Minggu, 29 Januari 2023 | By: namakuameliya

“Implementasi Pembelajaran Bahasa arab Dengan Metode Bermain Peran ( Role Play Method) Dalam Meningkatkan Ketrampilan Berbicara Bahasa arab Pada Siswa Madrasah Aliyah Asyaryfiah “

 

A.          LATAR BELAKANG MASALAH

pembelajaran Bahasa Arab di sekolah terbatas hanya penguasaan konsep belaka. Artinya pembelajaran Bahasa Arab menyimpang dari hakikat Bahasa Arab yang sebenarnya. Kenyataan ini tidak lazim, karena pembelajaran Bahasa Arab tidak mencapai tujuan dasarnya namun hanya sebatas pemindahan pengetahuan saja sehingga tidak membangun sikap kecintaan atau ketrampilan berbahasa  yang benar. Lebih lanjut hal ini diduga menjadi penyebab siswa-siswa Indonesia hanya mampu mengingat dan berbicara Bahasa Arab secara sederhana atau dengan kata lain hanya bahasa-bahasa yang lumrah digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Bahasa Arab dikelas sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mendesain dan merencanakan pembelajaran. Apalagi dengan kurikulum yang memberi keleluasaan bagi guru untuk mengembangkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sesuai dengan keadaan sekolah. Salah satu faktor utama siswa sulit belajar Bahasa Arab adalah metode pembelajaran yang tepat dan kualitas guru, bukan keadaan atau potensi siswa. Dari pernyataan tersebut dapat dipetik bahwa pada dasarnya setiap individu siswa memiliki potensi yang sama besarnya untuk dapat berkembang dan memahami mata pelajaran Bahasa Arab dengan baik, namun perkembangan potensi siswa tersebut juga sangat bergantung bagaimana cara guru menyampaikan materi pembelajaran. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.

Tugas pendidikan yang terutama adalah memberikan bimbingan agar pertumbuhan anak dapat berlangsung secara wajar dan optimal. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan tentang hukum hukum dasar perkembangan kejiwaan manusia agar tindak pendidikan yang dilaksanakan berhasil guna dan berdaya guna. Beberapa hukum dasar yang diperhatikan dalam membimbing anak dalam proses pendidikan.

Pendidikan bahasa  yang diberikan di madrasah ibtidaiyah  mempunyai peranan yang sangat penting untuk menempuh pendidikan yang lebih lanjut. Pembelajaran bahasa arab yang diberikan sejak anak-anak berusia dini tentu mempunyai karakter dan tuntutan yang berbeda dengan pembelajaran bahasa arab untuk murid remaja dan dewasa, seiring dengan  perbedaan orientasi pembelajaran dan perbedaan karakteristik  siswa. Perbedaan tersebut akan berdampak pada pemilihan materi, metode, teknik, media, alat evaluasi dan tempat pembelajaran. Pembelajaran bahasa arab yang efektif dan efisien sejak dini akan mendapatkan sambutan hangat dari berbagai pihak, walau alasannya memang sangat ideologis yakni bahwa  penduduk indonesia mayoritas beragama islam. Keinginan masyarakat saat ini sudah mulai berkembang dan bersemangat dalam mempelajari agama khususnya al-Quran dan Hadist sebagai pedoam Umat Islam. [1]

Pembelajaran bahasa arab yang akan peneliti bahas disini adalah bahasa arab sebagai bahasa asing bukan bahasa arab sebagai bahasa ibu. Dalam pembelajaran bahasa arab dikalangan anak- anak madrasah ibtidaiyah  yaitu dikisaran usia 10-12 tahun. Diantara berbagai faktor mempengaruhi kesiapan siswa mempelajari bahasa asing adalah faktor usia. Ada berbagai pendapat yang mengatakan pembelajaran bahasa asing sejak dini semakin mudah jika dibandingkan saat dewasa. Adapula yang berpendapat pembelajaran bahasa sejak dini bukan merupakan jaminan keberhasilan. Alasan yang melatar belakangi penolakan terhadap pembelajaran bahasa arab sejak dini antara lain : pertama orang dewasa lebih mampu mempelajari bahasa asing, kedua perlajaran bahasa asing menyulitkan anak-anak, ketiga  mempelajari bahasa asing dapat menghalangi anak-anak menguasai bahasa ibunya denga baik, keempat dualisme bahasa dapat menghalangi pertumbuhan kognisi dan efeksi dan anak - anak. Beberapa Alasan Para Pendukung Pembelajaran bahasa asing untuk anak - anak antara lain :

(a)     Semakin hari kebutuhan akan penguasaan bahasa asing semakin meningkat, karenanya harus dipersiapkan sejak dini.

(b)     Secara sosial banyak masyarakat yang menggunakan dua atau lebih bahasa untuk komunikasi sehari-hari. Ada pula beberapa negara yang mempunyai dua bahasa resmi.

(c)     Dari sudut pandang pendidikan, mengajarkan bahasa asing kepada anak-anak sejak dini berarti membekali dengan wawasan hidup yang mengglobal.

(d)     Anak - anak mempunyai  kemampuan yang luar biasa untuk belajar banyak bahasa, diantaranya kemampuan anak untuk meniru bunyi-bunyi bahasa yang tidak dimiliki orang dewasa.

(e)     Berdasarkan penelitian terhadap perkembangan saraf - saraf otak manusia menunjukkan bahwa pada masa kanak – kanak kondisinya lebih  fleksibel sehingga mudah untuk diperkenalkan   dengan beberapa bahasa.

(f)      Perkembangan bahasa manusia bukan lahir begitu saja  tetapi harus dibiasakan.

(g)     Karena bahasa adalah kebiasaan maka membiasakan anak-anak untuk berbahasa dengan beberapa bahasa sekaligus sejak dini lebih mudah dibandingkan saat dewasa dimana kebiasaan berbahasanya sudah mapan dengan satu bahasa tertentu dan susah diubah atau diperbaiki.

(h)     Pengalaman beberapa negara ( seperti amerika, prancis dan jerman) dalam mengajarkan bahasa asing untuk anak-anak menunjukkan hasil yang menggembirakan. [2]

Bahasa, dalam bahasa arab disebut لغة  merupakan bentuk derivasi dari لَغَا  yang bersinonim dengan kata نطق  dan  تكلم  berarti “berbicara” yang dijelaskan oleh ‘Adil [3] sebagai berikut:

اللغة : اسم ثلاثي على وزن فُعَةٌ، أصله لُغْوَةٌ على وزن فُعْلَةٌ، فحذفت لامُه، وهو من الفعل الثلاثي المتعدِّي: لغا بكذا، أي تكلم؛ فاللغة هى التكلم، أي النطق الإنساني.

Secara terminology, ada beberapa pendapat tentang bahasa yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1.   Dalam mu’zam ma’ani al-jaami’[4] bahasa didefinisikan sebagai bunyi tuturan manusia untuk mengungkapkan tujuannya (مَا يَتَكَلَّمُهُ الإِنْسَانُ مِنْ أَصْوَاتٍ يُعَبِّرُ بِهَا عَنْ أَغْرَاضِهِ) 

2.   Menurut ibnu Jinni[5] bahasa adalah bunyi yang digunakan oleh setiap bangsa untuk mengungkapkan tujuan-tujuannya (أصوات يعبر بها كل قوم عن أغراضهم)

3.   Menurut Kridalaksana, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.[6]

Bahasa adalah suatu sistem  simbol vokal yang arbiter , memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu  atau orang lain yang telah mempelajari sietem kebudayaan komunikasi atau berinteraksi. Dalam perkembangannya bahasa mempunyai berbagai definisi diantaranya : Menurut pei dan gaynor bahasa adalah suatu sistem komunikasi dengan bunyi, yaitu lewat alat ujaran dan pendengaran, antara orang-orang dari kelompok atau masyarakat tertentu dengan mempergunakan simbol-simbol vokal yang mempunyai arti arbiter dan konvensional.   Menurut  de vito Bahasa adalah sistem dari  simbol- simbol yang secara potensial mengacu kepada dirinya dan terstruktur yang mendatar benda - benda, kejadian-kejadian dan hubungan – hubungan dialam dunia. wardhaugh menjelaskan bahasa merupakan satu simbol vokal yang arbiter yang dbahasa arabkai dalam komunikasi manusia. Green mengungkapkan bahwasanya bahasa diefinisikan sebagai perangkat kalimat yang mungkin, dan tata bahasa suatu bahasa sebagai aturan- aturan  yang membedakan antara kalimat yang bukan kalimat.  Dalam kamus webster’s  news collegiate distionary bahasa berarti satu alat yang seistematik untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, isyarat-isyarat atau ciri-ciri yang konvensioanal dan yang memiliki arti yang dimengerti.[7]

Suatu bahasa terbentuk dari satuan - satuan bunyi tertentu, dengan menyusun satuan-satuan bunyi tersebut terbentuklah berjuta – juta kata  dalam situasi yang beraneka ragam.  Setiap bahasa mempunyai khazanah ( inventory)  bunyi yang dipilih  dari semua kemungkinan  bunyi yang bisa diucapkan manusia yang berbeda ( atau mungkin berbeda )  dengan khazanah bunyi bahasa – bahasa lain. Misalnya bunyi bahasa arab berupa “dhaa” tidak bisa ditemukan dalam bahasa lain. Pada prinsipnya tujuan pengajaran bahasa adalah agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak , berbicara, membaca dan menulis.  Salah satu  penentu kwalitas  ketrampilan berbahasa siswa , bahkan yang paling mementukan adalah kualitas dan kuantitas kosa kata yang dimiliki dan dikuasainya.  Semakin kaya seorang siswa dengan kosa kata, semakin besar pula kemungkinan dalam ketrampilan berbahasa.[8] Mengerti bahasa berarti pula seorang individu bisa menggabungkan  kata-kata untuk membentuk frase, dan kemudian frase disusun dan terbentuklah klausa atau kalimat.[9]  Semua bahasa dimuka bumi mempunyai tujuan sama memungkinkan umat manusia mengekspresikan dirinya supaya dirinya dimengerti oleh orang lain. Artinya bahwa semua bahasa itu  memiliki dasar-dasar yang sama .[10] 

kemampuan untuk berbahasa yang ada pada setiap manusia normal karena pembawaan, tetapi harus didukung oleh stimulus dari lingkungan untuk pengembangan yang sempurna. Ini Dimungkinkan denga adanya dua macam fasilitas yang dimiliki manusia yaitu pertama fasilitas fisik berupa organ-organ ujaran ( lidah, mulut, bibir, gigi, hidung, tenggorokan dan lain sebagainya) dan yang kedua  fasilitas non fisik (ruh,akal, pikiran dan rasa yang universal)  Langage dengan demikian merupakan tingkah laku bahasa yang universal, lebih banyak diminati para ahli antropologi dan biologi. [11]

Dengan demikian penguasaan Bahasa arab bagi siswa madrasah ibtidaiyah  mutlak sangat diperlukan karena sebagai alat untuk memahami dasar hukum dalam mempelajari ilmu-ilmu agama yang terdiri Al Qur’an, Al Hadits, Fiqih, Aqidah Akhlaq dan Bahasa arab itu sendiri. Maka mustahil para siswa madrasah ibtidaiyah  dapat meguasai ilmu-ilmu tersebut tanpa disertai dengan penguasan Bahasa arab yang baik. Namun kenyataannya mayoritas siswa madrasah ibtidaiyah  masih sangat minim dalam penguasaan Bahasa arab tersebut baik Bahasa arab sebagai bahasa ilmu maupun Bahasa arab sebagai sarana komunikasi. Hal ini perlu dilakukan pengkajian yang mendalam mengapa hal tersebut terjadi. Ini semua perlu dicari di mana titik kelemahannya, apakah materi ajarnya yang tidak pas, guru yang mengajar tidak memenuhi kompetensinya sebagai guru Bahasa arab, atau faktor-faktor lainnya.[12]

Mengingat keadaan tersebut maka ketrampilan berbicara Bahasa arab di madrasah ibtidaiyah  perlu mendapatkan perhatian yang serius oleh semua pihak yang terkait seperti guru , lingkungan masyarakat dan pemerintah agar ada langkah maju untuk memperbaiki keadaan tersebut. Tanpa kepedulian semua pihak mustahil ketrampilan berbicara Bahasa arab akan mencapai kemajuan yang sesuai dengan harapan. Realitas di lapangan pelaksanaan pembelajaran Bahasa arab di madrasah ibtidaiyah  belum sesuai dengan harapan.  Sementara sebagai pembanding di negara Israel kepedulian warga Yahudi terhadap Bahasa arab cukup tinggi walaupun tidak ada kepentingan religi, “anak-anak Yahudi sudah diwajibkan menguasai minimal tiga bahasa sejak usia sekolah, yaitu bahasa Inggris, bahasa arab, dan bahasa Hebrew.”[13]

Hal ini sesuai pendapat Azyumardi Azra tentang pembelajaran Bahasa arab di madrasah : “apa yang diajarkan sebenarnya bukan pelajaran bahasa, melainkan pelajaran tentang bahasa.” Kegiatan belajar Bahasa arab lebih banyak menitikberatkan pada penghafalan kaidah-kaidah tata bahasa dan kosa kata tanpa ada kesempatan untuk menggunakan bahasa itu dalam bentuk lisan. Bahkan kalau ditelusuri lebih jauh lagi metode pembelajaran yang dilaksanakan, merupakan kelanjutan dari pendekatan pembelajaran yang bersifat satu arah dan berlangsung naratif, di mana guru memberikan informasi yang harus ditelan oleh murid. Target dari semua itu agar siswa mampu menyelesaikan soal-soal tes baik tes formatif maupun tes sumatif atau dapat menyelesaikan soal-soal ujian akhir madrasah. [14]

Dari hal tersebut, salah satu penyebab rendahnya kemampuan penguasaan materi kalam pada siswa, karena dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa arab masih terpaku pada penggunaan metode tertentu, yaitu hanya menggunakan metode kaidah dan terjemah (thariqah al qawaid wat tarjamah) tanpa diperkaya dengan metode lain untuk menambah variasi dan memperkaya cakupan materi yang diajarkan. Akhirnya materi pembelajaran Bahasa arab yang dikuasai siswa sifatnya sangat verbalistik sehingga aplikasinya di lapangan sangat lemah. Bukan berarti Thariqah Al Qawaid wat Tarjamah itu jelek, namun semua metode disamping ada kelebihan tetapi ada kekurangannya. Di sini diperlukan kemauan guru untuk melengkapi dengan metode lain sehingga bisa menutup kekurangan yang ada.

Implementasi secara bahasa menurut kbbi penggunaan atau penerapan. Ibnu khaldun berkata, “Sesungguhnya pengajaran itu merupakan profesi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan kecermatan karena sama halnya dengan pelatihan kecakapan yang memerlukan kiat, strategi dan ketelatenan, sehingga menjadi professional. Metode pengajaran bahasa arab modern adalah metode pengajaran yang berorientasi pada tujuan bahasa sebagai alat. Artinya, bahasa arab dbahasa arabndang sebagai alat komunikasi dalam kehidupan modern, sehingga inti belajar bahasa arab adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa tersebut secara aktif dan mampu memahami ucapan/ungkapan dalam bahasa arab.

Proses pembelajaran Bahasa Arab disekolah dasar harus sesuai dengan tahap perkembangan siswa sekolah dasar. Tahap perkembangan koginif siswa sekolah dasar yakni 7-11 tahun berada pada tahap operasional konkret (Piaget), untuk itu dalam proses belajar mengajar guru menyampaikan materi tidak boleh verbalisme. pembelajaran dengan metode role playing merupakan suatu aktivitas yang dramatik, biasanya ditampilkan oleh sekelompok kecil siswa, bertujuan mengeksploitasi beberapa masalah yang ditemukan untuk melengkapi partis bahasa arabsi dan pengamat dengan pengalaman belajar yang nantinya dapat meningkatkan pemahaman. role playing adalah sebuah metode untuk mengekspresikan hal-hal yang menyangkut situasi sosial. Melalui pengamatan dan pengalaman langsung yang dialami oleh peserta didik maka apa yang dipelajari akan lebih mudah diingat. Oleh karena itu  dengan menggunakan metode bermain peran diharapkan dapat melibatkan siswa dan menarik minat siswa sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran, meningkatkan hasil belajar dan ketrampilan berbicara bahasa arab siswa.

Dengan memahami karakteristik siswa yang suka bermain dan memiliki rasa  ingin  tahu  yang  besar,  mereka  mudah  terpengaruh  oleh  lingkungan  dan  gemar  membentuk  kelompok  sebaya.  Oleh  karena  itu  pembelajaran  diusahakan  dalam suasana yang kondusif dan  menyenangkan. (Isjoni : 2007:66).  Anak  usia MA sedang  mengalami  perkembangan  dan  pertumbuhan,  baik pertumbuhan  intelektual, emosional  maupun badaniyah. implementasi Metode Role Playing Terhadap ketrampilan berbicara Bahasa arab Dengan  melihat  perkembangan  karakteristik  anak  yang  merupakan  masa keemasan  atau  yang  disebut  masa  Golden  Age,  biasanya  ditandai  dengan perubahan cepat dalam perkembangan fisik, kognitif, sosial dan emosional. Agar masa  ini  dapat  dilalui  dengan  baik  oleh  setiap  anak  maka  perlu  diupayakan  pendidikan yang tepat.  

Aspek pembelajaran bahasa meliputi berbagai aspek ketrampilan diantaranya ketrampilan mendengarkan, ketrampilan berbicara, ketrampilan membaca dan terakhir ketrampilan penulis. Dari keempat ketrampilan ini penulis mencoba untuk menganalisis ketrampilan berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa arab dengan menggunakan metode bermain peran. Teori ini mengajarkan bahasa dengan berbagai sistem yang menurut hemat peneliti sangat cocok jika diaplikasikan kepada siswa-siswa madrasah ibtidaiyah  yang notabennya masih menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa utamanya.

Dalam tesis ini penelliti memilih siswa madrasah ibtidaiyah al inayah sebagai objek penelitian. Hal ini disebabkan sekolah ini mempunyai murid-murid yang tertarik dalam pembelajaran bahasa arab selain itu sekolah tersebut mempunyai berbagai prestasi yang cukup membanggakan dalam dunia pendidikan. Pentingnya penulis memilih metode role play method sebagai sebuah metode pembelajaran bahasa arab adalah karena pembelajaran bahasa arab menggunakan metode ini lebih menyenangkan  jika diaplikasikan kepada siswa madrasah ibtidaiyah  dibandingkan metode pembelajaran menggunakan teori lainnya.  Adapun penelitian ini  bertujuan untuk mengasah ketrampilan siswa dalam berbicara bahasa arab secara baik dan benar dengan permainan bermain peran. Atas dasar tersebut peneliti menitik beratkan penelitian ini dengan judul “Implementasi Pembelajaran Bahasa arab Dengan Metode Bermain Peran ( Role Play Method) Dalam Meningkatkan Ketrampilan Berbicara Bahasa arab Pada Siswa Madrasah Aliyah Asyaryfiah “

B.    RUMUSAN MASALAH

Penelitian ini dititik beratkan Kepada metode pembelajaran berbicara Bahasa arab dengan menggunakan metode bermain peran (role play method) Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah,  maka akan dirumuskan masalah pokok penelitian yang berkisar pada hal-hal sebagai berikut: 

a.    Bagaimana Implementasi Pembelajaran Bahasa arab Dengan Metode bermain peran  (role play method) ?

b.   Bagaimana Efektifitas Pembelajaran Bahasa arab Dengan Metode bermain peran  (role play method) Dalam Meningkatkan Ketrampilan Berbicara?

c.    Bagaimana  Ketrampilan Berbicara bahasa arab Siswa Madrasah ibtidaiyah ?

 

C.              TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

 

Tujuan utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.   Untuk menggambarkan dan menguraikan tentang Implementasi Pembelajaran Bahasa arab Dengan Metode bermain peran (role play method)

2.   Untuk menggambarkan dan menguraikan Efektifitas Pembelajaran Bahasa arab Dengan Metode bermain peran (role play method)  Dalam Meningkatkan Ketrampilan berbicara

3.   Untuk menggambarkan dan menguraikan Ketrampilan berbicara bahasa arab Siswa Madrasah ibtidaiyah  

4.   Memberikan gambaran tentang penelitian tesis dengan menggunakan metode bermain peran (role play method)

Adapun manfaat penelitian ini adalah

a)     Manfaat praktis

a.      Bagi Sekolah Dasar

Sebagai bahan masukan dalam penggunaan metode belajar yang lebih bervariasi pada kegiatan pembelajaran.

b.      Bagi peserta didik, guru, dan dosen

Memberikan pengetahuan baru untuk meningkatkan ketrampilan berbicara  Bahasa Arab . Memberikan variasi baru cara pengajaran mata pelajaran Bahasa Arab.

c.      Bagi  program studi pendidikan bahasa arab

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi sebagai bahan rekomendasi untuk pembelajaran akademik/ penelitian selanjutnya.

d.     Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat berguna memberikan pengalaman baru dan pengetahuan baru terkait dengan peningkatan hasil belajar dan ketrampilan berbicara  siswa dalam mata pelajaran Bahasa Arab.

e.      Bagi peneliti selanjutnya

 Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk melakuakan penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.

b)     Manfaat Teoritis

Sebagai sumbangan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ke Bahasa Arab-an serta dapat menjadi referensi dan landasan penelitian selanjutnya untuk meneliti aspek lain tentang penerapan metode role play dalam kegiatan pembelajaran.

D.    KAJIAN PUSTAKA

Dalam pencarian diberbagai perpustakan peneliti menemukan beberapa penelitian yang mengkaji mengenai pembelajaran dengan metode bermain peran (role play method)   diantaranya

penelitian yang ditulis oleh darbo mahasiswa Institut agama islam negri walisongo semarang yang berjudul  Peningkatan kemampuan siswa berbicara dalam bahasa arab dengan menggunakan metode bermain peran ( role play method) di kelas V MI Wadas Plantungan Kendal tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan Metode bermain peran ( role play method) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dalam Bahasa arab. Hasil penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa berbicara dalam Bahasa arab pada siswa dalam usaha meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam yang berkualitas di Kelas V Madrasah ibtidaiyah  Ibtidaiyah Wadas Kecamatan Plantungan, Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2012 / 2013. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang mengambil kelas V Madrasah Ibtidaiyah Wadas Kecamatan Plantungan, Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2012 / 2013, siswanya sejumlah 15 orang yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 5 siswa laki-laki. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi / pengamatan, dokumentasi, yang meliputi hasil analisis observasi pada siklus I, II dan III. Analisis prosentase dan analisis evaluasi (hasil belajar) dari hasil pengamatan dan proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan bicara siswa (kalam) pada mata pelajaran Bahasa arab meningkat setelah menggunakan metode bermain peran ( role play method).[15]

 

E.               KERANGKA BERFIKIR

Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri individu atau siswa. Perbuatan sebagai hasil dari proses belajar dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman sikap dan tingkah laku[16]. Ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang  ada pada individu yang belajar. Dengan demikian belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Oleh sebab itu belajar adalah  proses aktif dan proses mereaksi terhadap semua situasi  yang ada disekitar individu. Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dikalangan ahli psikologi mendefinisikan makna belajar namun intinya belajar merupakan proses perubahan prilaku individu berdasarkan praktik dan pengalaman.

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi  perubahan prilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya baik faktor internal maupun faktor eksternal  yang datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran tugas guru  yang paling utama adalah mengusahakan situasi yang tepat sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar bagi peserta didik. Peran guru sangat penting dalam proses belajar mengajar di kelas karena mempengaruhi keberhasilan siswa.[17]

Siswa yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa madrasah ibtidaiyah  yang dimana kategori perkembangannya terdapat dalam fase anak-anak. Masa anak-anak ( late childhood) berlangsung antara usia 6-12 tahun. Tugas-tugas perkembangan pada masa kedua ini meliputi kegiatan belajar dan mengmbangkan hal- hal baru seperti :

a)     Belajar ketrampilan fisik yang diperlukan untuk bermain, seperti melompat, mengejar, menghindari dan seterusnya.

b)     Mengembangkan dasar – dasar ketrampilan membaca, menulis, dan berhitung.

c)     Mengembangkan konsep-konsep yang dibutuhkan sehari – hari Dan lain sebagainya.[18]

Ketika seorang anak, dalam proses belajarnya di sekolah, harus mempelajari suatu bahasa asing, sebenarnya ia menghadapi masalah yang sama dengan mempelajari bahasa ibu, yaitu melalui tahap-tahap pengenalan , pendengaran dan pengucapan. Akan tetapi, tahap yang ditempuh tentu dalam wujud yang sangat berbeda, misalnya perbedaan dalam segi – segi suara, kosa kata, tata kalimat, dan juga tulisan. Unsur-unsur bahasa yang diajarkan dalam tingkat anak-anak akan sangat jauh berbeda dengan unsur-unsur bahasa yang diajarkan oleh kebiasaaan ( bahasa ibu) karena bagaimanapun tidak ada bahasa yang mempunyai unsur yang sama.[19]

Guru bahasa arab yang kompeten dituntut untuk dapat menampilkan keahliannya di depan kelas.  Salah satu keahlian tersebut  adalah kemampuan menyampaikan pelajaran kepada siswa. Untuk dapat menyampaikan pelajaran dengen efektif dan efisien, guru perlu mengenal berbagai jenis teknik untuk mengajarkan bunyi, kosa kata dan tata bahasa,  tiga komponen bahasa yang penting selain makna yang diusung dengan komponen tersebut.  Dalam pengajaran bahasa asing, komponen bahasa perlu diajarkan secara khusus karena  kompetensi ini dapat bahasa arab dipandang sebagai prasyarat untuk menguasai kompetensi komunikatif atau tindak berbahasa, baik yang bersifat reseptif maupun produktif. Pengajaran komponen bahasa memiliki peranan yang sangat penting. Karena ia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran bahasa.

Proses pembelajaran bahasa yang mengakui peranan penting penguasaan komponen bahasa dalam pembentukan ketrampilan berbahasa akan memberikan perhatian khusus kepada pengajaran komponen bahasa, karna ia merupakan bahan pokok yang akan digunakan  untuk membangun ketrampilan. Pengajaran komponen bahasa dan ketrampilan bahasa hanya bisa dipisahkan secara teoritis  untuk memberikan fokus perhatian   dalan pembelajaran, tetapi secara praktis  kedua hal tersebut tidak bisa dipisahkan karena merupakan satu kesatuan yang membentuk bahasa. Dalam pandangan banyak ahli bahasa, bahasa dianggap terdiri dari bagian-bagian yang dapat dipisahkan dan dibedakan satu dari yang lain. Bagian – bagian yang dikenal sebagai kompenen bahasa itu, terdiri dari bunyi bahasa (ashwath), kosakata (mufradat) dan tata bahasa ( sharf-nahwu/tarkib).[20]

Pada umumnya  dorongan mempelajari  Bahasa  Arab di  Indonesia  adalah  untuk  tujuan  agama,  yaitu  untuk  mengkaji  dan  memperdalam ajaran islam dari sumber-sumber yang berbahasa arab, seperti  al-Quran,  al-Hadits, kitab-kitab turats dan lain-lain. Akan tetapi pada saat ini  bahasa arab  telah  menjadi  suatu  bagian dari  mata pelajaran  yang  harus diajarkan di lembaga pendidikan formal. Terlebih lagi di lembaga pendidikan Islam,  bahasa  Arab  merupakan  suatu  keharusan  untuk  diajarkan  kepada peserta didik. [21]

 Secara  toritis,  paling  tidak  ada  empat  orientasi  pendidikan  bahasa arab sebagai berikut:

a)     Belajar  bahasa  Arab  untuk  tujuan  memahami  dan  memahamkan  ajaran  Islam. Orientasi  ini  dapat berupa belajar  keterampilan  pasif  (mendengar dan membaca), dan dapat pula mempelajari keterampilan aktif (berbicara dan menulis).

b)     Belajar bahasa arab untuk tujuan memahami ilmu-ilmu dan keterampilan berbahasa  Arab.  Orientasi  ini  cenderung  menempatkan  bahasa  Arab sebagai  disiplin  ilmu  atau  obyek  studi  yang  harus  dikuasai  secara akademik.

c)     Belajar bahasa untuk kepentingan profesi, praktis atau pragmatis, seperti mampu berkomunikasi  lisan  dalam bahas  Arab untuk bisa menjadi TKI, diplomat, turis, misi dagang, atau  untuk  melanjutkan  studi  di salah satu negara Timur Tengah, dan sebagainya.

d)     Belajar  bahasa  Arab  untuk  memahami  dan  menggunakan  bahasa  Arab sebagai  media  bagi  kepentingan  orientalisme,  kapitalisme, imperalisme, dan sebagainya. [22]

Metode adalah cara atau teknik  yang di gunakan oleh guru dalam  menyampaikan  bahan  pelajaran    agar  tujuan  atau  kompetensi  dasar  dapat tercapai.[23]  Sedang  menurut    Ahmad  Fuad  Efendi    metode  adalah  rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sitematis berdasarkan pendekatan  yang dilakukan.[24]  Dengan demikian metode menduduki peranan yang penting sekali dalam  pelaksanaan  pembelajaran  untuk  keberhasilan  pencapaian  kompetensi  yang  dimaksud.  Bahkan  kedudukan  metode  di  pandang  lebih penting dari pada materi pelajaran itu sendiri.

Dengan bertitik tolak pada tahap perkambangan anak  usia sekolah dasar hal ini  menunjukkan  bahwa  mereka  memiliki  karakteristik  tersendiri  untuk berkembang secara optimal. Dimana dalam proses berpikir, mereka  belum dapat memisahkan  dari  dunia  konkret  atau  hal-hal  faktual  sedangkan  perkembangan  psikososial  anak  usia  sekolah  dasar  masih  berpijak  pada  prinsip  yang  sama dimana mereka tidak  dapat dipisahkan  dari  hal-hal  yang  diamati karena  mereka sudah  diharapkan pada dunia  pengetahuan. Pada usia ini mereka  masuk  sekolah umum,  proses  belajar  mereka  tidak  hanya  terjadi  di  lingkungan  sekolah  karena mereka sudah diperkenalkan dalam  kehidupan  yang  nyata  di  dalam  lingkungan masyarakat. Sejalan dengan itu, Hyde & Bizar (Purta, 1991 ) mengemukakan tujuh prinsip pembelajaran  bahasa arab yang  seyogyanya  dilaksanakan  oleh  guru  dalam mengembangkan pembelajaraan.

Berdasarkan  alasan  tersebut,  maka  sangatlah  penting  bagi  para  pendidik dalam  hal  ini  guru  agar  melaksanakan  pembelajaran  di  kelas  perlu  memahami karakteristik  materi,  peserta  didik  dan  metodologi  pembelajaran  terutama  yang  berkaitan  dengan  tujuan  pembelajaran,  sumber  dan  media  belajar,  sarana  dan prasarana serta penerapan pendekatan, model, dan metode pembelajaran sehingga dalam  mengkonstruksikan  wawasan  pengetahuan  dan  implementasinya  dapat meningkatkan aktivitas, kreativitas, dan motivasi peserta didik. Pendapat tersebut mengandung  pengertian  bahwa  pembelajaran  selain harus mampu  memotivasi  siswa  untuk  aktif,  kreatif, dan  inovatif,  juga  harus berpusat pada  siswa  sehingga  disini  peran  guru  adalah  sebagai  fasilitator.  Guru  sebagai fasilitator memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran, dalam hal ini guru  harus  meningkatan  kualitas  belajar  bukan  semata-mata  aspek  metodologis dan teknis, akan tetapi mesti dikaji dalam  antisbahasa arabsi  pengembangan kemampuan keterampilan sosial dan dapat membangun motivasi siswa dalam belajar. Sejalan dengan yang ungkapkan oleh Nu’man Somantri bahwa ”  salah satu tantangan mendasar dalam pembelajaran Bahasa arab dewasa ini adalah mencari  strategi  proses  pembelajaran  inovatif  yang  memungkinkan  bagi peningkatan  mutu  pendidikan  Bahasa arab.  Hal  ini  dirasakan  mendesak  seiring dengan  perkembangan  dan  kemajuan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi yang semakin pesat

 Metode  pembelajaran  merupakan  salah  satu  komponen  dalam  sistem pembelajaran yang berperan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dan disesuaikan  dengan konsep  yang akan diajarkan  adalah  salah  satu  cara  agar  pembelajaran  lebih  efektif.  Dalam penggunaan metode pembelajaran guru juga harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Hal ini disebabkan dalam proses belajar mengajar, tidak semua siswa  mampu  berkonsentrasi  dalam  waktu  yang  relatif  lama  dan  pemahaman siswa  terhadap  materi  yang  diberikan  berbeda-beda,  ada  yang  cepat,  ada  yang sedang dan ada pula yang lamban.

Menurut Schug, Todd dan Berry (Sunal 1993) bahwa ; Siswa  menghendaki  pembelajaran  yang  bersifat  group  projects,  field Bahasa arab,  independent  work,  less    reading,  discussion,  clear  examples, students  planning,  and  challenging,  learning  experiences,  class activity, role playing, dan simulation   Dalam  proses  pembelajaran,  guru  dituntut  untuk  menentukan  metode pembelajaran  yang  aktif,  efektif,  kreatif  dan  menyenangkan.  Untuk  itulah  guru harus  memilih  metode  yang sesuai dengan tuntutan tersebut.  Sebagai  salah  satu alternatif  metode  pembelajaran  yang  dapat  dikembangkan  untuk  memenuhi tuntutan  tersebut  adalah  metode  role  playing  yang  dapat  digunakan  dalam pembelajaran  Bahasa arab untuk  membantu  siswa  dalam  mencapai  tujuan-  tujuan  yang efektif. 

Metode Role Playing (Bermain Peran)  Menurut  Hamzah B.Uno  (2007 : 14)  mengemukakan  bahwa  bermain  peran  adalah suatu  model pembelajaraan  sosial. Dikatakan  model pembelajaran  sosial  karena  pendekatan  pembelajaran  yang  termasuk  dalam  kategori  model  pembelajaran  sosial  lebih  menekankan  hubungan  individu  dengan  masyarakat  atau  orang  lain.  Model-model  dalam  kategori  pembelajaran  sosial  difokuskan pada  peningkatan  kemampuan  individu  dalam  berhubungan  dengan  orang  lain, terlibat  dalam  proses  yang  demokratis  dan  bekerja  secara  produktif  dalam masyarakat. dalam kegiatan role playing, anak akan melakukan kegiatan berpura-pura  atau  bermain  imajiasi  yang  spontan  dan  mandiri  pada  saat  anak  menguji, menjernihkan, dan meningkatkan pengalaman atas diri dan dunianya sendiri. Pada kegiatan ini, guru mempersiapkan berbagai tokoh dan karakter dengan tujuan agar anak  siswa  dapat  mengembangkan  potensi  dan  kemampuannya  untuk mengekpresikan  melalui  peran  tokoh/karakter   yang  dimainkannya.  Dengan demikan  kegiatan  ini  akan  menarik  dan  memotivasi  anak  untuk mengaktualisasikan  dan  mengekpresikan  dirinya  secara  utuh.  Adapun  langkah-langkah  pembelajaran  menggunakan  metode  role  playing  antara  lain  ;

(a) Pemanasan, yaitu menyampaikan dan membahas situasi ;

(b) Pemilihan peran ;

(c) mengatur setting  ;

(d) menyiapkan pengamat ;

(e) mengaplikasikan  permainan  ;

(f) diskusi dan evaluasi ;

(g) mengulang permainan ;

(h) diskusi dan evaluasi ; dan

(i) mengungkap pengalaman

Dalam meningkatkan ketrampilan berbicara latihan-latihan yang diberikan untuk dapat menguasai kemahiran berbicara berupa praktik tentang apa – apa yang sudah didengar secara pasif dalam latihan menyimak. Tanpa latihan lisan yang intensif penguasaan dan pemahaman bahasa arab secara sempurna akan sulit dicapai. Salah satu kelemahan dan kekurangan system dan metode lama pengajaran bahasa arab yang dikembangkan di Indonesia adalah kurangnya latihan lisan yang intensif sehingga sedikit sekali pelajar yang mampu mengutarakan pikiran secara lisan. [25]

Role Playing atau bermain peran bertujuan menggambarkan suatu peristiwa dimasa lampau atau dapat pula cerita dimulai dengan berbagai kemungkinan yang terjadi saat ini maupun mendatang. Kemudian beberapa orang siswa ditunjuk memainkan peran sesuai tujuan cerita.

Dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Arab. Dalam penelitian ini digunakan metode Role Playing, pemilihan metode ini berdasarkan pada karakteristik siswa madrasah ibtidaiyah yang akan diteliti. Karkteristik siswa umumnya masih senang bermain, dengan metode Role Playing siswa dapat bermain sambil belajar. Selain itu, materi yang digunakan terkait materi binatang dan warna oleh peneliti dinilai serasi atau dapat menggunakan metode Role Playing.

Metode Role Playing pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan kegiatan sosial [26] Pendapat di atas hampir sama dengan pernyataan Roestiyah Dengan sosiodrama siswa dapat mendramatisi tingkah laku, gerak-gerik seseorang dalam hubungannya dengan sesama manusia. Sedangkan dengan Role Playing siswa berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi kegiatan sosial. Role Playing atau bermain peran sebagai suatu model pembelajaran yang bertujuan membantu siswa menemukan jati diri dalam meningkatkan ketrampilan berbicara dalam bahasa arab dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Dalam artian, melalui Role Playing siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan orang lain.[27]

Sumiati dan Asra berpendapat bahwa Role Playing atau bermain peran menggambarkan peristiwa yang terjadi pada suatu waktu tertentu sesuai dengan alur cerita yang akan diperankan.  Role Playing merupakan bagian dari simulasi yang dapat diartikan sebagai proses pembelajaran dengan melakukan tingkah laku secara tiruan.[28] Senada dengan pendapat tersebut, Moedjiono dan Moh. Dimyati menyatakan bahwa bermain peran atau Role Playing yakni memainkan peranan dari peran-peran yang sudah pasti berdasarkan kejadian terdahulu, yang dimaksudkan untuk menciptakan kembali situasi sejarah atau peristiwa masa lalu.[29]

F.               LANGKAH LANGKAH PENELITIAN

Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.    Penentuan sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa MADRASAH IBTIDAIYAH AL INAYAH.

b.   Penentuan jenis data

Data dalam penelitian ini adalah Teks/Wawancara Mengenai Ketrrampilan Berbicara Bahasa  Arab Menggunakan Teori Bermain Peran ( Role Play Method)  Pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Inayah)

c.    Teknik pengumpulan data penelitian

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang digunakan,  dilaksanakan dengan menggunakan studi kepustakaan,  baik berupa buku,  catatan,  maupun laporan hasil penelitian.  Teknik ini digunakan,  karena jenis penelitiannya  merupakan penelitian kualitatif.

Tahapan-tahapan yang ditempuh adalah:

1)   Membaca dan mempelajari hasil dan teori penelitian  secara berulang-ulang.

2)   Mengumpulkan dan mengidentifikasikan data-data serta literatur yang dianggap berhubungan dengan teori  bermain peran ( role play)

3)   Mengumpulkan dan mengidentifikasi hasil penelitian lapangan menjadi sebuah laporan yang tersusun.

4)   Melakukan pembacaan dan pencatatan berulang-ulang terhadap data.

5)   Mendeskripsikan data-data dan literatur serta menyusunnya secara sistematis dalam bentuk laporan awal.

d.   Analisis Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah observasi, test dan Wawancara Pembelajaran Bahasa arab Menggunakan  metode bermain peran ( role play method) dalam meningkatkan ketrampilan berbicara siswa.

e.    Merumuskan simpulan

Simpulan merupakan proses akhir dari kegiatan penelitian untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam rumusan masalah

f.    Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif yang merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif  pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.

G.              Hipotesis

Dalam  penelitian,  hipotesis  diartikan  sebagai  jawaban  sementara terhadap  masalah  penelitian,  yang  kebenarannya  harus  diuji  secara empiris. Dari  pengertian  hipotesis  tersebut,  maka  peneliti  merumuskan hipotesis  sebagai  berikut  “Dengan role play method dapat  meningkatkan ketrampilan   berbicara  Bahasa arab pada siswa MADRASAH IBTIDAIYAH AL INAYAH.

H.              SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan dalam tesis ini berisi empat bab yaitu

Bab pertama latar belakang, rumusam masalah, manfaat dan kegunaan penelitian

Bab kedua berisi tentang landasan teori , penjelasan singkat mengenai urgensi dan keistimewaan bahasa arab sebagai bahasa asing, Teori (role play method) ( metode bermain peran) dimulai dari pengertian, karakteristik, urain mengenai teori, kelemahan dan kekurangan, kemudian menjelaskan secara lugas mengenai pengaplikasian metode (role play method).

Bab ketiga berisi profil sekolah, cara pengaplikasian role play method pada siswa-siswi madrasah ibtidaiyah, hasil penelitian.

Bab keempat berisi kesimpulan daftar pustaka dan lampiran.

G. DAFTAR PUSTAKA

Suhada idad, landasan pendidikan ; bandung . 2015

Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa arab” Bandung, pustaka Cendekia Cet I., 2011

عادل خلف، اللغة والبحث اللغوي (القاهرة: مكتبة الآداب، 1994م)، ص 51.

المعجم الوسيطdalamمعاجم اللغة العربية (HTML file, www.maajim.com/, 29/10/2015: 10.24 AM)

محمود فهمي حجازي، مدخل إلى علم اللغة (القاهرة: دار قباء، دون السنة)، ص 10.

Alwasilah, A. Chaedar “ Bebebrapa mazhab dan dikotomi teori linguistik “. Angkasa. , Bandung, 2015

Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa arab” Bandung, pustaka Cendekia Cet I., 2011

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemah, (Jakarta : Bumi Restu, 1977),

Abdul Wahid, Menguak Rahasia Cara Belajar Orang Yahudi, (Jogjakarta : Diva Press, 2013

Departemen Agama RI, Sejarah Madrasah, (Dirjen Kelembagaan Agama Islam : 2004)

 http://eprints.walisongo.ac.id/1616/ diunduh pada tanggal 9 maret 2016 pukul 09.02

Muhibbin syah “ psikologi pendidikan ,( Bandung : Rosda Karya, 2000 )

Abin syamsudin makmun, psikologi kependidikan, Bandung: Remaja Rosda karya, 2004

Syah Muhibin, “ telaah singkat perkembangan peserta didik” . Bandung: Raja Grafindo Persada,2014

Izzan Ahmad, “ Metodologi pembelajaran bahasa arab. ( Bandung, Humaniora)

Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa arab” Bandung, pustaka Cendekia Cet I., 2011

Bisri Mustofa  dan  Abdul Hamid,  Metode dan S trategi  Pembela jaran  Bahasa arab, (Malang: UIN Maliki Press, 2012)

Acep  Hermawan,  Metod ologi  Pembalajaran  Bahasa  Arab,  (Bandung:  PT  Remaja  Rosdakarya, 2011),

Dra. Masyitoh M.Pd. dkk, Strategi Pembelajaran,Dirjen Pendidikan Islam, Departemen Agama RI, 2009)

Ahamd Fuad Effendy, Metodologi Peng ajaran Bahasa arab (Malang: Misykat, 20 05),

Izzan Ahmad, “ Metodologi pembelajaran bahasa arab. ( Bandung, Humaniora)

Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Rineka Cipta

Hamzah. B . Uno. (2010). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumiati & Asra. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Moedjiono & Moh. Dimyati. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

 

 



[1] Suhada idad, landasan pendidikan ; bandung . 20151 halaman 7

[2] Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa arab” Bandung, pustaka Cendekia Cet I., 2011 hal 160

[3]عادل خلف، اللغة والبحث اللغوي (القاهرة: مكتبة الآداب، 1994م)، ص 51.

[4]المعجم الوسيطdalamمعاجم اللغة العربية (HTML file, www.maajim.com/, 29/10/2015: 10.24 AM)

[5]محمود فهمي حجازي، مدخل إلى علم اللغة (القاهرة: دار قباء، دون السنة)، ص 10.

 

[6]Abdul Chaer, op. cit. hlm. 32.

[7] Alwasilah, A. Chaedar “ Bebebrapa mazhab dan dikotomi teori linguistik “. Angkasa. , Bandung, 2015. Hal 4-5

[8] Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa arab” Bandung, pustaka Cendekia Cet I., 2011 Hal 27

[9] Alwasilah, A. Chaedar “ Bebebrapa mazhab dan dikotomi teori linguistik “. Angkasa. , Bandung, 2015. Hal 14

[10] Alwasilah, A. Chaedar “ Bebebrapa mazhab dan dikotomi teori linguistik “. Angkasa. , Bandung, 2015. Hal

[11]  Alwasilah, A. Chaedar “ Bebebrapa mazhab dan dikotomi teori linguistik “. Angkasa. , Bandung, 2015. Hal 132

[12] Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemah, (Jakarta : Bumi Restu, 1977), hlm.248.

 

[13]  Abdul Wahid, Menguak Rahasia Cara Belajar Orang Yahudi, (Jogjakarta : Diva Press, 2013), hlm : 76

[14] Departemen Agama RI, Sejarah Madrasah, (Dirjen Kelembagaan Agama Islam : 2004) hlm. 174

[15] http://eprints.walisongo.ac.id/1616/ diunduh pada tanggal 9 maret 2016 pukul 09.02

[16] Muhibbin syah “ psikologi pendidikan ,( Bandung : Rosda Karya, 2000 ) Hal 92

[17] Abin syamsudin makmun, psikologi kependidikan, Bandung: Remaja Rosda karya, 2004 hal 155

[18] Syah Muhibin, “ telaah singkat perkembangan peserta didik” . Bandung: Raja Grafindo Persada,2014 hal 72-73

[19]  Izzan Ahmad, “ Metodologi pembelajaran bahasa arab. ( Bandung, Humaniora) hal 72 - 73

[20] Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa arab” Bandung, pustaka Cendekia Cet I., 2011 Hal 20

[21] Bisri Mustofa  dan  Abdul Hamid,  Metode dan S trategi  Pembela jaran  Bahasa arab, (Malang: UIN

Maliki Press, 2012),hlm.  6 

[22] Acep  Hermawan,  Metod ologi  Pembalajaran  Bahasa  Arab,  (Bandung:  PT  Remaja  Rosdakarya, 2011), hlm. 89-90

[23]  Dra. Masyitoh M.Pd. dkk, Strategi Pembelajaran,Dirjen Pendidikan Islam, Departemen

Agama RI, 2009) hlm. 41

[24]  Ahamd Fuad Effendy, Metodologi Peng ajaran Bahasa arab (Malang: Misykat, 20 05),. hlm. 6

[25] Izzan Ahmad, “ Metodologi pembelajaran bahasa arab. ( Bandung, Humaniora) hal 160

[26] Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Rineka Cipta Halaman 87

[27] Hamzah. B . Uno. (2010). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 26

[28] Sumiati & Asra. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Halaman 100

[29] Moedjiono & Moh. Dimyati. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Halaman 81

 


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar

Introduction