingkan metode pembelajaran menggunakan teori linguistik lainnya.  Yang pada akhirnya teori dari teori linguistik modern ini lahirlah beberapa metode pembelajaran diantaranya metode langsung dan metode bahasa dengar ( Audio-Lingual Method). Adapun hasil dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan pemahaman siswa khususnya kemahiran dlam mendengar dan membaca teks-teks arab maupun kosa kata bahasa arab. Maka dari itu peneliti membuat penelitian ini dengan judul  Implementasi Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Metode Langsung ( Thariq Mubasyaroh)  Dalam Meningkatkan Pemahaman Kosa Kata Siswa Sekolah Dasar

B.               RUMUSAN MASALAH

Penelitian ini dititik beratkan Kepada metode pembelajaran Kosa Kata Bahasa arab dengan menggunakan metode langsung ( Thariq Mubasyaroh)  Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah,  maka akan dirumuskan masalah pokok penelitian yang berkisar pada hal-hal sebagai berikut: 

a.    Bagaimana Implementasi Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Metode Langsung ( Thariq Mubasyaroh) ?

b.   Bagaimana Efektifitas Implementasi Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Metode Langsung ( Thariq Mubasyaroh)  Dalam Meningkatkan Pemahaman Kosa Kata?

c.    Bagaimana  Pemahaman Kosa Kata bahasa arab  Siswa Sekolah Dasar?

 

C.              TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

 

Tujuan utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.   Untuk menggambarkan dan menguraikan tentang Implementasi Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Metode Langsung ( Thariq Mubasyaroh)

2.   Untuk menggambarkan dan menguraikan Efektifitas Implementasi Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Metode Langsung ( Thariq Mubasyaroh)  Dalam Meningkatkan Pemahaman Kosa Kata

3.   Untuk menggambarkan dan menguraikan Pemahaman Kosa Kata bahasa arab  Siswa Sekolah Dasar

4.   Memberikan gambaran tentang penelitian tesis dengan menggunakan metode langsung ( Thariq Mubasyaroh )

 

 

 

D.    KAJIAN PUSTAKA

Dalam pencarian diberbagai perpustakan peneliti menemukan beberapa penelitian yang mengkaji mengenai pembelajaran dengan metode Langsung ( Thariq Mubasyaroh)   diantaranya

Yang pertama penelitian yang ditulis oleh darbo mahasiswa Institut agama islam negri walisongo semarang yang berjudul  Peningkatan kemampuan siswa berbicara dalam bahasa Arab dengan menggunakan thariqah mubasyarah di kelas V MI Wadas Plantungan Kendal tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan Thariqah Mubasyarah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dalam Bahasa Arab. Hasil penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa berbicara dalam Bahasa Arab pada siswa dalam usaha meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam yang berkualitas di Kelas V Sekolah dasar Ibtidaiyah Wadas Kecamatan Plantungan, Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2012 / 2013. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang mengambil kelas V Sekolah dasar Ibtidaiyah Wadas Kecamatan Plantungan, Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2012 / 2013, siswanya sejumlah 15 orang yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 5 siswa laki-laki. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi / pengamatan, dokumentasi, yang meliputi hasil analisis observasi pada siklus I, II dan III. Analisis prosentase dan analisis evaluasi (hasil belajar) dari hasil pengamatan dan proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan bicara siswa (kalam) pada mata pelajaran Bahasa Arab meningkat setelah menggunakan Thariqah Mubasyarah.[15]

Yang kedua penelitian karya ahmad nurcholis mahasiswa institut agama islam negeri (IAIN) tulungagung yang berjudul penggunaan thariqah mubasyarah dengan media visual gambar untuk meningkatkan prestasi belajar bahasa arab siswa kelas III MI muhammadiyah siyotobagus besuki tulungagung. Penelitian ini menitik beratkan terhadap  rendahnya prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Arab ini adalah kurang aktifnya siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Untuk mengaktifkan atau memudahkan siswa dalam proses pembelajaran, Thariqah Mubasyarah dengan media visual gambar sangatlah tepat, karena metode ini dapat mendorong siswa aktif dalam pembelajaran untukmencapai prestasi yang maksimal.  tujuan dari penelitihan ini untuk mendiskripsikan, menganalisis dan memberi interprestasi terhadap: (1) Penggunaan metode langsung (Thariqah Mubhasyarah) dan media visual gambar dalam meningkatkan prestasi belajar Bahasa Arab pokok bahasan Al-Alwanu siswa kelas III MI Muhammadiyah Siyotobagus Besuki Tulungagung. (2) Prestasi belajar Bahasa Arab pokok bahasan Al-Alwanu, setelah penerapan Thariqah Mubasyarah dengan media gambar diterapakan siswa kelas III MI Muhammadiyah Siyotobagus Besuki Tulungagung.  peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan kelas karena masalah yang dipecahkan berasal dari praktik pembelajaran di kelas. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes, metode observasi, metode wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dan angket. pembelajaran dengan menggunakan Thariqah Mubasyarah dengan media gambar dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Arab. Sedangkan untuk prestasi belajar siswa meningkat dapat dilihatdari nilai post test. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata siswa yang semula siswa 48,2 (pre test), meningkat menjadi 71,27 (post test siklus 1), dan meningkat lagi menjadi 85,81 (post test siklus 2). Selain itu, peningkatan prestasi belajar belajar siswa juga dapat dilihat dari ketuntasan belajar. Terbukti dengan presentasi ketuntasan belajar pre test (18,2%) meningkat pada post test siklus 1 (54,54%), dan meningkat lagi pada post test siklus 2 (90,9%). Dengan demikian, membuktikan bahwa penggunaan Thariqah Mubasyarah dengan media visual gambar dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Arabsiswa kelas III MI Muhammadiyah Siyotobagus Besuki Tulungagung.[16]

Yang ketiga tesis karya Aaam Malikatus Saadah Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung ,  yang berjudul “ Penerapan Metode Pembelajaran Index Card Match dan Team Quiz dalam meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada mata pelajaran Quran Hadist  ( penelitian tindakan pada siswa kelas VIII MTS Kifayatul Achyar Kota Bandung).  Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran Quran Hadist sebelum menggunakan metode pembelejaran ini , mengetahui penerapan metode pembelajaran tersebut dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian  Tindakan kelas dengan pendekatan metode kualitatif. Urutan kegiatan penelitian ini mencakup perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes, observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode ini terbukti adanya peningkatan dalam pembelajaran dan pemahaman siswa. Kelebihan tesis ini mempunyai banyak halaman yang terdiri dari isi , dokumentasi dan berbagai lampiran dan kelemahannya adalah penelitian dengan menggunakan metode tindakan kelas sangat sederhana untuk penelitian Tesis.

Yang keempat Tesis karya mulyana Yusup  Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung  yang berjudul “ Efektifitas aplikasi pendekatan contekstual teaching and learning dengan menggunakan perangkat multimedia  dalam pembelajaran agama islam di SMP Pasundan 1 Bandung” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang penerapan pendekatan Contextual Teaching and learning dengan menggunakan perangkat multimedia dalam pembelajaran agama Islam di Smp pasundan 1 Bandung, pelaksanaan  pendekatan contextual teaching dan learning dengan menggunakan perangkat multimedia dalam pembelajaran agama islam, factor pendukung dan factor penghambat dan keberhasilannya.  Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode action rearch. Pengumpulan data dilakukan dengan cara merefleksi hasil observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidikan dan peserta didik di kelas. Hasil penelitian ini mencapai target pembelajaran dan efektif.

 

E.               KERANGKA BERFIKIR

Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri individu atau siswa. Perbuatan sebagai hasil dari proses belajar dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman sikap dan tingkah laku[17]. Ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang  ada pada individu yang belajar. Dengan demikian belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Oleh sebab itu belajar adalah  proses aktif dan proses mereaksi terhadap semua situasi  yang ada disekitar individu. Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dikalangan ahli psikologi mendefinisikan makna belajar namun intinya belajar merupakan proses perubahan prilaku individu berdasarkan praktik dan pengalaman.

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi  perubahan prilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya baik faktor internal maupun faktor eksternal  yang datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran tugas guru  yang paling utama adalah mengusahakan situasi yang tepat sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar bagi peserta didik. Peran guru sangat penting dalam proses belajar mengajar di kelas karena mempengaruhi keberhasilan siswa.[18]

Siwa yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 sekolah dasar yang dimana katregori perkembangangannya terdapat dalam fase anak-anak. Masa anak-anak ( late childhood) berlangsung antara usia 6-12 tahun. Tugas-tugas perkembangan pada masa kedua ini meliputi kegiatan belajar dan mengmbangkan hal- hal baru seperti :

a)     Belajar ketrampilan fisik yang diperlukan untuk bermain, seperti melompat, mengejar, menghindari dan seterusnya.

b)     Mengembangkan dasar – dasar ketrampilan membaca, menulis, dan berhitung.

c)     Mengembangkan konsep-konsep yang dibutuhkan sehari – hari Dan lain sebagainya.[19]

Ketika seorang anak, dalam proses belajarnya di sekolah, harus mempelajari suatu bahasa asing, sebenarnya ia menghadapi masalah yang sama dengan mempelacari bahasa ibu, yaitu melalui tahap-tahap pengenalan , pendengaran dan pengucapan. Akan tetapi , tahap yang ditempuh tentu dalam wujud yang sangat berbeda, misalnya perbedaan dalam segi – segi suara, kosa kata, tata kalimat, dan juga tulisan. Unsur-unsur bahasa yang diajarkan dalam tingkat anak-anak akan sangat jauh berbeda dengan unsur-unsur bahasa yang diajarkan oleh kebiasaaan ( bahasa ibu) karena bagaimanapun tidak ada bahasa yang mempunyai unsur yang saman.[20]

Guru bahasa arab yang kompeten dituntut untuk dapat menampilkan keahliannya di depan kelas.  Salah satu keahlian tersebut  adalah kemampuan menyampaikan pelajaran kepada siswa. Untuk dapat menyampaikan  pelajaran kepada siswa. Untuk dapat menyampaikan pelajaran dengen efektif dan efisien, guru perlu mengenal berbagai jenis teknik untuk mengajarkan bunyi, kosa kata dan tata bahasa,  tiga komponen bahasa yang penting selain makna yang diusung dengan komponen tersebut.  Dalam pengajaran bahasa asing, komponen bahasa perlu diajarkan secara khusus karena  kompetensi ini dapat dipandang sebagai prasyarat untuk menguasai kompetensi komunikatif atau tindak berbahasa, baik yang bersifat reseptif maupun produktif. Pengajaran komponen bahasa memiliki peranan yang sangat penting. Karena ia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran bahasa.

Proses pembelajaran bahasa yang mengakui peranan penting penguasaan komponen bahasa dalam pembentukan ketrampilan berbahasa akan memberikan perhatian khusus kepada pengajaran komponen bahasa, karna ia merupakan bahan pokok yang akan digunakan  untuk membangun ketrampilan. Pengajaran komponen bahasa dan ketrampilan bahasa hanya bisa dipisahkan secara teoritis  untuk memberikan fokus perhatian   dalan pembelajaran, tetapi secara praktis  kedua hal tersebut tidak bisa dipisahkan karena merupakan satu kesatuan yang membentuk bahasa. Dalam pandangan banyak ahli bahasa, bahasa dianggap terdiri dari bagian-bagian yang dapat dipisahkan dan dibedakan satu dari yang lain. Bagian – bagian yang dikenal sebagai kompenen bahasa itu, terdiri dari bunyi bahasa (ashwath), kosakata (mufradat) dan tata bahasa ( sharf-nahwu/tarkib).[21]

Munculnya Thariqah Mubasyarah didasari pada asumsi bahwa bahasa adalah sesuatu yang hidup. Oleh karena itu harus dikomunikasikan dan dilatih terus sebagaimana anak kecil belajar bahasa.

Berdasarkan asaumsi yang ada dalam proses berbahasa anatara ibu dan anak, maka Francois Gouin (1880 – 1892) seorang guru Bahasa Latin dari Perancis mengembangkan metode berdasarkan pengamatannya pada penggunaan bahasa ibu oleh anak-anak.  Metode ini mendapat momentum yang baik pada awal abad ke-20 di Eropa dan Amerika, serta digunakan baik di negara Arab maupun di negara-negara Islam sampai di negara-negara Asia Tenggara termasuk di Indonesia[22].  

Pada umumnya  motivasi dan dorongan mempelajari  Bahasa  Arab di  Indonesia  adalah  untuk  tujuan  agama,  yaitu  untuk  mengkaji  dan  memperdalam ajaran islam dari sumber-sumber yang berbahasa Arab, seperti  al-Quran,  al-Hadits, kitab-kitab turats dan lain-lain. Akan tetapi pada saat ini  bahasa Arab  telah  menjadi  suatu  bagian dari  mata pelajaran  yang  harus diajarkan di lembaga pendidikan formal. Terlebih lagi di lembaga pendidikan Islam,  bahasa  Arab  merupakan  suatu  keharusan  untuk  diajarkan  kepada peserta didik. [23]

 Secara  toritis,  paling  tidak  ada  empat  orientasi  pendidikan  bahasa Arab sebagai berikut:

a)     Belajar  bahasa  Arab  untuk  tujuan  memahami  dan  memahamkan  ajaran  Islam. Orientasi  ini  dapat berupa belajar  keterampilan  pasif  (mendengar dan membaca), dan dapat pula mempelajari keterampilan aktif (berbicara dan menulis).

b)     Belajar bahasa Arab untuk tujuan memahami ilmu-ilmu dan keterampilan berbahasa  Arab.  Orientasi  ini  cenderung  menempatkan  bahasa  Arab sebagai  disiplin  ilmu  atau  obyek  studi  yang  harus  dikuasai  secara akademik.

c)     Belajar bahasa untuk kepentingan profesi, praktis atau pragmatis, seperti mampu berkomunikasi  lisan  dalam bahas  Arab untuk bisa menjadi TKI, diplomat, turis, misi dagang, atau  untuk  melanjutkan  studi  di salah satu negara Timur Tengah, dan sebagainya.

d)     Belajar  bahasa  Arab  untuk  memahami  dan  menggunakan  bahasa  Arab sebagai  media  bagi  kepentingan  orientalisme,  kapitalisme, imperalisme, dan sebagainya. [24]

Metode adalah cara atau teknik  yang di gunakan oleh guru dalam  menyampaikan  bahan  pelajaran    agar  tujuan  atau  kompetensi  dasar  dapat tercapai.[25]  Sedang  menurut    Ahmad  Fuad  Efendi    metode  adalah  rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sitematis berdasarkan pendekatan  yang dilakukan.[26]  Dengan demikian metode menduduki peranan yang penting sekali dalam  pelaksanaan  pembelajaran  untuk  keberhasilan  pencapaian  kompetensi  yang  dimaksud.  Bahkan  kedudukan  metode  di  pandang  lebih penting dari pada materi pelajaran itu sendiri. Adapun Thariqah Mubasyarah adalah metode pembelajaran Bahasa  Arab    yang  dalam  pelaksanaannya  menolak  pemakaian  bahasa  ibu. Jadi  dalam  menyampaikan  materi  pelajaran  dengan  menggunakan Thariqah  Mubasyarah  semaksimal  mungkin  menghindarkan menerjemahkan  arti  kosa  kata  dari  Bahasa  Arab  ke  dalam  Bahasa Indonesia.

Dalam  pelaksanaan  pembelajarannya  apabila  memperkenalkan nama benda ( isim ) maka langsung menunjukkan bendanya, misalnya qalamun  maka  langsung  menunjukkan  pena.  Demikian  juga  apabila sedang  membelajarkan  kata  kerja  (  fi il  )  maka  kata  kerja  tersebut diperagakan  dengan  gerakan  yang  mengandung  makna  kata  kerja tersebut,  misalnya  aktubu  maka  diperagakan  dengan  menulis,  dan sebagainya.  Jadi  dalam  pelaksanaan  pembelajar an  dengan  menggunakan Thariqah  Mubasyarah  dihindarkan  jauh-jauh  mengartikan  kosa  kata Bahasa  Arab,  misalanya  kitabun  artinya  buku,  qalamun  artinya  pena dan  sebagainya.  Akan  tetapi  seorang  guru  langsung  menunjukkan  bendanya disertai pertanyaan “ ma haza” dan siswa menjawab “zalika kitabun”.  Kemudian  dilanjutkan  melakukan  percakapan  di  antara sesama  siswa  di  dalam  kelompok  sampai  semua  siswa  benar -benar menguasai kosa kata yang sedang dipelajari tersebut. Dengan  demikian  dalam  pembelajaran  Bahasa  Arab  diusahakan menjauhkan  siswa  dari  pemakaian  bahasa  yang  sudah  dikuasai sebelumnya  baik  itu  bahasa  ibu  atau  bahasa  nasional.  Hal  tersebut bertujuan  agar  siswa  dapat  lebih  fokus  dalam  mempelajari  Bahasa Arab  sehingga  hasilnya  diharapkan  lebih  optimal.  Siswa  juga  tidak kerepotan  harus  berfikir  menterjemahkan  terlebih  dahulu  kosa  kata yang sedang dipelajari tersebut.

a.      Karakteristik thariq mubasyaroh (Metode Langsung)

a)     Target  utama  yakni  penguasaan  bahasa  secara  lisan,  agar  siswa  terbiasa berkomunikasi dengan bahasa tersebut

b)     Materi  pelajaran  berupa  kosa  kata  yang  ada  di  sekitar  siswa  dan  yang biasa dipraktekkan setiap hari

c)     Kaidah  bahasa  diajarkan  lewat  contoh-contoh  dan  pada  akhirnya siswa menyimpulkan sendiri.

d)     Kosa kata diajarkan melalui demonstrasi, peragaan benda langsung atau menggunakan media tiruan.

e)     Kemampuan bicara dan menyimak selalu dilatihkan

f)      Guru dan siswa harus sama-sama aktif

b.     Langkah-langkah Penyajian Thariqah Mubasyarah.

Langkah-langkah  dalam  penyajian  metode  ini  secara  garis

besarnya sebagai berikut :

a)     Guru mengucapkan satu kata  sambil menunjukkan  bendanya atau memperagakan dengan gerakan.

b)     Latihan berikutnya berupa tanya jawab dengan kata tanya dan sebagainya.

c)     Apa  bila  siswa  telah  menguasai  materi  yang  disajikan,  siswa disuruh membuka buku teks dan guru memberikan contoh bacaan yang benar kemudian siswa disuruh membaca bergantian.

d)     Selanjutnya siswa disuruh menjawab secara lisan pertanyaan yang ada di dalam buku, dilanjutkan dengan mengerjakan secara tertulis

Metode langsung (al Thariiqatu al Mubaasyarah) Penekanan pada metode ini adalah pada latihan percakapan terus-menerus antara guru dan peserta didik dengan menggunakan bahasa Arab tanpa sedikitpun menggunakan bahasa ibu, baik dalam menjelaskan makna kosa kata maupun menerjemah, (dalam hal ini dibutuhkan sebuah media). Perlu menjadi bahan revisi disini adalah bahwa dalam metode langsung, bahasa Arab menjadi bahasa pengantar dalam pengajaran dengan menekankan pada aspek penuturan yang benar ( al – Nutqu al – Shahiih), oleh karena itu dalam aplikasinya, metode ini memerlukan hal-hal berikut;

a)   Materi pengajaran pada tahap awal berupa latihan oral (syafawiyah)

b)   Materi dilanjutkan dengan latihan menuturkan kata-kata sederhana, baik kata benda (isim) atau kata kerja ( fi’il) yang sering didengar oleh peserta didik.

c)   Materi dilanjutkan dengan latihan penuturan kalimat sederhana dengan menggunakan kalimat yang merupakan aktifitas peserta didik sehari-hari.

d)   Peserta didik diberikan kesempatan untuk berlatih dengan cara Tanya jawab dengan guru/sesamanya.

e)   Materi Qiro’ah harus disertai diskusi dengan bahasa Arab, baik dalam menjelaskan makna yang terkandung di dalam bahan bacaan ataupun jabatan setiap kata dalam kalimat.

f)    Materi gramatika diajarkan di sela-sela pengajaran,namun tidak secara mendetail.

g)   Materi menulis diajarkan dengan latihan menulis kalimat sederhana yang telah dikenal/diajarkan pada peserta didik.

h)   Selama proses pengajaran hendaknya dibantu dengan alat peraga/media yang memadai.[27]

  Adapun  ruang  lingkup  pembelajaran  bahasa  Arab  melputi;    unsur unsur  kebahasaan,  terdiri  atas  tata  bahasa  (qawaidu  al-lughah),  kosakata  (mufradat), pelafalan dan  ejaan (ashwat Arabiyah), keterampilan berbahasa,  yaitu  menyimak  (istima’ ),  berbicara  (kalam),  membaca  (qira’ah),  dan  menulis (kitabah),  dan aspek budaya  yang  terkandung dalam  teks lisan  dan tulisan.[28]

Kosakata  dalam  bahasa  Arab  atau  yang  disebut  dengan  mufradat, merupakan  himpunan  kata-kata  atau  khazanah  kata  yang  diketahui  oleh seseorang  atau  etinitas  lain  yang  merupakan  bagian  dari  bahasa  tertentu. Dalam  bahasa  inggris  kosakata  disebut  dengan  vocabulary.  Kosakata  juga dapat  diartikan  sebagai  himpunan  kata-kata  yang  dimengerti  oleh  orang  tersebut dan kemungkinan akan digunakannya untuk menyusun kalimat baru.Kosakata  merupakan  salah  satu  dari tiga  unsur  bahasa  yang  harus  dikuasai, kosakata  ini  digunakan  dalam  bahasa  tulis  maupun  bahasa  lisan,  dan merupakan  salah  satu  alat  untuk  mengembangkan  kemampuan  berbahasaArab seseorang.[29]

Menurut Al-khauli dan Mahmud Ali dalam yang dikutip oleh Syaiful  dalam bukunya,  kosakata merupakan kumpulan  kata-kata tertentu  yang akan  membentuk  bahasa.  Kata  adalah  bagian  terkecil  dari  bahasa  yang  sifatnya bebas.  Pengertian  ini  membedakan  antara  kata  dengan  morfem.  Morfem adalah  satuan  bahasa  terkecil  yang  tidak  bisa  dibagi  atas  bagian  bermakna  yang lebih kecil yang maknanya relatif stabil. Maka kata terdiri dari morfem morfem,  misalnya  kata mu’allim  (معلم) dalam  bahasa arab terdiri dari  satu morfem. Sedangkan kata al-muallim (معلم) mempunyai dua morfem.Adapun  kata  yang  terdiri  dari  tiga  morfem  adalah  kata  yang terbentuk  dari  morfem-morfem  dimana  masing-masing  morfem  morfem memiliki  arti  khusus.  Misalnya  kata  al-mu’allimun  (       معلمون)  [30]

Tujuan  umum  pembelajaran  kosakata  (mufradat) bahasa  arab  adalah sebagai berikut:

a)     Memperkenalkan  kosakata  baru  kepada  siswa,  baik  melalui  bacaan maupun fahm al-masmu’

b)     Melatih  siswa  untuk  dapat  melafalkan  kosakata  itu  dengan  baik  dan  benar,  karena  pelafalan  yang  baik  dan  benar   mengantarkan  kepada  kemahiran berbicara dan membaca secara baik dan benar

c)     Memahami makna  kosakata,  baik secara  denotasi  atau  leksikal  maupun  ketika digunakan dalam konteks kalimat tertentu.

d)     Mampu mengapresiasi dan memfungsikan mufradat itu dalam berekspresi  lisan maupun tulisan sesuai dengan konteksnya.[31]

Strategi pembelajaran kosakata tingkat dasar (mubtadi’)  Pada tingakat dasar, pengajar dapat menggunakan beberapa strategi di bawah ini.

a)     Menggunakan  nyanyian/lagu. Melalui nyanyian/lagu ini diharapkan dapat  menghilangkan  kejenuhan  siswa  pada  saat  belajar  dan memberikan  kesenangan  agar  dapat  meningkatkan  penguasaan mufradat atau menambah perbendaharaan mufradat. Menunjukkan benda yang dimaksud seperti mendatangkan sampelnya atau benda aslinya.

b)      Meminta siswa membaca berulang kali.

c)      Mendengarkan  dan  menirukan  bacaan  dan  mengulang-ulang  bacaan serta  menulisnya  sampai  siswa  benar -benar  paham  dan menguasainya. [32]

Berikut  ini  beberapa  metode  yang  dapat  digunakan  dalam mengajarkan mufradat kepada siswa, diantaranya:

a)     Memberikan contoh (namdzij).

b)     Dramatisasi (tamtsil al-ma’na) 

c)     Barmain peran (la’b-l-dawr)  

d)     Menyebutkan antonim (mutadladat)

e)     Menyebutkan sinonim

f)      Memberikan asosiasi (tada’iy-l-ma’ani)

g)     Menyebutkan asal-usul kata (musytaqat)

h)     Menjelaskan maksudnya (al-murad biha)

i)      Mengulang-ulang bacaan (takrir-l-qiraah) 

j)      Mencari dalam kamus (taftisy-l-ma’ajim)

k)     Menerjemahkan langsung (tarjamah fauriyyah)

l)       Mengulang-ulang bacaan  Penggunaan bahasa pengantar

m)   Mendengarkan serta menirukan

n)     Meletakkan kata dalam kalimat

o)     Permainan (game) .[33]

 

F.               LANGKAH LANGKAH PENELITIAN

Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.    Penentuan sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 SDN NEGRI SUKAWARNA 5.

b.   Penentuan jenis data

Data dalam penelitian ini adalah Teks/Wawancara Mengenai Pemahaman Pembelajaran Bahasa Arab Menggunakan Teori Linguistik Modern Terhadap Siswa Kelas   5  SDN Sukawarna 5.

c.    Teknik pengumpulan data penelitian

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang digunakan,  dilaksanakan dengan menggunakan studi kepustakaan,  baik berupa buku,  catatan,  maupun laporan hasil penelitian.  Teknik ini digunakan,  karena jenis penelitiannya  merupakan penelitian kualitatif.

Tahapan-tahapan yang ditempuh adalah:

1)   Membaca dan mempelajari hasil dan teori penelitian  secara berulang-ulang.

2)   Mengumpulkan dan mengidentifikasikan data-data serta literatur yang dianggap berhubungan dengan teori linguistik modern.

3)   Mengumpulkan dan mengidentifikasi hasil penelitian lapangan menjadi sebuah laporan yang tersusun.

4)   Melakukan pembacaan dan pencatatan berulang-ulang terhadap data.

5)   Mendeskripsikan data-data dan literatur serta menyusunnya secara sistematis dalam bentuk laporan awal.

d.   Analisis Data Penelitian

Data yang berupa teks/wacana yang telah terkumpul kemudian dianalisis menjadi kelompok –kelompok sosial yaitu Agama,  Ekonomi dan Politik yang kemudian dikaji dengan pendekatan sosiologi sastra.

e.    Merumuskan simpulan

Simpulan merupakan proses akhir dari kegiatan penelitian untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam rumusan masalah

f.    Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif yang merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif  pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.

G.              Hipotesis

Dalam  penelitian,  hipotesis  diartikan  sebagai  jawaban  sementara terhadap  masalah  penelitian,  yang  kebenarannya  harus  diuji  secara empiris. Dari  pengertian  hipotesis  tersebut,  maka  peneliti  merumuskan hipotesis  sebagai  berikut  “Dengan  menggunakan  Thariqah  Mubasyarah dapat  meningkatkan kemampuan  berbicara  dengan  menggunakan  Bahasa Arab  pada siswa kelas  V  SDN SUKAWARNA 5.

H.              SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan dalam tesis ini berisi empat bab yaitu

Bab pertama latar belakang, rumusam masalah, manfaat dan kegunaan penelitian

Bab kedua berisi tentang landasan teori , penjelasan singkat mengenai urgensi dan keistimewaan bahasa arab sebagai bahasa asing, Teori thariq mubasyaroh ( metode langsung) dimulai dari pengertian, karakteristik, urain mengenai teori, kelemahan dan kekurangan, kemudian menjelaskan secara lugas mengenai teori pengaplikasian metode Thariq Mubasyaroh.

Bab ketiga berisi profil sekolah, cara pengaplikasian teori linguistik modern, hasil penelitian.

Bab keempat berisi kesimpulan daftar pustaka dan lampiran.

G. DAFTAR PUSTAKA

Suhada idad, landasan pendidikan ; bandung . 2015

Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa arab” Bandung, pustaka Cendekia Cet I., 2011

[1]عادل خلف، اللغة والبحث اللغوي (القاهرة: مكتبة الآداب، 1994م)، ص 51.

[1]المعجم الوسيط dalam معاجم اللغة العربية (HTML file, www.maajim.com/, 29/10/2015: 10.24 AM)

[1]محمود فهمي حجازي، مدخل إلى علم اللغة (القاهرة: دار قباء، دون السنة)، .

 

Alwasilah, A. Chaedar “ Bebebrapa mazhab dan dikotomi teori linguistik “. Angkasa. , Bandung, 2015.

Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa arab” Bandung, pustaka Cendekia Cet I., 2011

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemah, (Jakarta : Bumi Restu, 1977),

Abdul Wahid, Menguak Rahasia Cara Belajar Orang Yahudi, (Jogjakarta : Diva Press, 2013),

Departemen Agama RI, Sejarah Madrasah, (Dirjen Kelembagaan Agama Islam : 2004)

http://eprints.walisongo.ac.id/1616/ diunduh pada tanggal 9 maret 2016 pukul 09.02

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/218/ diunduh pada tanggal 09 maret 2016 pukul  09.10

Muhibbin syah “ psikologi pendidikan ,( Bandung : Rosda Karya, 2000 ) Hal 92

Abin syamsudin makmun, psikologi kependidikan, Bandung: Remaja Rosda karya, 2004

Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa arab” Bandung, pustaka Cendekia Cet I., 2011

  Ahmad  Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2005),.

Dra. Masyitoh M.Pd. dkk, Strategi Pembelajaran,Dirjen Pendidikan Islam, Departemen Agama RI, 2009)

Ahamd Fuad Effendy, Metodologi Peng ajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2005),.

Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011)

Izzan Ahmad, “ Metodologi pembelajaran bahasa arab. ( Bandung, Humaniora)

Syah Muhibin, “ telaah singkat perkembangan peserta didik” . Bandung: Raja Grafindo Persada,2014

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   



[1] Suhada idad, landasan pendidikan ; bandung . 20151 halaman 7

[2] Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa arab” Bandung, pustaka Cendekia Cet I., 2011 hal 160

[3]عادل خلف، اللغة والبحث اللغوي (القاهرة: مكتبة الآداب، 1994م)، ص 51.

[4]المعجم الوسيطdalamمعاجم اللغة العربية (HTML file, www.maajim.com/, 29/10/2015: 10.24 AM)

[5]محمود فهمي حجازي، مدخل إلى علم اللغة (القاهرة: دار قباء، دون السنة)، ص 10.

 

[6]Abdul Chaer, op. cit. hlm. 32.

[7] Alwasilah, A. Chaedar “ Bebebrapa mazhab dan dikotomi teori linguistik “. Angkasa. , Bandung, 2015. Hal 4-5

[8] Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa arab” Bandung, pustaka Cendekia Cet I., 2011 Hal 27

[9] Alwasilah, A. Chaedar “ Bebebrapa mazhab dan dikotomi teori linguistik “. Angkasa. , Bandung, 2015. Hal 14

[10] Alwasilah, A. Chaedar “ Bebebrapa mazhab dan dikotomi teori linguistik “. Angkasa. , Bandung, 2015. Hal

[11]  Alwasilah, A. Chaedar “ Bebebrapa mazhab dan dikotomi teori linguistik “. Angkasa. , Bandung, 2015. Hal 132

[12] Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemah, (Jakarta : Bumi Restu, 1977), hlm.248.

 

[13]  Abdul Wahid, Menguak Rahasia Cara Belajar Orang Yahudi, (Jogjakarta : Diva Press, 2013), hlm : 76

[14] Departemen Agama RI, Sejarah Madrasah, (Dirjen Kelembagaan Agama Islam : 2004) hlm. 174

[15] http://eprints.walisongo.ac.id/1616/ diunduh pada tanggal 9 maret 2016 pukul 09.02

[16] http://repo.iain-tulungagung.ac.id/218/ diunduh pada tanggal 09 maret 2016 pukul  09.10

[17] Muhibbin syah “ psikologi pendidikan ,( Bandung : Rosda Karya, 2000 ) Hal 92

[18] Abin syamsudin makmun, psikologi kependidikan, Bandung: Remaja Rosda karya, 2004 hal 155

[19] Syah Muhibin, “ telaah singkat perkembangan peserta didik” . Bandung: Raja Grafindo Persada,2014 hal 72-73

[20]  Izzan Ahmad, “ Metodologi pembelajaran bahasa arab. ( Bandung, Humaniora) hal 72 - 73

[21] Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa arab” Bandung, pustaka Cendekia Cet I., 2011 Hal 20

[22]  Ahmad  Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2005),.

hlm. 35

[23] Bisri Mustofa  dan  Abdul Hamid,  Metode dan S trategi  Pembela jaran  Bahasa Arab, (Malang: UIN

Maliki Press, 2012),hlm.  6 

[24] Acep  Hermawan,  Metod ologi  Pembalajaran  Bahasa  Arab,  (Bandung:  PT  Remaja  Rosdakarya,

201 1), hlm. 89-90

 

[25]  Dra. Masyitoh M.Pd. dkk, Strategi Pembelajaran,Dirjen Pendidikan Islam, Departemen

Agama RI, 2009) hlm. 41

[26]  Ahamd Fuad Effendy, Metodologi Peng ajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 20 05),.

hlm. 6

[27]Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011)

[28] Abdul Hamid, dkk, Pembelajaran Bahasa Arab, Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media, (Malang: UIN-Malang Press) hlm. 160

[29] Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovativ,………………….., hlm. 61

[30] Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovativ,…………………, hlm. 62

[31] Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bah asa Arab Inovativ, …………………., hlm. 63

[32] Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovativ, …………………., hlm. 73

[33] Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI, ………………………….., hlm. 66-68

 


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar

Introduction