Pendekatan
adalah proses, perbuatan, atau cara mendekati(KBBI,1995). Pendekatan merupakan
sikap atau pandangan tentang sesuatu, yang biasanya berupa asumsi atau
seperangkat asumsi yang saling berkaitan.
A. Pendekatan
Analisis (المدخل التحليل)
Pendekatan Analisis atau Analytical
Approach juga dikenal dengan sebutan Formal Approach adalah pendekatan yang
didasarkan pada seperangkat ungkapan-ungkapan dan asumsi-asumsi kebahasaan dan
sosiolinguistics. Pendekatan ini menganggap pembelajaran bahasa sebagai suatu
kegiatan rutin yang konvensional, dengan mengikuti cara-cara yang telah biasa
dilakukan berdasarkan pengalaman.
Menurutnya, pembelajaran dimulai dengan
rumusan-rumusan teoritis kemudian diaplikasikan dengan contoh-contoh
pemakaiannya, serta dengan jalan menjabarkannya. Pendekatan ini sering pula
disebut dengan pendekatan informatif. Disebut demikian karena kecenderungannya
menyampaikan informasi tentang bahasa tanpa memperdulikan pengetahuan praktis
atau kemampuan berbahasa
Ciri-ciri
Pendekatan Analisis:
ž Berdasar pada kebahasaan.
ž Didasarkan pada kajian-kajian ilmu sosial
kebahasaan,semantik,proses bicara(speech act),discourse analysis, dan notions
and funtions.
ž Menuntut adanya needs analysis kebahasaan,
metodologi kebahasaan modern, national syllabus.
ž Mengharuskan penyiapan materi pengajaran baru
serta strategi pengajaran baru.
ž Sebagian besar pengikut pendekatan ini
menetapkan bahasa yang disampaikan kepada siswa.
ž Tidak berangkat dari prinsip-prinsip psikologi
atau pendidikan dan menyerupai cognitive approach.
ž Berharap adanya tambahan motivasi siswa
ketika guru mencapai tuntutan kebahasaan siswa dan berusaha untuk memenuhinya.
Pendekatan
formal dipakai dalam dua metode pembelajaran bahasa, yaitu terjemahan
tatabahasa tatabahasa dan metode membaca.
a.Metode
terjemahan tatabahasa mengutamakan pemberian pola-pola tatabahasa dengan
menerjemahkan contoh-contoh pemakaiannya. Metode ini berkecenderungan
menghasilkan lulusan yang tahu tentang bahasa, tetapi tidak berkemampuan untuk
menggunakannya dalam berkomunikasi.
b.Metode
membaca. Metode ini menggunakan bahasa tulis sebagai sarana belajar bahasa
sehingga analisis dilakukan melalui teks bacaan yang akhirnya bisa menimbulkan
kebosanan. Pelaksanaan metode ini mungkin saja lebih mudah, namun pada akhirnya
dapat mengurangi motivasi karena peserta didik merasakan tidak ada gunanya.
Kosa kata diajarkan dalam jumlah banyak tanpa menghiraukan kemampuan
menggunakannya dalam berbagai bentuk dan situasi berbahasa
B. Pendekatan
Non Analisis (المدخل غير التحليل)
Pendekatan Non Analisis atau Non
Analytical Approach adalah pendekatan yang didasarkan pada konsep
psycholinguistics dan konsep pendidikan.
Ciri-ciri
Pendekatan Non Analisis:
ž Didasarkan pada konsep psycholinguistics dan
pendidikan bukan pada konsep-konsep kebahasaan.
ž Pendekatan ini juga disebut dengan pendekatan
global dan integrated naturalistic.
ž Pengajaran bahasa berlangsung dalam situasi
kehidupan alami. Dan difokuskan pada tema-tema yang berhubungan dengan
kehidupan siswa dan aspek-aspek kehidupan manusia umumnya.
ž Menuntut adanya persiapan materi pengajaran
baru.
ž Sulit menentukan bahasa yang disampaikan
kepada siswa, sehingga pengajaran bahasa itu adalah merupakan latihan sungguhan
bukan yang dibuat-buat.
ž Didasarkan pada asumsi-asumsi khusus terhadap
siswa dan difokuskan pada pemenuhan kesempatan pemerolehan bahasa bukan
pembelajarannya.
ž Motivasi siswa akan muncul disela-sela
komunikasi dengan penutur bahasa dan bergabung dalam situasi komunikasi
sungguhan.
Metode yang
mungkin digunakan dalam pendekatan ini adalah:
a.Metode langsung
Pengajaran bahasa yang langsung
menggunakan bahasa tersebut tanpa melakukan terjemahan dan tanpa mempersoalkan kaidah-kaidah
tatabahasa.
b.Metode pembatasan
Pengajaran bahasa dengan jalan
menggunakan langsung bahasa yang sedang dipelajari itu, tetapi dengan seleksi
kosakata dan seleksi tatabahasa; yang ditekankan adalah unsur-unsur bahasa yang
amat penting.
c.Metode intensif
Metode mengajar yang digunakan
untuk jumlah peserta didik terbatas sehingga tubian(drill) dan pengulangan
pengucapan kalimat lebih sering, dan perbaikan ucapan dapat dilakukan segera.
Metode ini menuntut kemampuan belajar bahasa yang tinggi dengan motivasi yang
tinggi pula.
d.Metode audio-visual
Metode audio-visual mengajarkan
bahasa dengan memanfaatkan alat-alat pandang dengar, seperti video, kartu,
tape-recorder, program televisi, sehingga pengajaran menjadi lebih hidup dan
menarik. Kecenderungan metode ini adalah menghasilkan peserta didik yang
berkemampuan dalam berbahasa lisan.
http://bahroinb.blogspot.co.id/2012/03/pendekatan-analisis-non-analisis.html
endekatan
analisis (analytical approach)
Analytical
approach juga di kenal dengan sebutan formal approach. Pendekatan ini
didasarkan pada seperangkap ungkapan-ungkapan dan asumsi-asumsi kebahasaan dan
sosolinguistics.
Di jelaskan
oleh Stren yang dimuat dikitab talim al-arabiyah li ghairi al-nathiqiina biha
karangan Thuaimiyah (1989) cirri-ciri pendekatan analisis sekaligus juga yang
membedakan dengan pendekatan non analisis yaitu:
a) Berdasar pada kebahasaan.
b) Di dasarkan pada kajian-kajian ilmu
social kebahasaan, simantik, proses bicara (speech act), discourse analysis,
dan notions and functions.
c) Menuntut adanya needs analysis kebahasaan,
metodologi kebahasaan modern, national syllabus begitu juga program bertujuan
husus.
d) Mengharuskan penyiapan materi pengajaran
baru serta strategi pengejaran baru.
e) Sebagian besar pengikut pendekatan ini
menetapkan bahasa yang disampaikan kepada siswa.
f) Tidak berangkat dari prinsip-prinsip
psikologi atau pendidikan dan menyerupai cognitive approve.
g) Berharap adanya tambahan motivasi siswa
ketika guru mencapai tuntutan kebahasaan siswa dan berusaha untuk memenuhinya.
2. Pendekatan non analisis (non analytical
approach )
non analytical
approach di dasarkan pada konsep
psycolinguistics dan konsep pendidikan
bukan pada konsep kebahasaan.
Seperti yang dijelaskan di
pendekatan analisis di pendekatan non
analisis ini juga ada ciri-cirinya yang di terangkan oleh stren di kitap talim
al-arabiyah li ghairi al-nathiqiina biha karangan Thuaimiyah (1989) adalah
sebagai berikut:
a) Didasarkan pada konsep psycholiguistics
dan pendidikan bukan pada konsep kebahasaan.
b) Pendekatan ini juga disebut dengan
pendekatan global dan integrated naturalistic.
c) Pengajaran bahasa berlangsung dalam
situasi kehidupan alami. Dan difokuskan pada tema yang berhubungan dengan
kehidupan siswa dan aspek-aspek kehidupan manusia umumnya.
d) Menuntut adanya persiapan materi persiapan
e) Sulit menentukan bahasa yang di sampaikan
kepada siswa, sehingga pengajaran bahasa itu adalah merupakan latihan sungguhan
bukan yang dibuat-buat.
f) Di dasarkan pada asumsi-asumsi khusus
terhadap siswa, dan difokuskan pada pemenuhan kesempatan pemerolehan bahasa
bukan pembelajarannya.
g) Motivasi siswa akan muncul di sela-sela
komunikasi dengan penutur bahasa dan bergabung dalam situasi komunikasi
sungguhan.
http://asheeva.blogspot.co.id/2011/05/pendekatan-anlisis-dan-non-analisis.html
Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif dapat dikatakan dengan metode
komunikatif,yang mempunyai pandangan tentang pengajaran bahasa yang
komunikatif. Pengajaran yang komunikatif artinya pengajaran yang
dilandasi oleh teori komunikatif atau fungsi bahasa.
Tujuan pembelajaran berdasarkan pendekatan komunikatif adalah
untuk mengembangkan kemampuan komunikatif serta prosedur pengajaran keempat
ketrampilan berbahasa seperti mendngar,berbicara, membaca dan
menulis. Teori tentang hakikat bahasa yang melandasi pendekatan
komunikatif adalah teori yang menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk
menyatakan fungsional atau komunikatif.
Pendekatan komunikatif berorientasi pada
proses belajar mengajar bahasa yang berdasarkan pada tugas dan fungsi
berkomunikasi. Prinsip dasar pendekatan komunikatif ialah:
1. Materi harus terdiri dari bahasa
sebagai alat komunikasi.
2. Desain materi harus menekankan proses
belajar mengajar dan bukan pokok bahasan.
3. Materi harus memberi dorongan
kepada pelajar untuk berkomunikasi secara wajar.[1]
Dalam pendekatan komunikatif, yang menjadi
acuan adalah kebutuhan si terdidik dan fungsi bahasa. Pendekatan komunikatif
berusaha membuat si terdidik memiliki kecakapan berbahasa. Dengan sendirinya,
acuan pokok setiap unit pelajaran ialah fungsi bahasa dan bukan tata bahasa.
Dengan kata lain, tata bahasa disajikan bukan sebagai tujuan akhir, akan tetapi
sarana untuk melaksanakan maksud komunikasi.
Para penganut pendekatan komunkatif ini
mengakui adanya tujuh fungsi dasar dari suatu bahasa, yaitu:
1. Fungsi instrumental untuk mendapatkan sesuatu.
2. Fungsi pengatur untuk mengatur tingkah laku
orang lain.
3. Fungsi intraksional untuk berinteraksi dengan
orang lain.
4. Fungsi personal atau pribadi untuk menyatakan
makna dan perasaan pribadi.
5. Fungsi heuristic atau
penemuan sesuatu untuk belajar dan menarik suatu kesimpulan.
6. Fungsi imajinatif untuk menciptakan sesuatu.
7. Fungsi representasional untuk
mengkomunikasikan informasi.[2]
Pandangan komunikatif tentang bahasa
menyatakan bahwa bahasa adalah sistem untuk menyatakan makna serta mengadakan
interaksi dan komunikasi. Struktur bahasa juga menunjukkan penggunaannya secara
fungsional dan komunikatif.
Elemen yang dapat dianggap sebagai dasar teori
belajar yaitu:
1. Prinsip komunikasi nyata.
2. Tugas yang bermakna.
3. Kebermaknaan bahasa. Artinya semua kegiatan
yang melibatkan komunikasi nyata, penyelesaian tugas yang bermakna serta
penggunaan bahasa yang bermakna bagi pembelajar dan bukan ketika pola kalimat
secara mekanis akan mendorong proses belajar dan pemerolehan bahasa.[3]
Oleh karena itu, tata bahasa bukanlah tujuan
utama pengajaran bahasa. Penguasaan tata bahasa adalah sebagai syarat untuk
bisa mencapai tujuan. Tujuan pengajaran bahasa memperoleh kemampuan komunikatif
dengan bahasa secara efektif dan wajar.
Dalam pelaksanaan pendekatan komunikatif, ada
ciri-ciri pelaksanaan pendekatan komunikatif sebagaimana yang diutarakan oleh
Finochiaro dan Brumfit, adalah sebagai berikut:
1. Makna merupakan hal yang penting.
2. Percakapan atau dialog kalau digunakan harus
berpusat di sekitar fungsi-fungsi komunikatif dan tidak dihalalkan atau diingat
secara formal.
3. Kontekstualisasi merupakan premis utama atau
dasar pikiran pokok.
4. Belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi.
5. Komunikasi efektif sangat diidamkan.
6. Latihan runtundapat diadakan tapi jangan
sampai memberatkan.
7. Ucapan yang dapat dipahami sangat dibutuhkan.
8. Setiap sarana yang membantu para pembelajar
diterima dengan baik dan harus disesuaikan dengan usia,minat dan seterusnya.
9. Segala upaya untuk berkomunikasi dapat
didorong sejak permulaan.
10. Penggunaan bahasa asli seara bijaksana dapat
diterima kalau memang diperlukan dan layak.
11. Terjemahan dapat dipakai kalau diperlukan oleh
siswa atau mereka memperoleh keuntungan.
12. Membaca dan menulis dapat dimulai sejak dini,
dari hari pertama kalau diinginkan.
13. Sistem linguistik bahasa sasaran akan dapat
dipelajari dengan sangat baik melalui proses pergumulan untuk berkomunikasi.
14. Kompetensi komunikatif merupakan tujuan yang
diidamkan (yaitu kemampuan menggunakan sistem linguistic secara efektif dan
memadai).
15. Variasi linguistic merupakansuatu konsepinti
dalammateri dan metodelogi.
16. Pengurutan ditentukan oleh perimbangan
mengenai isi, fungsi atau makna yang menimbulkan minat.
17. Guru menolong para pembelajar sedemikian rupa
sehingga dapat mendorong mereka bekerja dengan bahasa.
18. Bahasa diciptakan oleh individu kerap kali
melalui proses coba-coba dan salah satutrial method.
19. Kefasihan dan bahasa yang diterima merupakan tujuan
utama, ketepatan nilai bukan dalam keabstrakan tetapi konteksnya.
20. Para pembelajar diharapkan berinteraksi dengan
orang lain, melalui kelompok atau pasangan secara lisan atau tulisan.
21. Guru tidak dapat mengetahui secara tepat
bahasa apa yang akan dipakaioleh pembelajar.
22. Motivasi intrinsik dan minat terhadap apa yang
dikomunikasian dengan bahasa itu akan muncul.[4]
Sedangkan Richard dan Rodgers mengungkapkan
ciri-ciri penggunaan bahasa ini adalah:
1. Bahasa adalah suatu sistem bagi ekspresi
makna.
2. Fungsi utama bahasa adalah untuk interaksi dan
komunikasi.
3. Struktur bahasa mencerminkan penggunaan
fungsional dan komunikatif.
4. Unit-unit dasar bahasa tidak hanya merupakan
ciri-ciri gramatikal strukturnya, tetapi kategori-kategori makna fungsional dan
komunkatif seperti dalam wacana.
Ada empat variabel yang digunakan sebagai
kompetensi komunikatif, yaitu:
1. Kompetensi strategic, mengacu pada strategi
yang dipakai oleh para komunikator untuk memprakarsai, mengakhiri, memelihara,
mereparasi dan mengarahkan komunikasi.
2. Kompetensi wacana yang mengacu pada
interpretasi unsure-unsur pesan pribadi, menyangkut antara hubungan dan cara
menyatakan makna dalam hubungan keseluruhan wacana teks.
3. Kompetensi gramatikal, mengacu pada kompetensi
linguistic Chomsky dan “formally possible” Hymes,ini merupakan ranah kepasitas
gramatikal dan leksikal.
4. Kompetensi sosiolinguistik, mengacu
pada pemahaman konteks sosial tempat berlangsungnya komunikasi.[5]
Sedangkan prosedur pelaksanaan dan pengajaran
komunikatif adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi sebanyak-banyaknya sesuai bahan
ajar yang disediakan.
2. Penyajian butir-butir linguistik terkodifikasi
guna komunikasi efektif.
3. Latihan jika diperlukan.
Dari prosedur diatas, maka pendekatan
komunikatif memperlukan silabus, desain silabus yang sesuai dengan pendekatan
ini adalah:
1. Sesuai dengan kebutuhan siswa yang akan
memakai materi tersebut.
2. Menyajikan fungsi-fungsi bahasa yang
diperlukan dan fungsi-fungsi tersebut disusun sesuai dengan kebutuhan.
3. Menawarkan pola-pola bahasa untuk
mengekspresikan atau melakukan fungsi.
4. Membuat keseimbangan antara pengetahuan
struktur bahasa yang telah dikuasai dengan kebutuhan fungsional siswa untuk
menentukan penyajian materi.[6]
Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan pada
pembelajaran bahasa arab, prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Sebaiknya menggunakan teks-teks arab dari
refrensi aslinya seperti surat kabar,majalah atau lainnya yang berbahasa murni.
2. Latihan-latihan siswa sebaiknya dengan
menggunakan bentuk-bentuk yang beragam dan model yang berbeda-beda untuk
mengungkapkan satu makna.
3. Memberikan kesempatan yang cukup bagi siswa
agar mengungkapkan kreativitas bahasanya dan pikiran-pikrannya dalam semua hal
yang telah diketahuinya baik lewat pendengaran maupun bacaan.
4. Sebaiknya latihan-latihan untuk menggunakan
bahasa di dalam memahami konteks-konteks sosial.
5. Peran guru dalam pendekatan komunkatif adalah
mempermdah prosesbelajar dan sebagai fasilitator bagi siswa dalam menggunakan
bahasa baik kosa kata maupun kalimat di dalam komunikasi yang hidup.
6. Adanya kegiatan kebahasaan untuk menumbuhkan
ketrampilan komunikasi.
7. Mempersedikit penggunaan bahasa ibu serta
memperbanyak penggunaan bahasa yang dipelajari (Arab) sebagai alat komunikasi
antara guru dan siswa dan siswa dengan siswa. Tidak hanya dalam menyampaikan
materi pelajaran saja melainkan juga dalam percakapan di luar proses belajar
mengajar sebagai proses belajar mengajar sebagai proses pembiasan.[7]
B. Pendekatan Analitik
Pendekatan Analisis
atau Analytical Approach dikenal dengan sebutan Formal
Approachyaitu pendekatan
yang didasarkan pada seperangkat ungkapan-ungkapan dan asumsi-asumsi kebahasaan
dan sosiolinguistics[8]. Pendekatan ini menganggap pembelajaran bahasa
sebagai suatu kegiatan rutin yang konvensional, dengan mengikuti cara-cara yang
telah biasa dilakukan berdasarkan pengalaman.
Menurut pendekatan analitik pembelajaran dimulai
dengan rumusan-rumusan teoritis kemudian diaplikasikan dengan contoh-contoh
pemakaiannya, serta dengan menjabarkannya. Pendekatan ini sering juga disebut dengan pendekatan informatif.
Disebut demikian karena kecenderungannya menyampaikan informasi tentang bahasa
tanpa memperdulikan pengetahuan praktis atau kemampuan berbahasa.
Ciri-ciri pendekatan analisis:
1. Berdasarkan pada kebahasaan.
2. Didasarkan pada kajian-kajian ilmu sosial
kebahasaan, semantic proses bicara(speech act),discourse
analysis, dan notions and funtions.
3. Menuntut adanya needs analysis kebahasaan,
metodelogi kebahasaan modern,national syllabus.
4. Mengharuskan penyiapan
materi pengajaran baru serta strategi pengajaran baru.
5. Sebagian besar pengikut
pendekatan ini menetapkan bahasa yang disampaikan kepada siswa.
6. Tidak berangkat dari
prinsip-prinsip psikologi atau pendidikan dan menyerupaicognitive approach.
7. Berharap adanya
tambahan motivasi siswa ketika guru mencapai tuntutan kebahasaan siswa dan
berusaha untuk memenuhinya.[9]
Ketika mengguakan
pendekatan analitik ini juga perlu pendekatan formal yang mempunyai dua metode pembelajaran bahasa, yaitu
terjemahan tatabahasa dan metode membaca.
a. Metode terjemahan
tatabahasa mengutamakan pemberian pola-pola tatabahasa dengan menerjemahkan
contoh-contoh pemakaiannya. Metode ini berkecenderungan menghasilkan lulusan
yang tahu tentang bahasa, tetapi tidak berkemampuan untuk menggunakannya dalam
berkomunikasi.
b. Metode membaca.
Metode ini menggunakan bahasa tulis sebagai sarana
belajar bahasa sehingga analisis dilakukan melalui teks bacaan yang akhirnya
bisa menimbulkan kebosanan. Pelaksanaan metode ini mungkin saja lebih mudah,
namun pada akhirnya dapat mengurangi motivasi karena peserta didik merasakan
tidak ada gunanya. Kosa kata diajarkan dalam jumlah banyak tanpa menghiraukan
kemampuan menggunakannya dalam berbagai bentuk dan situasi berbahasa.
C. Pendekatan Nonanalitik
Pendekatan non analitik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Didasarkan pada konsep pshycolinguistics dan
pendidikan bukan pada konsep-konsep kebahasaan.
2. Pendekatan ini juga disebut dengan pendekatan
global dan integrated naturalistic
3. Pengajaran bahasa berlangsung dalam situasi
kehidupan alami. Dan difokuskan pada tema-tema yang berhubungan dengan
kehidupan siswa dan aspek-aspek kehidupan manusia pada umunya.
4. Menuntut adanya persiapan materi pengajaran
baru.
5. Sulit menetukan bahasa yang disampaikan kepada
siswa, sehingga pengajaran bahasa itu adalah merupakan latihan sungguhan bukan
yang dibuat-buat.
6. Didasarkan pada asumsi-asumsi khusus terhadap
siswa dan difokuskan pada pemenuhan kesempatan pemerolehan bahasa bukan
pembelajarannya.
7. Motivasi siswa akan muncul di sela-sela
komunikasi dengan penutur bahasa dan bergabung dalam situasi komunikasi
sungguhan.[10]
Metode yang dapat
digunakan dalam pendekatan nonanalitik:
a. Metode langsung.
Pengajaran bahasa yang langsung menggunakan bahasa
tersebut tanpa melakukan terjemahan dan tanpa mempersoalkan kaidah-kaidah tatabahasa.
b. Metode pembatasan
Pengajaran bahasa dengan jalan menggunakan langsung
bahasa yang sedang dipelajari itu, tetapi dengan seleksi kosakata dan seleksi
tatabahasa; yang ditekankan adalah unsur-unsur bahasa yang amat penting.
c. Metode intensif
Metode mengajar yang digunakan untuk jumlah peserta didik
terbatas sehingga tubian(drill) dan pengulangan pengucapan kalimat lebih
sering, dan perbaikan ucapan dapat dilakukan segera. Metode ini menuntut
kemampuan belajar bahasa yang tinggi dengan motivasi yang tinggi pula.
d. Metode audio-visual
Metode audio-visual mengajarkan bahasa dengan
memanfaatkan alat-alat pandang dengar, seperti video, kartu, tape-recorder,
program televisi, sehingga pengajaran menjadi lebih hidup dan menarik. Kecenderungan
metode ini adalah menghasilkan peserta didik yang berkemampuan dalam berbahasa
lisan.[11]
[1] Sut Tri, Pendekatan Komunikatif Bahasa Indonesia, diakses dari http://www.pendekatan-komunikatif.html pada tanggal 24 April 2013
[2] Bisri Musthofa, Metode dan Strategi Pembelajaran (Malang: UIN Maliki Press, 2012), h.16
[3] Ibid, h. 7
[4] Ibid, h. 19
[5] Wahab Rosyidi dan Mamluatul Ni’mah, Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN Maliki, 2011), h. 46
[6] Ibid, h.53
[7] Bisri Musthofa, Metode dan Strategi Pembelajaran (Malang: UIN Maliki Press, 2012), h.21
[8]Firqotu Tsalisah, Pendekatan Analitik dan
nonanalitik diakses dari http://www.pendekatan-analisis-non-analisis.html pada
tanggal 22 April 2013
[9] Bisri Musthofa, Metode dan Strategi Pembelajaran (Malang: UIN Maliki Press, 2012), h.11
[10] Ibid, h.14
[11] Firqotu Tsalisah, Pendekatan Analitik dan nonanalitik diakses dari http://www.pendekatan-analisis-non-analisis.html
pada tanggal 22 April 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab adalah suatu ilmu tentang metode-metode yang mengkaji
bermacam-macam metode dalam pengajaran, keunggulan dan kelemahan, serta
penerapan dari pengajaran-pengajaran bahasa Arab. Bahasa Arab sebagai bahasa
kedua setelah bahasa kita, tentu memerlukan waktu yang tidak sebentar untuk
mempelajarinya. Bahasa Arab adalah bahasa dunia yang sangat dianjurkan untuk dikuasai
oleh anak didik kita. Seperti yang kita tahu, dalam mengkaji Al-Qur’an dan
Hadits Nabi, kita harus menguasai ilmu gramatikal dan morfologi bahasa Arab.
Di Negara kita
sudah banyak madrasah mulai dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi yang
mengajarkan bahasa arab dalam pengembangan keilmuan. Namun seringkali kita
lihat, beberapa sekolah yang masih memakai metode dan teknik pengajaran bahasa
Arab yang kurang sesuai dengan standart pengajaran, sehingga tidak sedikit para
pelajar yang merasa bosan dengan bahasa Arab, dikarenakan penyampaian
pengajaran bahasa arab yang kurang menyenangkan, tidak efektif, jauh dari kreatif dan inovatif. Sehingga para
peserta didik menjadi bosan dengan bahasa arab.
Oleh karena
itu, sebagai pengajar bahasa Arab yang memiliki kualifikasi dalam bidang
keilmuan ini, kiranya perlu menguasai Metodologi Pengajaran, berikut pendekatan
serta teknik-teknik yang harus disampaikan kepada peserta didik, supaya tujuan
pembelajaran bahasa Arab dapat dicapai dengan maksimal secara efektif dan
efisien. Serta mampu membangkitkan kecintaan peserta didik terhadap
pembelajaran bahasa arab
Dalam makalah
ini, penulis akan membahas beberapa materi tentang metodologi pengajaran bahasa
Arab, yaitu :
1. Apakah pengertian Pendekatan dalam
pengajaran bahasa Arab ?
2. Apakah pengertian Metode dan penerapannya
?
3. Apakah pengertian Teknik/Strategi dalam
pengajaran bahasa Arab ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan, Metode Dan Teknik
1. Pengertian Pendekatan (Madkhal)
Dalam
pengajaran bahasa, ada tiga istilah yang perlu dipahami pengertian dan
konsepnya secara tepat, yakni pendekatan, metode, dan teknik. Pendekatan adalah
seperangkat asumsi berkenaan dengan hakekat bahasa dan belajar mengajar bahasa.
Metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan
pendekatan yang ditentukan. Sedangkan teknik adalah kegiatan spesifik yang
diimplementasikan di dalam kelas, selaras dengan metode yang telah
dipilih.[1][1] Untuk lebih jelasnya, akan kami berikan suatu paparan tentang
macam-macam pendekatan, diantaranya adalah :
1. Pendekatan Humanistik (Humanistic
Approach)
Yaitu sebuah
pendekatan yang memberikan perhatian kepada pembelajar sebagai manusia, tidak
menganggapnya sebagai benda yang merekam seperangkat pengetahuan. Pembelajaran
bahasa menurut pendekatan ini adalah bertujuan mempererat hubungan antara
manusia dengan berbagai ragam budaya dan pengalaman. Maka langkah pertama untuk
merealisasikan tujuan hal itu adalah dengan memberikan kesempatan kepada
pembelajar yang berbeda budaya dan pengalamannya itu untuk berdialog mengenai
diri mereka.
Mengungkapkan
perasaan mereka serta bergantian mengungkapkan berbagai hal mengenai diri
mereka. Proses ini bisa memenuhi kebutuhan pembelajar untuk aktualisasi diri.
Pendekatan ini tidak lebih didalamnya berisi seperangkat pesan-pesan yang
mendorong agar proses pembelajaran lebih memberi perhatian pada siswa dan
diberlakukan manusia (manusiakan siswa).[2][2]
2. Pendekatan Teknik (Media-Based Approach)
Yaitu
pendekatan yang didasarkan pada pemanfaatan media pembelajaran dan
teknik-teknik pendidikan. Pendekatan ini berpendapat bahwa media dan teknik
pembelajaran sangat berperan dalam menyampaikan pengalaman belajar serta bisa
merubah pengalaman belajar menjadi pengalaman yang nyata (terindra).
Kesuksesan
media dan teknik dan proses pengajaran berdampak pada munculnya orientasi baru
pada bidang pengajran bahasa asing. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan
cara untuk menjelaskan makna kata, terkib-terkib serta konsep-konsep budaya
baru dengan menggunakan gambar-gambar, peta, lukisan, menghadirkan contoh yang
nyata, kartun dan lain sebagainya yang bisa membantu memahamkan siswa tentang
pesan-pesan kata bahasa asing. Namun ada beberapa kendala dalam pendekatan ini,
diantaranya adalah kurangnya materi pembelajaran baik serta tingginya biaya
yang harus dikeluarkan guru untuk menyiapkan media yang memenuhi standar yang
diinginkan sesuai dengan jumlah pengguna.
3. Pendekatan Analisis dan Non Analisis
Adapun
perbedaan antara pendekatan analisis dan non analisis adalah sebagai berikut :
a) Pendekatan Analisis mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Berdasarkan pada kebahasaan
2. Didasarkan pada kajian-kajian ilmu sosial
kebahasaan, semantik, dan proses bicara.
3. Menurut adanya needs analysis kebahasaan
dan metodologi kebahasaan modern.
4. Mengharuskan penyiapan materi pengajaran
baru serta strategi pengajaran baru.
b) Pendekatan Non Analisis
Sedangkan
pendekatan non analisis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Didasarkan pada konsep psycholinguistic
tokoh pendidikan bukan pada
konsep-konsep kebahasaan.
b) pendekatan ini juga disebut dengan
pendekatan global dan integrated naturalistic.
c) Didasarkan pada asumsi-asumsi khusus
terhadap siswa, dan difokuskan pada pemenuhan kesempatan pemerolehan bahasa
bukan pembelajarannya.[3][3]
4. Pendekatan Komunikatif (Communicative
approach)
Yaitu
pengajaran bahasa secara konunikatif artinya pengajaran yang dilandasi oleh
teori komunikatif atau fungsi bahasa. Menurut pendekatan ini tujuan pengajaran
bahasa adalah untuk mengembangkan kemampuan komunikatif serta prosedur
pengajaran keempat ketrampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca serta
menulis) yang mengakui interdepensi atau saling ketergantungan antara bahasa
dan komunikasi. Teori tentang hakikat bahasa yang melandasi pendekatan
komunikatif ini adalah teori yang
menyatakan bahwa bahasa itu adalah alat untuk menyatakan
fungsional/komunikatif. Tujuan pengajaran bahasa adalah untuk menolong
pembelajar mencapai kemampuan komunikatif.
2. Pengertian Metode (Thariqah)
Metode secara
umum adalah segala hal yang termuat dalam setiap proses pengajaran, baik itu
pengajaran matematika, kesenian, olahraga, ilmu alam dan lain sebagainya.
Secara semantik, metodologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan yang efektif dan
efisien. Maksud dari Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab adalah cara atau jalan
yang ditempuh bagaimana menyajikan bahan-bahan pelajaran bahasa Arab agar mudah
diterima, diserap, dan dikuasai oleh anak didik dengan baik dan menyenangkan.
[4][4]
Sebelum kita
membahas macam-macam metode terlebih dahulu disini disampaikan tentang hal yang
harus dijadikan pertimbangan dalam penggunaan sebuah metode yaitu :
a. Hendaknya metode yang akan digunakan
sesuai dengan karakter siswa, tingkat perkembangan akalnya serta kondisi sosial
yang melingkupi kehidupan mereka.
b. Guru memperhatikan kaidah-kaidah umum
dalam menyampaikan pelajaran seperti kaidah bertahap dari yang mudah ke yang sulit, dari yang sederhana ke
yang rumit dan dari yang jelas ke yang membutuhkan interpretasi, serta dari
yang konkrit ke yang bersifat abstrak.
c. Bisa menciptakan situasi siswa yang
kondusif sepanjang tahapan-tahapan pelajaran.
d. Menumbuhkan konsentrasi dan motivasi
serta membangkitkan sikap kreatif.[5][5]
Setelah kita
membahas tentang hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode maka
pembahasan kita selanjutnya adalah tentang metode-metode yang telah berkembang
dalam pembelajaran, yaitu:
i. Metode Nahwu wa tarjamah
Dari yang telah
kita ketahui bahwa dalam penerapan metode ini banyak menekankan pada penggunaan nahwu (tata
bahasa) dan praktik penerjemahan dari bahasa dan ke dalam bahasa sasaran.
Metode ini bahkan harus kita akui sebagai metode yang paling populer digunakan
dalam pembelajaran bahasa baik di sekolah, pesantren maupun di perguruan
tinggi.
ii. Thariqah Mubassyaroh (Metode
Langsung/Direct Method)
Metode ini
lahir sebagai reaksi terhadap penggunaan metode nahwu wa tarjamah yang
mengajarkan bahasa seperti bahasa yang mati. Dan sebelumnya sejak tahun 1850
telah banyak muncul propaganda yang menyampaikan agar menjadikan penajaran
bahasa itu hidup menyenangkan dan efektif. Sehingga secara cepat lahirlah
metode pembelajaran baru yang disebut dengan metode langsung.
iii. Thariqah Sam’iyah Syafawiyah (Audio
Lingual Method)
Metode ini
sebagai respon bagi 2 hal penting pada tahun 50-an dan 60-an yaitu :1) studi
bahasa yang dilakukan oleh ahli jiwa dan ahli bahasa terhadap bahasa-bahasa
lisan Hindia diwilayah Amerika serikat, 2) perkembangan sarana komunikasi antar
bangsa yang bisa mendekatkan jarak antara mereka dan adanya kebutuhan
mempelajari bahasa asing tidak hanya digunakan untuk membenci tetapi untuk komunikasi
langsung antar mereka. Kedua hal ini mendorong untuk melihat kembali
fungsi bahasa yang tidak hanya untuk komunikasi bahasa lisan atau
transfer budaya manusia, akan tetapi bahasa sebagai alat untuk merealisasikan
komunikasi lisan.
iv.
Thariqah Qira’ah (Reading Method)
Metode ini
lahir dari pemikiran para ahli pengajaran asing pada awal abad 20. Teori ini
dipelopori oleh beberapa ahli pendidikan Inggris dan Amerika. Mereka
perpendapat bahwa belajar membaca secara lancar jauh lebih penting bagi
orang-orang yang belajar bahasa ketimbang berbicara. Karena mereka menganggap
hal itu sebagai ketrampilan yang paling bermanfaat yang harus diperoleh dalam
bahasa, tetapi juga karena hal itulah yang paling mudah.[6][6]
3. Pengertian Teknik (Uslub)
Sebagaimana
telah diketahui pada penjelasan sebelumnya tentang pendekatan dan metode,
ketiganya adalah merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dalam proses
pengajaran, maka setelah kita mengetahui pengertian masing-masing dari pengertian
pendekatan dan pengertian metode, selanjutnya kita akan memahami pengertian
teknik dalam pengajaran. Teknik pengajaran merupakan operasionalisasi metode.
Karena itu, teknik pengajaran itu berupa rencana, aturan-aturan,
langkah-langkah tersebut haruslah terkait erat dengan bingkai umumnya yaitu
metode.
Pengaturan,
penyusunan dan gaya mengajar sangat tergantung pada guru serta ketrampilan
kepribadian guru dalam mengelola kelas, karena semua hal ini akan dipengaruhi
oleh perbedaan situasi dan kondisi. Oleh sebab itu tidak bisa dikatakan bahwa
ini adalah metode yang terbaik, ini adalah teknik yang terbaik yang cocok untuk
segala situasi dan kondisi pengajaran. Perbedaan tujuan, materi, siswa serta
perbedaan guru membutuhkan teknik/stategi yang berbeda dalam sebuah penerapan
metode.[7][7]
Berikut ini
adalah penjelasan seputar teknik/strategi pembelajaran yang meliputi empat
ketrampilan bahasa.
1. Teknik Pembelajaran Istima’ (Menyimak)
Istima’
mempunyai peranan penting dalam hidup kita, karena istima’ adalah sarana
pertama yang digunakan manusia untuk berhubungan dengan sesama dalam
tahapan-tahapan kehidupannya. Melalui istima’ kita kenal mufrodat,
bentuk-bentuk jumlah dan taraakib. Dan dengan istima’ pula kita bisa menguasai
ketrampilan-ketrampilan bahasa yang lain yaitu kalam, qira’ah dan kitabah.
2. Teknik Pembelajaran Kalam (Berbicara)
Kemampuan untuk
menyusun kata-kata yang baik dan jelas mempunyai dampak yang besar dalam hidup
manusia. Baik untuk mengungkapkan pikiran-pikiran atau memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Berbicara dengan bahasa asing merupakan ketrampilan dasar yang menjadi tujuan
dari beberapa tujuan pengajaran bahasa. Sebagaimana bicara adalah sebagai
sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain.
3. Teknik Pembelajaran Qira’ah (Membaca)
Membaca
merupakan materi terpenting di antara materi pelajaran. Oleh sebab itu membaca
merupakan sarana yang utama untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa. Membaca
adalah salah satu ketrampilan berbahasa yang tidak mudah dan sederhana, tidak
sekedar membunyikan huruf-huruf atau kata-kata akan tetapi sebuah ketrampilan
yang melibatkan berbagai kerja akal dan pikiran.
4. Teknik pembelajaran kitabah (menulis)
Diantara
ketrampilan-ketrampilan berbahasa, ketrampilan menulis adalah ketrampilan tertinggi
dari empat ketrampilan berbahasa. Menulis merupakan salah satu sarana
berkomunikasi dengan bahasa antara orang dengan orang lainnya tidak terbatas
oleh tempat dan waktu.
Ø Kemampuan menulis dengan tujuan yang benar
Ø Memperbaiki khoth
Ø Kemampuan mengungkapkan pikiran secara jelas
dan detail.[8][8]
BAB IV
KESIMPULAN
v Pendekatan dalam proses pembelajaran adalah
seperangkat asumsi-asumsi yang antara satu dengan yang lainnya saling terkait.
v Sebaiknya dalam sebuah pembelajaran
manusia/siswa (pembelajar) tidak hanya dijadikan benda (pendengar) saja, namun
dijadikan sebagai pembelajar yang aktif tidak hanya merekam seperangkat
pengetahuan.
v Metode secara umum sangat penting dalam
segala hal yang termuat dalam setiap proses pengajaran. Karena metode bisa
diberi arti sebagai pemilih, penyusun serta penyaji materi-materi yang akan
disampaikan.
v Pendekatan, metode dan teknik, ketiganya
adalah merupakan rangkaian yang tidak terpisah dalam proses pengajaran.
http://ipank92.blogspot.co.id/2012/02/metode-pendekatan-dan-teknik-dalam.html
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
0 komentar:
Posting Komentar