A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Tugas pendidikan yang
terutama adalah memberikan bimbingan agar pertumbuhan anak dapat berlangsung
secara wajar dan optimal. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan tentang hukum
hukum dasar perkembangan kejiwaan manusia agar tindak pendidikan yang dilaksanakan
berhasil guna dan berdaya guna. Beberapa hukum dasar yang diperhatikan dalam
membimbing anak dalam proses pendidikan.
Pendidikan bahasa yang diberikan di sekolah dasar mempunyai
peranan yang sangat penting untuk menempuh pendidikan yang lebih lanjut.
Pembelajaran bahasa arab yang diberikan sejak anak-anak berusia dini tentu
mempunyai karakter dan tuntutan yang berbeda dengan pembelajaran bahasa arab
untuk murid remaja dan dewasa, seiring dengan
perbedaan orientasi pembelajaran dan perbedaan karakteristik siswa. Perbedaan tersebut akan berdampak pada
pemilihan materi, metode, teknik, media, alat evaluasi dan tempat pembelajaran.
Pembelajaran bahasa arab yang efektif dan efisien sejak dini akan mendapatkan
sambutan hangat dari berbagai pihak, walau alasannya memang sangat ideologis
yakni bahwa penduduk indonesia mayoritas
beragama islam. Keinginan masyarakat saat ini sudah mulai berkembang dan
bersemangat dalam mempelajari agama khususnya al-Quran dan Hadist sebagai
pedoam Umat Islam. [1]
Pembelajaran bahasa arab yang
akan peneliti bahas disini adalah bahasa arab sebagai bahasa asing bukan bahasa
arab sebagai bahasa ibu. Dalam pembelajaran bahasa arab dikalangan anak- anak
sekolah dasar yaitu dikisaran usia 10-12 tahun. Diantara berbagai faktor
mempengaruhi kesiapan siswa mempelajari bahasa asing adalah faktor usia. Ada
berbagai pendapat yang mengatakan pembelajaran bahasa asing sejak dini semakin
mudah jika dibandingkan saat dewasa. Adapula yang berpendapat pembelajaran
bahasa sejak dini bukan merupakan jaminan keberhasilan. Alasan yang
melatarbelakangi penolakan terhadap pembelajaran bahasa arab sejak dini antara
lain : pertama orang dewasa lebih mampu mempelajari bahasa asing, kedua
perlajaran bahasa asing menyulitkan anak-anak, ketiga mempelajari bahasa asing dapat menghalangi
anak-anak menguasai bahasa ibunya denga baik, keempat dualisme bahasa dapat
menghalangi pertumbuhan kognisi dan efeksi dan anak - anak. Beberapa Alasan
Para Pendukung Pembelajaran bahasa asing untuk anak - anak antara lain :
(a) Semakin hari kebutuhan akan penguasaan bahasa asing semakin meningkat,
karenanya harus dipersiapkan sejak dini.
(b) Secara sosial banyak masyarakat yang menggunakan dua atau lebih bahasa
untuk komunikasi sehari-hari. Ada pula beberapa negara yang mempunyai dua
bahasa resmi.
(c) Dari sudut pandang pendidikan, mengajarkan bahasa asing kepada anak-anak
sejak dini berarti membekali dengan wawasan hidup yang mengglobal.
(d) Anak - anak mempunyai kemampuan
yang luar biasa untuk belajar banyak bahasa, diantaranya kemampuan anak untuk
meniru bunyi-bunyi bahasa yang tidak dimiliki orang dewasa.
(e) Berdasarkan penelitian terhadap perkembangan saraf - saraf otak manusia
menunjukkan bahwa pada masa kanak – kanak kondisinya lebih fleksibel sehingga mudah untuk diperkenalkan dengan beberapa bahasa.
(f) Perkembangan bahasa manusia bukan lahir begitu saja tetapi harus dibiasakan.
(g) Karena bahasa adalah kebiasaan maka membiasakan anak-anak untuk berbahasa
dengan beberapa bahasa sekaligus sejak dini lebih mudah dibandingkan saat dewasa
dimana kebiasaan berbahasanya sudah mapan dengan satu bahasa tertentu dan susah
diubah atau diperbaiki.
(h) Pengalaman beberapa negara ( seperti amerika, prancis dan jerman) dalam
mengajarkan bahasa asing untuk anak-anak menunjukkan hasil yang menggembirakan. [2]
Bahasa, dalam bahasa arab
disebut لغة merupakan bentuk derivasi
dari لَغَا yang bersinonim dengan
kata نطق dan تكلم berarti “berbicara” yang dijelaskan oleh ‘Adil
[3]
sebagai berikut:
اللغة : اسم ثلاثي على وزن فُعَةٌ، أصله لُغْوَةٌ على وزن فُعْلَةٌ، فحذفت لامُه، وهو
من الفعل الثلاثي المتعدِّي: لغا بكذا، أي تكلم؛ فاللغة هى التكلم، أي النطق
الإنساني.
Secara terminology, ada
beberapa pendapat tentang bahasa yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.
Dalam mu’zam ma’ani
al-jaami’[4] bahasa
didefinisikan sebagai bunyi tuturan manusia untuk mengungkapkan tujuannya (مَا يَتَكَلَّمُهُ الإِنْسَانُ مِنْ أَصْوَاتٍ يُعَبِّرُ
بِهَا عَنْ أَغْرَاضِهِ)
2. Menurut ibnu Jinni[5] bahasa adalah bunyi yang digunakan oleh setiap bangsa untuk mengungkapkan
tujuan-tujuannya (أصوات يعبر بها كل قوم عن أغراضهم)
3. Menurut Kridalaksana, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer
yang dipergunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerjasama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.[6]
Bahasa adalah suatu sistem simbol vokal yang arbiter , memungkinkan semua
orang dalam suatu kebudayaan tertentu
atau orang lain yang telah mempelajari sietem kebudayaan komunikasi atau
berinteraksi. Dalam perkembangannya bahasa mempunyai berbagai definisi
diantaranya : Menurut pei dan gaynor bahasa adalah suatu sistem komunikasi dengan
bunyi, yaitu lewat alat ujaran dan pendengaran, antara orang-orang dari
kelompok atau masyarakat tertentu dengan mempergunakan simbol-simbol vokal yang
mempunyai arti arbiter dan konvensional. Menurut
de vito Bahasa adalah sistem dari
simbol- simbol yang secara potensial mengacu kepada dirinya dan
terstruktur yang mendatar benda - benda, kejadian-kejadian dan hubungan –
hubungan dialam dunia. wardhaugh menjelaskan bahasa merupakan satu simbol vokal
yang arbiter yang dipakai dalam komunikasi manusia. Green mengungkapkan
bahwasanya bahasa diefinisikan sebagai perangkat kalimat yang mungkin, dan tata
bahasa suatu bahasa sebagai aturan- aturan
yang membedakan antara kalimat yang bukan kalimat. Dalam kamus webster’s news collegiate distionary bahasa berarti
satu alat yang seistematik untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan memakai
tanda-tanda, bunyi-bunyi, isyarat-isyarat atau ciri-ciri yang konvensioanal dan
yang memiliki arti yang dimengerti.[7]
Suatu bahasa terbentuk dari
satuan - satuan bunyi tertentu, dengan menyusun satuan-satuan bunyi tersebut
terbentuklah berjuta – juta kata dalam
situasi yang beraneka ragam. Setiap
bahasa mempunyai khazanah ( inventory)
bunyi yang dipilih dari semua
kemungkinan bunyi yang bisa diucapkan
manusia yang berbeda ( atau mungkin berbeda )
dengan khazanah bunyi bahasa – bahasa lain. Misalnya bunyi bahasa arab
berupa “dhaa” tidak bisa ditemukan dalam bahasa lain. Pada prinsipnya tujuan
pengajaran bahasa adalah agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak
, berbicara, membaca dan menulis. Salah
satu penentu kwalitas ketrampilan berbahasa siswa , bahkan yang
paling mementukan adalah kualitas dan kuantitas kosa kata yang dimiliki dan
dikuasainya. Semakin kaya seorang siswa
dengan kosa kata, semakin besar pula kemungkinan dalam ketrampilan berbahasa.[8]
Mengerti bahasa berarti pula seorang individu bisa menggabungkan kata-kata untuk membentuk frase, dan kemudian
frase disusun dan terbentuklah klausa atau kalimat.[9]
Semua bahasa dimuka bumi mempunyai
tujuan sama memungkinkan umat manusia mengekspresikan dirinya supaya dirinya
dimengerti oleh orang lain. Artinya bahwa semua bahasa itu memiliki dasar-dasar yang sama .[10]
kemampuan untuk berbahasa
yang ada pada setiap manusia normal karena pembawaan, tetapi harus didukung
oleh stimulus dari lingkungan untuk pengembangan yang sempurna. Ini
Dimungkinkan denga adanya dua macam fasilitas yang dimiliki manusia yaitu
pertama fasilitas fisik berupa organ-organ ujaran ( lidah, mulut, bibir, gigi,
hidung, tenggorokan dan lain sebagainya) dan yang kedua fasilitas non fisik (ruh,akal, pikiran dan
rasa yang universal) Langage dengan
demikian merupakan tiongkah laku bahasa yang universal, lebih banyak diminati
para ahli antropologi dan biologi. [11]
Dengan demikian penguasaan Bahasa Arab bagi
siswa sekolah dasar mutlak sangat diperlukan karena sebagai alat untuk memahami
dasar hukum dalam mempelajari ilmu-ilmu agama yang terdiri Al Qur‟an, Al
Hadits, Fiqih, Aqidah Akhlaq dan Bahasa Arab itu sendiri. Maka mustakhil para
siswa sekolah dasar dapat meguasai ilmu-ilmu tersebut tanpa disertai dengan
penguasan Bahasa Arab yang baik. Namun kenyataannya mayoritas siswa sekolah
dasar masih sangat minim dalam penguasaan Bahasa Arab tersebut baik Bahasa Arab
sebagai bahasa ilmu maupun Bahasa Arab sebagai sarana komunikasi. Hal ini perlu
dilakukan pengkajian yang mendalam mengapa hal tersebut terjadi. Ini semua
perlu dicari di mana titik kelemahannya, apakah materi ajarnya yang tidak pas,
guru yang mengajar tidak memenuhi kompetensinya sebagai guru Bahasa Arab, atau
faktor-faktor lainnya.[12]
Mengingat keadaan tersebut maka pemahaman Bahasa Arab di sekolah dasar perlu
mendapatkan perhatian yang serius oleh semua pihak yang terkait yaitu sekolah
dasar, wali murid, lingkungan masyarakat dan pemerintah agar ada langkah maju
untuk memperbaiki keadaan tersebut. Tanpa kepedulian semua pihak mustakhil pemahaman
Bahasa Arab akan mencapai kemajuan yang sesuai dengan harapan. Realitas di
lapangan pelaksanaan pembelajaran Bahasa Arab di sekolah dasar belum sesuai
dengan harapan. Sementara sebagai
pembanding di negara Israel kepedulian warga Yahudi terhadap Bahasa Arab cukup
tinggi walaupun tidak ada kepentingan religi, “anak-anak Yahudi sudah
diwajibkan menguasai minimal tiga bahasa sejak usia sekolah, yaitu bahasa
Inggris, bahasa Arab, dan bahasa Hebrew.”[13]
Hal ini sesuai pendapat Azyumardi Azra tentang
pembelajaran Bahasa Arab di madrasah : “apa yang diajarkan sebenarnya bukan
pelajaran bahasa, melainkan pelajaran tentang bahasa.” Kegiatan belajar Bahasa
Arab lebih banyak menitikberatkan pada penghafalan kaidah-kaidah tata bahasa
dan kosa kata tanpa ada kesempatan untuk menggunakan bahasa itu dalam bentuk
lisan. Bahkan kalau ditelusuri lebih jauh lagi metode pembelajaran yang
dilaksanakan, merupakan kelanjutan dari pendekatan pembelajaran yang bersifat
satu arah dan berlangsung naratif, di mana guru memberikan informasi yang harus
ditelan oleh murid. Target dari semua itu agar siswa mampu menyelesaikan
soal-soal tes baik tes formatif maupun tes sumatif atau dapat menyelesaikan
soal-soal ujian akhir madrasah. [14]
Dari hal tersebut, salah satu penyebab rendahnya
kemampuan penguasaan materi kalam pada siswa, karena dalam pelaksanaan
pembelajaran Bahasa Arab masih terpaku pada penggunaan metode tertentu, yaitu
hanya menggunakan metode kaidah dan terjemah (thariqah al qawaid wat tarjamah)
tanpa diperkaya dengan metode lain untuk menambah variasi dan memperkaya
cakupan materi yang diajarkan. Akhirnya materi pembelajaran Bahasa Arab yang
dikuasai siswa sifatnya sangat verbalistik sehingga aplikasinya di lapangan
sangat lemah. Bukan berarti Thariqah Al Qawaid wat Tarjamah itu jelek, namun
semua metode disamping ada kelebihan tetapi ada kekurangannya. Di sini
diperlukan kemauan guru untuk melengkapi dengan metode lain sehingga bisa
menutup kekurangan yang ada.
Implementasi secara bahasa
menurut kbbi penggunaan atau penerapan. Ibnu khaldun berkata, “Sesungguhnya
pengajaran itu merupakan profesi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan,
dan kecermatan karena sama halnya dengan pelatihan kecakapan yang memerlukan
kiat, strategi dan ketelatenan, sehingga menjadi professional. Metode
pengajaran bahasa Arab modern adalah metode pengajaran yang berorientasi pada
tujuan bahasa sebagai alat. Artinya, bahasa Arab dipandang sebagai alat
komunikasi dalam kehidupan modern, sehingga inti belajar bahasa Arab adalah
kemampuan untuk menggunakan bahasa tersebut secara aktif dan mampu memahami
ucapan/ungkapan dalam bahasa Arab. Metode yang lazim digunakan dalam
pengajarannya adalah metode langsung (tariiqah al – mubasysyarah). Munculnya
metode ini didasari pada asumsi bahwa bahasa adalah sesuatu yang hidup, oleh
karena itu harus dikomunikasikan dan dilatih terus sebagaimana anak kecil
belajar bahasa.
Aspek pembelajaran bahasa
meliputi berbagai aspek ketrampilan diantaranya ketrampilan mendengarkan,
ketrampilan berbicara, ketrampilan membaca dan terakhir ketrampilan penulis.
Dari keempat ketrampilan ini penulis mencoba untuk menganalisis pemahaman siswa
dalam pembelajaran bahasa arab dengan menggunakan metode langsung. Teori ini mengajarkan
bahasa dengan berbagai sistem yang menurut hemat peneliti sangat cocok jika
diaplikasikan kepada siswa-siswa sekolah dasar yang notabennya masih
menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa utamanya.
Dalam tesis ini penelliti
memilih siswa sekolah dasar sukawarna 5 kelas 5
sebagai objek penelitian. Hal ini disebabkan sekolah ini mempunyai murid-murid
yang tertarik dalam pembelajaran bahasa arab selain itu sekolah tersebut
mempunyai berbagai prestasi yang cukup membanggakan dalam dunia pendidikan. Pentingnya
penulis memilih lingustik modern sebagai sebuah metode pembelajaran bahasa arab
adalah karena pembelajaran bahasa arab menggunakan metode ini lebih mudah
dipahami oleh siswa sekolah dasar dibandingkan metode pembelajaran menggunakan
teori linguistik lainnya. Yang pada
akhirnya teori dari teori linguistik modern ini lahirlah beberapa metode
pembelajaran diantaranya metode langsung dan metode bahasa dengar (
Audio-Lingual Method). Adapun hasil dari penelitian ini adalah untuk
mengungkapkan pemahaman siswa khususnya kemahiran dlam mendengar dan membaca
teks-teks arab maupun kosa kata bahasa arab. Maka dari itu peneliti membuat
penelitian ini dengan judul “Implementasi Pembelajaran Bahasa Arab Dengan
Metode Langsung ( Thariq Mubasyaroh)
Dalam Meningkatkan Pemahaman Kosa Kata Siswa Sekolah Dasar “
B.
RUMUSAN MASALAH
Penelitian ini dititik beratkan Kepada
metode pembelajaran Kosa Kata Bahasa arab dengan menggunakan metode langsung (
Thariq Mubasyaroh) Agar penelitian ini
lebih fokus dan terarah, maka akan
dirumuskan masalah pokok penelitian yang berkisar pada hal-hal sebagai
berikut:
a. Bagaimana Implementasi
Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Metode Langsung ( Thariq Mubasyaroh) ?
b. Bagaimana Efektifitas Implementasi Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Metode Langsung ( Thariq
Mubasyaroh) Dalam Meningkatkan Pemahaman
Kosa Kata?
c. Bagaimana Pemahaman Kosa Kata bahasa arab Siswa Sekolah Dasar?
C.
TUJUAN DAN KEGUNAAN
PENELITIAN
Tujuan utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
menggambarkan dan menguraikan tentang Implementasi Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Metode
Langsung ( Thariq Mubasyaroh)
2.
Untuk
menggambarkan dan menguraikan Efektifitas Implementasi Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Metode Langsung ( Thariq
Mubasyaroh) Dalam Meningkatkan Pemahaman
Kosa Kata
3.
Untuk
menggambarkan dan menguraikan Pemahaman Kosa Kata bahasa arab Siswa Sekolah
Dasar
4.
Memberikan
gambaran tentang penelitian tesis dengan menggunakan metode langsung ( Thariq
Mubasyaroh )
D. KAJIAN PUSTAKA
Dalam pencarian diberbagai
perpustakan peneliti menemukan beberapa penelitian yang mengkaji mengenai
pembelajaran dengan metode Langsung ( Thariq Mubasyaroh) diantaranya
Yang pertama penelitian yang
ditulis oleh darbo mahasiswa Institut agama islam negri walisongo semarang yang
berjudul Peningkatan kemampuan siswa
berbicara dalam bahasa Arab dengan menggunakan thariqah mubasyarah di kelas V
MI Wadas Plantungan Kendal tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah dengan menggunakan Thariqah Mubasyarah dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dalam Bahasa Arab. Hasil
penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa berbicara dalam
Bahasa Arab pada siswa dalam usaha meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam
yang berkualitas di Kelas V Sekolah dasar Ibtidaiyah Wadas Kecamatan
Plantungan, Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2012 / 2013. Penelitian ini
merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang mengambil kelas V Sekolah dasar
Ibtidaiyah Wadas Kecamatan Plantungan, Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2012 /
2013, siswanya sejumlah 15 orang yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 5
siswa laki-laki. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara,
observasi / pengamatan, dokumentasi, yang meliputi hasil analisis observasi
pada siklus I, II dan III. Analisis prosentase dan analisis evaluasi (hasil
belajar) dari hasil pengamatan dan proses pembelajaran. Hasil penelitian
menunjukkan peningkatan kemampuan bicara siswa (kalam) pada mata pelajaran
Bahasa Arab meningkat setelah menggunakan Thariqah Mubasyarah.[15]
Yang kedua penelitian karya ahmad
nurcholis mahasiswa institut agama islam negeri
(IAIN) tulungagung yang berjudul penggunaan
thariqah mubasyarah dengan media visual gambar untuk meningkatkan prestasi
belajar bahasa arab siswa kelas III MI muhammadiyah siyotobagus besuki
tulungagung. Penelitian ini menitik beratkan terhadap rendahnya prestasi belajar siswa khususnya
pada mata pelajaran Bahasa Arab ini adalah kurang aktifnya siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Untuk mengaktifkan atau memudahkan siswa dalam proses
pembelajaran, Thariqah Mubasyarah dengan media visual gambar sangatlah tepat,
karena metode ini dapat mendorong siswa aktif dalam pembelajaran untukmencapai
prestasi yang maksimal. tujuan dari
penelitihan ini untuk mendiskripsikan, menganalisis dan memberi interprestasi
terhadap: (1) Penggunaan metode langsung (Thariqah Mubhasyarah) dan media
visual gambar dalam meningkatkan prestasi belajar Bahasa Arab pokok bahasan
Al-Alwanu siswa kelas III MI Muhammadiyah Siyotobagus Besuki Tulungagung. (2)
Prestasi belajar Bahasa Arab pokok bahasan Al-Alwanu, setelah penerapan
Thariqah Mubasyarah dengan media gambar diterapakan siswa kelas III MI
Muhammadiyah Siyotobagus Besuki Tulungagung. peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan
kelas karena masalah yang dipecahkan berasal dari praktik pembelajaran di
kelas. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode tes, metode observasi, metode wawancara, catatan lapangan,
dokumentasi, dan angket. pembelajaran dengan menggunakan Thariqah Mubasyarah
dengan media gambar dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Arab. Sedangkan
untuk prestasi belajar siswa meningkat dapat dilihatdari nilai post test. Hal
ini dibuktikan dengan nilai rata-rata siswa yang semula siswa 48,2 (pre test),
meningkat menjadi 71,27 (post test siklus 1), dan meningkat lagi menjadi 85,81
(post test siklus 2). Selain itu, peningkatan prestasi belajar belajar siswa
juga dapat dilihat dari ketuntasan belajar. Terbukti dengan presentasi
ketuntasan belajar pre test (18,2%) meningkat pada post test siklus 1 (54,54%),
dan meningkat lagi pada post test siklus 2 (90,9%). Dengan demikian,
membuktikan bahwa penggunaan Thariqah Mubasyarah dengan media visual gambar
dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Arabsiswa kelas III MI Muhammadiyah
Siyotobagus Besuki Tulungagung.[16]
Yang ketiga tesis karya Aaam
Malikatus Saadah Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung , yang berjudul “ Penerapan Metode Pembelajaran
Index Card Match dan Team Quiz dalam meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada mata
pelajaran Quran Hadist ( penelitian
tindakan pada siswa kelas VIII MTS Kifayatul Achyar Kota Bandung). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Quran Hadist sebelum menggunakan metode
pembelejaran ini , mengetahui penerapan metode pembelajaran tersebut dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian Tindakan kelas dengan
pendekatan metode kualitatif. Urutan kegiatan penelitian ini mencakup
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik tes, observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil
penelitian dengan menggunakan metode ini terbukti adanya peningkatan dalam
pembelajaran dan pemahaman siswa. Kelebihan tesis ini mempunyai banyak halaman
yang terdiri dari isi , dokumentasi dan berbagai lampiran dan kelemahannya
adalah penelitian dengan menggunakan metode tindakan kelas sangat sederhana
untuk penelitian Tesis.
Yang keempat Tesis karya
mulyana Yusup Mahasiswa UIN Sunan Gunung
Djati Bandung yang berjudul “
Efektifitas aplikasi pendekatan contekstual teaching and learning dengan
menggunakan perangkat multimedia dalam
pembelajaran agama islam di SMP Pasundan 1 Bandung” penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui latar belakang penerapan pendekatan Contextual Teaching and
learning dengan menggunakan perangkat multimedia dalam pembelajaran agama Islam
di Smp pasundan 1 Bandung, pelaksanaan
pendekatan contextual teaching dan learning dengan menggunakan perangkat
multimedia dalam pembelajaran agama islam, factor pendukung dan factor
penghambat dan keberhasilannya.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
action rearch. Pengumpulan data dilakukan dengan cara merefleksi hasil
observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidikan dan
peserta didik di kelas. Hasil penelitian ini mencapai target pembelajaran dan
efektif.
E.
KERANGKA BERFIKIR
Belajar merupakan suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri individu atau siswa.
Perbuatan sebagai hasil dari proses belajar dapat diwujudkan dalam berbagai
bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman sikap dan tingkah laku[17].
Ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Dengan
demikian belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berkat
adanya pengalaman. Oleh sebab itu belajar adalah proses aktif dan proses mereaksi terhadap
semua situasi yang ada disekitar
individu. Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Dikalangan ahli psikologi mendefinisikan makna belajar namun intinya belajar
merupakan proses perubahan prilaku individu berdasarkan praktik dan pengalaman.
Pembelajaran pada hakekatnya
adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga
terjadi perubahan prilaku ke arah yang
lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya
baik faktor internal maupun faktor eksternal
yang datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengusahakan situasi
yang tepat sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar bagi
peserta didik. Peran guru sangat penting dalam proses belajar mengajar di kelas
karena mempengaruhi keberhasilan siswa.[18]
Siwa yang diteliti dalam penelitian ini adalah
siswa kelas 5 sekolah dasar yang dimana katregori perkembangangannya terdapat
dalam fase anak-anak. Masa anak-anak ( late childhood) berlangsung antara usia
6-12 tahun. Tugas-tugas perkembangan pada masa kedua ini meliputi kegiatan
belajar dan mengmbangkan hal- hal baru seperti :
a) Belajar ketrampilan fisik yang diperlukan untuk
bermain, seperti melompat, mengejar, menghindari dan seterusnya.
b) Mengembangkan dasar – dasar ketrampilan membaca,
menulis, dan berhitung.
c) Mengembangkan konsep-konsep yang dibutuhkan sehari
– hari Dan lain sebagainya.[19]
Ketika seorang anak, dalam proses belajarnya di
sekolah, harus mempelajari suatu bahasa asing, sebenarnya ia menghadapi masalah
yang sama dengan mempelacari bahasa ibu, yaitu melalui tahap-tahap pengenalan ,
pendengaran dan pengucapan. Akan tetapi , tahap yang ditempuh tentu dalam wujud
yang sangat berbeda, misalnya perbedaan dalam segi – segi suara, kosa kata,
tata kalimat, dan juga tulisan. Unsur-unsur bahasa yang diajarkan dalam tingkat
anak-anak akan sangat jauh berbeda dengan unsur-unsur bahasa yang diajarkan
oleh kebiasaaan ( bahasa ibu) karena bagaimanapun tidak ada bahasa yang
mempunyai unsur yang saman.[20]
Guru bahasa arab yang
kompeten dituntut untuk dapat menampilkan keahliannya di depan kelas. Salah satu keahlian tersebut adalah kemampuan menyampaikan pelajaran
kepada siswa. Untuk dapat menyampaikan
pelajaran kepada siswa. Untuk dapat menyampaikan pelajaran dengen
efektif dan efisien, guru perlu mengenal berbagai jenis teknik untuk mengajarkan
bunyi, kosa kata dan tata bahasa, tiga
komponen bahasa yang penting selain makna yang diusung dengan komponen
tersebut. Dalam pengajaran bahasa asing,
komponen bahasa perlu diajarkan secara khusus karena kompetensi ini dapat dipandang sebagai
prasyarat untuk menguasai kompetensi komunikatif atau tindak berbahasa, baik
yang bersifat reseptif maupun produktif. Pengajaran komponen bahasa memiliki
peranan yang sangat penting. Karena ia adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari proses pembelajaran bahasa.
Proses pembelajaran bahasa
yang mengakui peranan penting penguasaan komponen bahasa dalam pembentukan
ketrampilan berbahasa akan memberikan perhatian khusus kepada pengajaran
komponen bahasa, karna ia merupakan bahan pokok yang akan digunakan untuk membangun ketrampilan. Pengajaran
komponen bahasa dan ketrampilan bahasa hanya bisa dipisahkan secara
teoritis untuk memberikan fokus
perhatian dalan pembelajaran, tetapi
secara praktis kedua hal tersebut tidak
bisa dipisahkan karena merupakan satu kesatuan yang membentuk bahasa. Dalam
pandangan banyak ahli bahasa, bahasa dianggap terdiri dari bagian-bagian yang
dapat dipisahkan dan dibedakan satu dari yang lain. Bagian – bagian yang
dikenal sebagai kompenen bahasa itu, terdiri dari bunyi bahasa (ashwath),
kosakata (mufradat) dan tata bahasa ( sharf-nahwu/tarkib).[21]
Munculnya Thariqah Mubasyarah didasari pada
asumsi bahwa bahasa adalah sesuatu yang hidup. Oleh karena itu harus
dikomunikasikan dan dilatih terus sebagaimana anak kecil belajar bahasa.
Berdasarkan
asaumsi yang ada dalam proses berbahasa anatara ibu dan anak, maka Francois
Gouin (1880 – 1892) seorang guru Bahasa Latin dari Perancis mengembangkan
metode berdasarkan pengamatannya pada penggunaan bahasa ibu oleh anak-anak. Metode ini mendapat momentum yang baik pada
awal abad ke-20 di Eropa dan Amerika, serta digunakan baik di negara Arab
maupun di negara-negara Islam sampai di negara-negara Asia Tenggara termasuk di
Indonesia[22].
Pada umumnya
motivasi dan dorongan mempelajari
Bahasa Arab di Indonesia
adalah untuk tujuan
agama, yaitu untuk
mengkaji dan memperdalam ajaran islam dari sumber-sumber
yang berbahasa Arab, seperti
al-Quran, al-Hadits, kitab-kitab
turats dan lain-lain. Akan tetapi pada saat ini
bahasa Arab telah menjadi
suatu bagian dari mata pelajaran yang
harus diajarkan di lembaga pendidikan formal. Terlebih lagi di lembaga
pendidikan Islam, bahasa Arab
merupakan suatu keharusan
untuk diajarkan kepada peserta didik. [23]
Secara toritis,
paling tidak ada
empat orientasi pendidikan
bahasa Arab sebagai berikut:
a) Belajar
bahasa Arab untuk
tujuan memahami dan
memahamkan ajaran Islam. Orientasi ini
dapat berupa belajar keterampilan pasif
(mendengar dan membaca), dan dapat pula mempelajari keterampilan aktif
(berbicara dan menulis).
b) Belajar bahasa Arab untuk tujuan memahami
ilmu-ilmu dan keterampilan berbahasa
Arab. Orientasi ini
cenderung menempatkan bahasa
Arab sebagai disiplin ilmu
atau obyek studi
yang harus dikuasai
secara akademik.
c) Belajar bahasa untuk kepentingan profesi, praktis
atau pragmatis, seperti mampu berkomunikasi
lisan dalam bahas Arab untuk bisa menjadi TKI, diplomat, turis,
misi dagang, atau untuk melanjutkan
studi di salah satu negara Timur
Tengah, dan sebagainya.
d) Belajar
bahasa Arab untuk
memahami dan menggunakan
bahasa Arab sebagai media
bagi kepentingan orientalisme,
kapitalisme, imperalisme, dan sebagainya. [24]
Metode adalah cara
atau teknik yang di gunakan oleh guru
dalam menyampaikan bahan
pelajaran agar tujuan
atau kompetensi dasar
dapat tercapai.[25]
Sedang
menurut Ahmad Fuad
Efendi metode adalah
rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sitematis berdasarkan
pendekatan yang dilakukan.[26]
Dengan demikian metode menduduki peranan
yang penting sekali dalam
pelaksanaan pembelajaran untuk
keberhasilan pencapaian kompetensi
yang dimaksud. Bahkan
kedudukan metode di
pandang lebih penting dari pada
materi pelajaran itu sendiri. Adapun Thariqah Mubasyarah adalah metode
pembelajaran Bahasa Arab yang
dalam pelaksanaannya menolak
pemakaian bahasa ibu. Jadi
dalam menyampaikan materi
pelajaran dengan menggunakan Thariqah Mubasyarah
semaksimal mungkin menghindarkan menerjemahkan arti
kosa kata dari
Bahasa Arab ke
dalam Bahasa Indonesia.
Dalam
pelaksanaan pembelajarannya apabila
memperkenalkan nama benda ( isim ) maka langsung menunjukkan bendanya,
misalnya qalamun maka langsung
menunjukkan pena. Demikian
juga apabila sedang membelajarkan
kata kerja ( fi
il )
maka kata kerja
tersebut diperagakan dengan gerakan
yang mengandung makna
kata kerja tersebut, misalnya
aktubu maka diperagakan
dengan menulis, dan sebagainya. Jadi
dalam pelaksanaan pembelajar an
dengan menggunakan Thariqah Mubasyarah
dihindarkan jauh-jauh mengartikan
kosa kata Bahasa Arab,
misalanya kitabun artinya
buku, qalamun artinya
pena dan sebagainya. Akan
tetapi seorang guru
langsung menunjukkan bendanya disertai pertanyaan “ ma haza” dan
siswa menjawab “zalika kitabun”.
Kemudian dilanjutkan melakukan
percakapan di antara sesama
siswa di dalam
kelompok sampai semua
siswa benar -benar menguasai kosa
kata yang sedang dipelajari tersebut. Dengan
demikian dalam pembelajaran
Bahasa Arab diusahakan menjauhkan siswa
dari pemakaian bahasa
yang sudah dikuasai sebelumnya baik
itu bahasa ibu
atau bahasa nasional.
Hal tersebut bertujuan agar
siswa dapat lebih
fokus dalam mempelajari
Bahasa Arab sehingga hasilnya
diharapkan lebih optimal.
Siswa juga tidak kerepotan harus
berfikir menterjemahkan terlebih
dahulu kosa kata yang sedang dipelajari tersebut.
a. Karakteristik thariq mubasyaroh (Metode Langsung)
a) Target
utama yakni penguasaan
bahasa secara lisan,
agar siswa terbiasa berkomunikasi dengan bahasa tersebut
b) Materi
pelajaran berupa kosa
kata yang ada
di sekitar siswa
dan yang biasa dipraktekkan
setiap hari
c) Kaidah
bahasa diajarkan lewat
contoh-contoh dan pada
akhirnya siswa menyimpulkan sendiri.
d) Kosa kata diajarkan melalui demonstrasi, peragaan
benda langsung atau menggunakan media tiruan.
e) Kemampuan bicara dan menyimak selalu dilatihkan
f) Guru dan siswa harus sama-sama aktif
b. Langkah-langkah Penyajian Thariqah Mubasyarah.
Langkah-langkah dalam penyajian metode
ini secara garis
besarnya sebagai
berikut :
a) Guru mengucapkan satu kata sambil menunjukkan bendanya atau memperagakan dengan gerakan.
b) Latihan berikutnya berupa tanya jawab dengan kata
tanya dan sebagainya.
c) Apa
bila siswa telah menguasai
materi yang disajikan,
siswa disuruh membuka buku teks dan guru memberikan contoh bacaan yang
benar kemudian siswa disuruh membaca bergantian.
d) Selanjutnya siswa disuruh menjawab secara lisan
pertanyaan yang ada di dalam buku, dilanjutkan dengan mengerjakan secara
tertulis
Metode langsung (al Thariiqatu al Mubaasyarah) Penekanan pada metode ini
adalah pada latihan percakapan terus-menerus antara guru dan peserta didik
dengan menggunakan bahasa Arab tanpa sedikitpun menggunakan bahasa ibu, baik
dalam menjelaskan makna kosa kata maupun menerjemah, (dalam hal ini dibutuhkan
sebuah media). Perlu menjadi bahan revisi disini adalah bahwa dalam metode
langsung, bahasa Arab menjadi bahasa pengantar dalam pengajaran dengan
menekankan pada aspek penuturan yang benar ( al – Nutqu al – Shahiih), oleh
karena itu dalam aplikasinya, metode ini memerlukan hal-hal berikut;
a) Materi pengajaran pada tahap awal berupa latihan oral (syafawiyah)
b) Materi dilanjutkan dengan latihan menuturkan kata-kata sederhana, baik
kata benda (isim) atau kata kerja ( fi’il) yang sering didengar oleh peserta
didik.
c) Materi dilanjutkan dengan latihan penuturan kalimat sederhana dengan
menggunakan kalimat yang merupakan aktifitas peserta didik sehari-hari.
d) Peserta didik diberikan kesempatan untuk berlatih dengan cara Tanya jawab
dengan guru/sesamanya.
e) Materi Qiro’ah harus disertai diskusi dengan bahasa Arab, baik dalam
menjelaskan makna yang terkandung di dalam bahan bacaan ataupun jabatan setiap
kata dalam kalimat.
f) Materi gramatika diajarkan di sela-sela pengajaran,namun tidak secara
mendetail.
g) Materi menulis diajarkan dengan latihan menulis kalimat sederhana yang
telah dikenal/diajarkan pada peserta didik.
h) Selama proses pengajaran hendaknya dibantu dengan alat peraga/media yang
memadai.[27]
Adapun ruang lingkup
pembelajaran bahasa Arab
melputi; unsur unsur kebahasaan,
terdiri atas tata
bahasa (qawaidu al-lughah),
kosakata (mufradat), pelafalan
dan ejaan (ashwat Arabiyah),
keterampilan berbahasa, yaitu menyimak
(istima’ ), berbicara (kalam),
membaca (qira’ah), dan
menulis (kitabah), dan aspek
budaya yang terkandung dalam teks lisan
dan tulisan.[28]
Kosakata
dalam bahasa Arab
atau yang disebut
dengan mufradat, merupakan himpunan
kata-kata atau khazanah
kata yang diketahui
oleh seseorang atau etinitas
lain yang merupakan
bagian dari bahasa
tertentu. Dalam bahasa inggris
kosakata disebut dengan
vocabulary. Kosakata juga dapat
diartikan sebagai himpunan
kata-kata yang dimengerti
oleh orang tersebut dan kemungkinan akan digunakannya
untuk menyusun kalimat baru.Kosakata
merupakan salah satu
dari tiga unsur bahasa
yang harus dikuasai, kosakata ini
digunakan dalam bahasa
tulis maupun bahasa
lisan, dan merupakan salah
satu alat untuk
mengembangkan kemampuan berbahasaArab seseorang.[29]
Menurut Al-khauli dan Mahmud Ali dalam yang
dikutip oleh Syaiful dalam bukunya, kosakata merupakan kumpulan kata-kata tertentu yang akan membentuk
bahasa. Kata adalah
bagian terkecil dari
bahasa yang sifatnya bebas. Pengertian
ini membedakan antara
kata dengan morfem.
Morfem adalah satuan bahasa
terkecil yang tidak
bisa dibagi atas
bagian bermakna yang lebih kecil yang maknanya relatif stabil.
Maka kata terdiri dari morfem morfem,
misalnya kata mu’allim (معلم)
dalam bahasa arab terdiri dari satu morfem. Sedangkan kata al-muallim (معلم) mempunyai dua morfem.Adapun
kata yang terdiri
dari tiga morfem
adalah kata yang terbentuk dari
morfem-morfem dimana masing-masing
morfem morfem memiliki arti
khusus. Misalnya kata
al-mu’allimun ( معلمون) [30]
Tujuan
umum pembelajaran kosakata
(mufradat) bahasa arab adalah sebagai berikut:
a) Memperkenalkan
kosakata baru kepada
siswa, baik melalui
bacaan maupun fahm al-masmu’
b) Melatih
siswa untuk dapat
melafalkan kosakata itu
dengan baik dan benar,
karena pelafalan yang
baik dan benar
mengantarkan kepada kemahiran berbicara dan membaca secara baik dan benar
c) Memahami makna
kosakata, baik secara denotasi
atau leksikal maupun ketika digunakan dalam konteks kalimat tertentu.
d) Mampu mengapresiasi dan memfungsikan mufradat itu
dalam berekspresi lisan maupun tulisan sesuai dengan konteksnya.[31]
Strategi pembelajaran kosakata tingkat dasar
(mubtadi’) Pada tingakat dasar, pengajar
dapat menggunakan beberapa strategi di bawah ini.
a) Menggunakan
nyanyian/lagu. Melalui nyanyian/lagu ini diharapkan dapat
menghilangkan kejenuhan siswa
pada saat belajar
dan memberikan
kesenangan agar dapat
meningkatkan penguasaan mufradat atau menambah perbendaharaan mufradat.
Menunjukkan benda yang dimaksud seperti mendatangkan sampelnya atau benda
aslinya.
b) Meminta
siswa membaca berulang kali.
c) Mendengarkan dan
menirukan bacaan dan
mengulang-ulang bacaan serta menulisnya
sampai siswa benar -benar
paham dan menguasainya. [32]
Berikut
ini beberapa metode
yang dapat digunakan
dalam mengajarkan mufradat kepada siswa, diantaranya:
a) Memberikan contoh (namdzij).
b) Dramatisasi (tamtsil al-ma’na)
c) Barmain peran (la’b-l-dawr)
d) Menyebutkan antonim (mutadladat)
e) Menyebutkan sinonim
f) Memberikan asosiasi (tada’iy-l-ma’ani)
g) Menyebutkan asal-usul kata (musytaqat)
h) Menjelaskan maksudnya (al-murad biha)
i) Mengulang-ulang bacaan (takrir-l-qiraah)
j) Mencari dalam kamus (taftisy-l-ma’ajim)
k) Menerjemahkan langsung (tarjamah fauriyyah)
l) Mengulang-ulang
bacaan Penggunaan bahasa pengantar
m) Mendengarkan serta menirukan
n) Meletakkan kata dalam kalimat
o) Permainan (game) .[33]
F.
LANGKAH LANGKAH PENELITIAN
Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a.
Penentuan sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 SDN
NEGRI SUKAWARNA 5.
b.
Penentuan jenis data
Data dalam penelitian ini adalah Teks/Wawancara Mengenai
Pemahaman Pembelajaran Bahasa Arab Menggunakan Teori Linguistik Modern Terhadap
Siswa Kelas 5 SDN
Sukawarna 5.
c.
Teknik
pengumpulan data penelitian
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik kepustakaan (library
research) yaitu penelitian yang digunakan,
dilaksanakan dengan menggunakan studi kepustakaan, baik berupa buku, catatan,
maupun laporan hasil penelitian.
Teknik ini digunakan, karena
jenis penelitiannya merupakan penelitian
kualitatif.
Tahapan-tahapan yang ditempuh adalah:
1)
Membaca
dan mempelajari hasil dan teori penelitian secara berulang-ulang.
2)
Mengumpulkan
dan mengidentifikasikan data-data serta literatur yang dianggap berhubungan
dengan teori linguistik modern.
3)
Mengumpulkan
dan mengidentifikasi hasil penelitian lapangan menjadi sebuah laporan yang
tersusun.
4)
Melakukan
pembacaan dan pencatatan berulang-ulang terhadap data.
5)
Mendeskripsikan
data-data dan literatur serta menyusunnya secara sistematis dalam bentuk
laporan awal.
d. Analisis Data Penelitian
Data yang berupa teks/wacana yang telah
terkumpul kemudian dianalisis menjadi kelompok –kelompok sosial yaitu
Agama, Ekonomi dan Politik yang kemudian
dikaji dengan pendekatan sosiologi sastra.
e. Merumuskan simpulan
Simpulan merupakan proses akhir dari kegiatan penelitian
untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam rumusan masalah
f. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian analisis deskriptif yang merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya.
Penelitian deskriptif pada umumnya
dilakukan dengan tujuan utama yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan
karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.
G.
Hipotesis
Dalam penelitian,
hipotesis diartikan sebagai
jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, yang kebenarannya
harus diuji secara empiris. Dari pengertian
hipotesis tersebut, maka
peneliti merumuskan
hipotesis sebagai berikut
“Dengan menggunakan Thariqah
Mubasyarah dapat meningkatkan
kemampuan berbicara dengan
menggunakan Bahasa Arab pada siswa kelas V SDN
SUKAWARNA 5.
H.
SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun
sistematika penulisan dalam tesis ini berisi empat bab yaitu
Bab
pertama latar belakang, rumusam masalah, manfaat dan kegunaan penelitian
Bab
kedua berisi tentang landasan teori , penjelasan singkat mengenai urgensi dan keistimewaan
bahasa arab sebagai bahasa asing, Teori thariq mubasyaroh ( metode langsung)
dimulai dari pengertian, karakteristik, urain mengenai teori, kelemahan dan
kekurangan, kemudian menjelaskan secara lugas mengenai teori pengaplikasian
metode Thariq Mubasyaroh.
Bab
ketiga berisi profil sekolah, cara pengaplikasian teori linguistik modern,
hasil penelitian.
Bab
keempat berisi kesimpulan daftar pustaka dan lampiran.
G. DAFTAR PUSTAKA
Suhada idad,
landasan pendidikan ; bandung . 2015
Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa arab” Bandung, pustaka
Cendekia Cet I., 2011
[1]عادل خلف، اللغة والبحث اللغوي (القاهرة: مكتبة الآداب، 1994م)، ص 51.
[1]المعجم الوسيط dalam معاجم اللغة العربية (HTML file, www.maajim.com/, 29/10/2015:
10.24 AM)
[1]محمود فهمي حجازي، مدخل إلى علم اللغة (القاهرة: دار قباء، دون السنة)، .
Alwasilah, A. Chaedar “ Bebebrapa mazhab dan dikotomi teori linguistik “.
Angkasa. , Bandung, 2015.
Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa arab” Bandung, pustaka
Cendekia Cet I., 2011
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan
Terjemah, (Jakarta : Bumi Restu, 1977),
Abdul Wahid, Menguak
Rahasia Cara Belajar Orang Yahudi, (Jogjakarta : Diva Press, 2013),
Departemen
Agama RI, Sejarah Madrasah, (Dirjen Kelembagaan Agama Islam : 2004)
http://eprints.walisongo.ac.id/1616/ diunduh pada tanggal 9 maret 2016 pukul 09.02
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/218/ diunduh pada tanggal 09 maret 2016 pukul 09.10
Muhibbin syah “ psikologi pendidikan ,( Bandung : Rosda Karya, 2000 ) Hal
92
Abin syamsudin makmun, psikologi kependidikan, Bandung: Remaja Rosda karya,
2004
Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa arab” Bandung, pustaka
Cendekia Cet I., 2011
Ahmad
Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat,
2005),.
Dra. Masyitoh
M.Pd. dkk, Strategi Pembelajaran,Dirjen Pendidikan Islam, Departemen Agama RI,
2009)
Ahamd Fuad
Effendy, Metodologi Peng ajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2005),.
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011)
Izzan Ahmad, “
Metodologi pembelajaran bahasa arab. ( Bandung, Humaniora)
Syah Muhibin, “
telaah singkat perkembangan peserta didik” . Bandung: Raja Grafindo
Persada,2014
[1]
Suhada idad, landasan pendidikan ; bandung . 20151 halaman 7
[2] Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa arab”
Bandung, pustaka Cendekia Cet I., 2011 hal 160
[3]عادل خلف، اللغة والبحث اللغوي (القاهرة: مكتبة الآداب، 1994م)، ص 51.
[4]المعجم الوسيطdalamمعاجم اللغة العربية (HTML file, www.maajim.com/, 29/10/2015:
10.24 AM)
[5]محمود فهمي
حجازي، مدخل
إلى علم اللغة (القاهرة:
دار قباء، دون السنة)، ص 10.
[6]Abdul
Chaer, op. cit. hlm. 32.
[7] Alwasilah, A. Chaedar “ Bebebrapa mazhab dan dikotomi
teori linguistik “. Angkasa. , Bandung, 2015. Hal 4-5
[8] Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa
arab” Bandung, pustaka Cendekia Cet I., 2011 Hal 27
[9] Alwasilah, A. Chaedar “ Bebebrapa mazhab dan dikotomi
teori linguistik “. Angkasa. , Bandung, 2015. Hal 14
[10] Alwasilah, A. Chaedar “ Bebebrapa mazhab dan dikotomi
teori linguistik “. Angkasa. , Bandung, 2015. Hal
[11] Alwasilah, A.
Chaedar “ Bebebrapa mazhab dan dikotomi teori linguistik “. Angkasa. , Bandung,
2015. Hal 132
[12] Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemah, (Jakarta
: Bumi Restu, 1977), hlm.248.
[13] Abdul Wahid, Menguak Rahasia Cara Belajar
Orang Yahudi, (Jogjakarta : Diva Press, 2013), hlm : 76
[14]
Departemen Agama RI, Sejarah Madrasah, (Dirjen Kelembagaan Agama Islam :
2004) hlm. 174
[15] http://eprints.walisongo.ac.id/1616/
diunduh pada tanggal 9 maret 2016 pukul 09.02
[16] http://repo.iain-tulungagung.ac.id/218/
diunduh pada tanggal 09 maret 2016 pukul
09.10
[17] Muhibbin syah “ psikologi pendidikan ,( Bandung : Rosda
Karya, 2000 ) Hal 92
[18] Abin syamsudin makmun, psikologi kependidikan, Bandung:
Remaja Rosda karya, 2004 hal 155
[19] Syah Muhibin, “ telaah singkat perkembangan peserta
didik” . Bandung: Raja Grafindo Persada,2014 hal 72-73
[20] Izzan Ahmad, “
Metodologi pembelajaran bahasa arab. ( Bandung, Humaniora) hal 72 - 73
[21] Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa
arab” Bandung, pustaka Cendekia Cet I., 2011 Hal 20
[22] Ahmad
Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat,
2005),.
hlm.
35
[23] Bisri Mustofa dan
Abdul Hamid, Metode dan S
trategi Pembela jaran Bahasa Arab, (Malang: UIN
Maliki Press, 2012),hlm. 6
[24] Acep
Hermawan, Metod ologi Pembalajaran
Bahasa Arab, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya,
201 1), hlm. 89-90
[25] Dra. Masyitoh M.Pd. dkk, Strategi
Pembelajaran,Dirjen Pendidikan Islam, Departemen
Agama
RI, 2009) hlm. 41
[26] Ahamd Fuad Effendy, Metodologi Peng ajaran
Bahasa Arab (Malang: Misykat, 20 05),.
hlm.
6
[27]Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011)
[28] Abdul Hamid, dkk,
Pembelajaran Bahasa Arab, Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media, (Malang: UIN-Malang Press)
hlm. 160
[29] Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab
Inovativ,………………….., hlm. 61
[30] Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab
Inovativ,…………………, hlm. 62
[31] Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bah asa Arab Inovativ,
…………………., hlm. 63
[32] Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab
Inovativ, …………………., hlm. 73
[33] Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI, …………………………..,
hlm. 66-68
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
0 komentar:
Posting Komentar