Minggu, 29 Januari 2023 | By: namakuameliya

ilmu dan bahasa dalam filsafat ilmu

 

MAKALAH

ILMU DAN BAHASA


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang Masalah

 

Ilmu dan bahasa saling berkaitan satu sama lain. Bahasa merupakan perantara kita dalam menyampaikan suatu ilmu. Bahasa berfungsi sebagai alat berfikir ilmiah, muncul problem yang serius dan dapat diselesaikan dengan bantuan filsafat. Bahasa sering tidak mampu membebaskan diri dari gangguan pemakainya, kerusakan bahasa tersebut biasanya disebabkan oleh tidak digunakannya kaidah logika, logika itu filsafat. Kekeliruan dalam berbahasa melahirkan kekeliruan dalam berfikir. Untuk itu filsafat sangat berperan dalam menentukan kualitas bahasa.

Bahasa memiliki tugas yang paling penting yaitu memberikan kejelasan hubungan antara berpikir dan berbicara, antara fungsi ekspresif dan representatif bahasa. Menjelaskan kondisi-kondisi psikofisik dari ucapan, peranan individu dan komunitas dalam perkembangan sebuah bahasa, hubungan antara tipe-tipe bahasa umum dan struktur bahasa khusus. Secara terminologi, menyelidiki sumber-sumber pertama sebuah bahasa dan hasil baru yang ada sekarang dari bahasa itu serta usaha-usaha lebih lanjut. Pandangan-pandangan pada filsafat bahasa berbeda terutama atas masalah hubungan antara yang dipikirkan dan yang diucapkan. Jadi dengan bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain. Namun bukan itu saja, dengan bahasa kita pun dapat mengekspresikan sikap dan perasaan kita. Seorang bayi bila dia sudah kenyang dan hatinya pun sangat senang, dia mulai membuka suara. Lewat seni suara dia akan mengekspresikan perasaannya, kedukaan, dan kesukaan lewat liku nada kata-kata.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis menyusun makalah dengan bahasan “ Ilmu dan Bahasa”.

 

 

B.    Rumusan Masalah

 

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut

1. Apakah hakikat dari Ilmu?

2. Apakah hakikat dari Bahasa?

3. Bagaimanakah Terminologi Ilmu, Ilmu pengetahuan dan Sains?

4. Bagaimanakah pengambilan ketetapan Quo Vadis?

5. Bagaimanakah Politik Bahasa Nasional?

 

C.    Tujuan

Merujuk pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah:

1.     Menjelaskan hakikat dari Ilmu

2.     Menjelaskan hakikat dari Bahasa

3.     Menjelaskan Terminologi Ilmu, Ilmu pengetahuan dan Sains

4.     Menerangkan pengambilan ketetapan Quo Vadis

5.     Menjelaskan Politik Bahasa Nasional

 

D.    Kegunaan Makalah

 

1.     Secara Teoretis

a.      Memberikan informasi mengenai Filsafat Ilmu dengan Kajian tentang Ilmu dan Bahasa

b.     Menambah pengetahuan dan memberi kemudahan dalam mempelajari Filsafat Ilmu khususnya dengan Kajian tentang Ilmu dan Bahasa

2.     Secara Praktis

a.      Bertambahnya wawasan mahasiswa terhadap Filsafat Ilmu dengan Kajian tentang Ilmu dan Bahasa

b.     Dapat mengikuti perkembangan Ilmu dan Bahasa

c.      Memahami makna Filsafat Ilmu dengan Kajian Ilmu dan Bahasa

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Hakikat Ilmu

 

Ilmu (science) dan pengetahuan (knowledge) adalah dua bidang yang berbeda. Pengetahuan (knowledge) merupakan kumpulan upaya dan pemahaman, pikiran, perasaan, dan pengalaman yang diperoleh manusia ketika berinteraksi dengan orang lain dan alam sekitarnya, yang kemudian diabstraksi dalam bentuk pernyataan, ungkapan artistik, teori, dalil, rumus atau hukum. Suriasumantri[1] mengatakan: “knowledge merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, beladiri, cara menyulam, dan biologi...“. Ilmu (science) merupakan bagian dari pengetahuan (knowledge), membahas bidang pengetahuan tertentu yang tersusun secara sistematis, diperoleh dengan observasi (tahapan metode ilmiah) yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.

Ilmu adalah pengetahuan yang menjelaskan gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan tindakan untuk menguasai gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada. Penjelasan keilmuan meramalkan apa yang akan terjadi, dan berdasarkan ramalan tersebut, kita melalukan upaya untuk mengontrol agar ramalan tersebut menjadi kenyataan.[2]

Dalam perspektif Islam, ilmu merupakan pengetahuan mendalam hasil usaha yang sungguh-sungguh (ijtihād) dari para ilmuwan muslim (‘ulamā/mujtahīd) atas persoalan-persoalan duniawī dan ukhrāwī dengan bersumber kepada wahyu Allah.[3] ilmu pengetahuan tersebut memiliki  landasan yang kokoh melalui al-Qur’ān dan Sunnah; bersumber dari alam fisik dan alam metafisik; diperoleh melalui indra, akal, dan hati/intuitif. Cakupan ilmunya sangat luas, tidak hanya menyangkut persoalan-persoalan duniawi, namun juga terkait dengan permasalahan ukhrāwi.[4]

Menurut Al-Ghazali ilmu dan pengetahuan adalah sama. Beliau membagi ilmu dan pengetahuan itu menjadi 2 bagian, ilmu sebagai proses dan ilmu sebagai produk. Ilmu sebagai proses dibagi menjadi 3 yaitu ilmu yang memiliki rasio atau ‘aqliyah, ilmu yang melalui pengalaman atau hissiyah dan ilmu yang tidak melalui ‘aqliyah atau hissiyah yaitu ladunni melalui pancaran nur ilahi dengan hati yang bersih. Sedangkan ilmu sebagai produk berhubungan dengan kebenaran atau teori kebenaran, yaitu batiniyah, kalam, filsafat dan sufi.[5]

 

B.    Hakikat Bahasa

 

Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol abstrak. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi masyarakat pemakainya. Sebagai contoh kita menggabungkan bunyi-bunyi bahasa atau fonem menjadi kata atau butir leksikal sesuai dengan aturan dari bahasa yang kita gunakan, butir-butir leksikal ini kemudian digabungkan lagi untuk membuat struktur tata bahasa sesuai dengan aturan-aturan sintaksis dalam bahasa dengan demikian bahasa merupakan ujaran yang diucapkan secara lisan, verbal secara arbiter.

Bahasa pada hakikatnya memiliki dua fungsi utama yakni pertama, bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia dan kedua, sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Fungsi pertama dapat kita sebutkan sebagai fungsi komunikatif dan fungsi yang kedua dapat kita sebutkan sebagai fungsi kohesif atau integratif.

Hubungan bahasa dan ilmu diantaranya: (1) ilmu dapat berkembang jika temuan dalam ilmu itu disebarkan (dipublikasikan) melalui tindakan komunikasi (2) temuan itu kemudian didiskusikan, diteliti ulang, dikembangkan, diterapkan atau diperbaharui oleh ilmu lainnya (3) dalam proses tersebut menggunakan bahasa sebagai media (komunikasi).

 

C.    Terminologi Ilmu, Ilmu Pengetahuan dan Sains

 

Knowledge merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, bela diri, cara menyulam dan biologi. Untuk membedakan tiap-tiap bentuk dari anggota kelompok knowledge terdapat tiga kriteria yakni:

 

a.      obyek ontologis, adalah obyek yang ditelaah yang membuahkan pengetahuan (knowledge). Umpamanya ekonomi menelaah hubungan antara manusia dengan benda/ jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

b.     landasan epistemologis, berhubungan dengan cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan (knowledge). Landasan epistemologis berbeda untuk tiap bentuk apa yang diketahui manusia. Umpamanya landasan epistemologis matematika adalah logika deduktif dan landasan epistemologis kebiasaan adalah pengalaman dan akal sehat.

c.      landasan aksiologis, adalah nilai kegunaaan dari pengetahuan (knowledge).
Landasan aksiologis juga dapat dibedakan untuk tiap jenis pengetahuan
(knowledge). Nilai kegunaan filsafat berbeda dengan nilai kegunaan fisika nuklir.

 

Jadi seluruh bentuk dapat digolongkan ke dalam kategori pengetahuan (knowledge) dimana masing-masinng bentuk dapat dicirikan oleh karakterisktik:

1.     obyek ontologis: pengalaman manusia yakni segenap ujud yang dapat dijangkau lewat panca indera atau alat yang membantu kemampuan panca indera.

2.     Landasan epistemologis: metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dan logika induktif dengan pengajuan hipotesis atau disebut logico-hyphotetico-verifikasi.

3.     Landasan aksiologis: kemaslahatan manusia. Artinya segenap ujud pengetahuan (knowledge) secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.

 

Bentuk pengetahuan (knowledge) dalam bahasa inggris adalah science. Ilmu (science) merupakan bagian dari pengetahuan (knowledge) yang bersifat spesifik yang mempunyai obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologis yang khas.

Sains merupakan adopsi yang kurang dapat dipertanggungjawabkan, dimana sains adalah terminologi yang dipinjam dari bahasa inggris yakni science. Pembentukan kata sifat dengan kata dasar sains ini adalah agak janggal dalam struktur bahasa Indonesia. Kemudian, terminologi science dalam bahasa asalnya penggunaannya sering dikaitkan dengan natural science seperti teknik. Maka teminologi science sering dikaitan dengan teknologi. Sederhananya bahwa ilmu-ilmu sosial bukanlah sains atau dengan kata lain sains hanya digunakan untuk ilmu-ilmu alam saja. Padahal bila merujuk pada pengertian dari science adalah ilmu, yang berarti mencakup ilmu-ilmu sosial dan juga ilmu-ilmu alam. Jadi adopsi sains dari kata science adalah kurang tepat.

 

D.    Quo Vadis

                

Terminologi Ilmu untuk science dan pengetahuan untuk knowledge, secara de facto dalam kalangan dunia keilmuwan terminologi ilmu sudah sering dipergunakan seperti dalam metode ilmiah dan ilmu-ilmu sosial atau ilmu-ilmu alam. Adapun kelemahan dari pilihan ini ialah bahwa kita terpaksa meninggalkan kata ilmu pengetahuan dan hanya menggunakan kata ilmu saja untuk sinonim science dalam bahasa inggris. Alternatif pertama menggunakan ilmu pengetahuan untuk science dan pengetahuan untuk knowledge.

 

 

 

E.    Politik Bahasa Nasional

 

Bahasa mempunyai dua fungsi utama yakni pertama, sebagai sarana komunikasi antar manusia dan kedua, sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Fungsi yang pertama dapat kita sebutkan sebagai fungsi komunikatif dan fungsi yang kedua sebagai fungsi kohesif atau integratif. Pengembangan suatu bahasa harus memperhatikan kedua fungsi ini agar terjadi keseimbangan yang saling menunjang dalam pertumbuhannya.[6]

Pada tanggal 28 oktober 1928 bangsa Indonesia memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Alasan utama bahasa Indonesia dipilih sebagai bahasa nasional pada waktu itu ditekankan pada fungsi kohesif bahasa Indonesia sebagai sarana untuk mengintegrasikan berbagai suku ke dalam satu bangsa yakni Indonesia. Bahasa Indonesia selaku fungsi komunikatif yakni fakta bahwa bahasa Indonesia merupakan lingua franca dari sebagian besar penduduk, namun bila dikaji lebih mendalam, maka kriteria bahasa sebagai fungsi kohesif merupakan kriteria yang menentukan. Penekanan pada fungsi kohesif dari bahasa selaku alat perjuangan untuk mempersatukan dan memerdekakan bangsa, pilihan dijatuhkan pada bahasa melayu.[7]

Selaku alat komunikasi pada pokoknya bahasa mencakup tiga unsur yakni pertama, bahasa selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif), kedua berkonotasi sikap (afektif) dan ketiga, berkonotasi pikiran (penalaran). Fungsi komunikasi bahasa dapat diperinci menjadi fungsi emotif, afektif dan penalaran. Perkembangan bahasa pada dasarnya adalah pertumbuhan ketiga fungsi komunikatif tersebut agar mampu mencerminkan perasaan, sikap dan pikiran suatu kelompok masyarakat yang mempergunakan bahasa tersebut. Pengembangan bahasa Indonesia sebagai milik nasional dalam artian yang sedalam-dalamnya, maka harus dicegah dominasi bahasa Indonesia oleh salah satu bahasa daerah dan harus diarahkan agar bahasa Indonesia menghimpun khasanah kata-kata yang terbaik dari seluruh bahasa daerah kita.[8]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

SIMPULAN

 

A.    Simpulan

Berdasarkan pada tinjauan pustaka dan pembahasan maka dapat disimpulkan ilmu dan bahasa memiliki keterkaitan satu sama lain. ilmu dapat berkembang, melalui publikasi ilmiah dengan menggunakan komunikasi bahasa yang baik. Keterkaitan ini didukung dengan hakikat dari ilmu dan bahasa itu sendiri, terminologi ilmu, ilmu pengetahuan (knowledge) dan sains, ketetapan quo vadis dan politik bahasa nasional.

Hakikat ilmu Suriasumantri (1990: 293) mengatakan: “ knowledge merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, beladiri, cara menyulam, dan biologi...“. Ilmu (science) merupakan bagian dari pengetahuan (knowledge), membahas bidang pengetahuan tertentu yang tersusun secara sistematis, diperoleh dengan observasi (tahapan metode ilmiah) yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Hakikat bahasa, bahasa memiliki fungsi komunikatif dan fungsi integratif. Terminologi terdiri dari obyek ontologis (obyek yang ditelaah yang menghasilkan pengetahuan), landasan epistemologis (cara mendapatkan pengetahuan) dan landasan aksiologis (nilai kegunaan suatu pengetahuan). Quo vadis menetapkan Terminologi Ilmu untuk science dan pengetahuan untuk knowledge. Politik bahasa nasional menetapkan bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia berdasarkan fungsi bahasa secara integratif.

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://ariztik.wordpress.com,”penggunaan-bahasa-indonesia-dalam-proses-penalaran”. 26/04/2012, 20:10

http://indrastomo.blogspot.com/2012/06/makalah-ilmu-dan-bahasa.html

http://jowofile.jw.lt/ebook/files5,”Peranan-Filsafat-Bahasa-Dalam-Pengembangan-Ilmu-Bahasa”. 27/04/2012, 20:18

http://www.scribd.com/doc/13236846/ILMU-DAN-BAHASA-ivate-max-age-0-must-revalidate-Content-Length-27-X

Achmad Dardiri, Filsafat Ilmu

Azizy, A.Qadri.2003.Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI

Ilmu pengetahuan dalam islam (Perspektif Filosofis-Historis)

Suriasumantri, S. Jujun. (2007). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Wesilah.2009.Konsep Ilmu dan Kebenaran Dalam Pemikiran Al-Ghazali. Yogyakarta:________

 



[1] Suriasumantri, S. Jujun. (2007). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,.  Hal 293

[2]  Achmad Dardiri, Filsafat Ilmu, hal 22-23

[3] A.Qadri Azizy, Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman, (Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI, 2003), hlm. 13.

[4] Ilmu pengetahuan dalam islam (Perspektif Filosofis-Historis) hal.1

[5] Wesilah, Konsep Ilmu dan Kebenaran Dalam Pemikiran Al-Ghazali, (Yogyakarta:________,2009), hal 101-102

[6] Suriasumantri, S. Jujun. (2007). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,.  Hal 300

[7] Suriasumantri, S. Jujun. (2007). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,.  Hal 300

[8] Suriasumantri, S. Jujun. (2007). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,.  Hal 301


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar

Introduction