A.
LATAR BELAKANG MASALAH
pembelajaran Bahasa Arab di sekolah terbatas hanya
penguasaan konsep belaka. Artinya pembelajaran Bahasa Arab menyimpang dari
hakikat Bahasa Arab yang sebenarnya. Kenyataan ini tidak lazim, karena pembelajaran
Bahasa Arab tidak mencapai tujuan dasarnya namun hanya sebatas pemindahan
pengetahuan saja sehingga tidak membangun sikap kecintaan atau ketrampilan
berbahasa yang benar. Lebih lanjut hal
ini diduga menjadi penyebab siswa-siswa Indonesia hanya mampu mengingat dan
berbicara Bahasa Arab secara sederhana atau dengan kata lain hanya
bahasa-bahasa yang lumrah digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Bahasa
Arab dikelas sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mendesain dan
merencanakan pembelajaran. Apalagi dengan kurikulum yang memberi keleluasaan
bagi guru untuk mengembangkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sesuai
dengan keadaan sekolah. Salah satu faktor utama siswa sulit belajar Bahasa Arab
adalah metode pembelajaran yang tepat dan kualitas guru, bukan keadaan atau
potensi siswa. Dari pernyataan tersebut dapat dipetik bahwa pada dasarnya
setiap individu siswa memiliki potensi yang sama besarnya untuk dapat
berkembang dan memahami mata pelajaran Bahasa Arab dengan baik, namun perkembangan
potensi siswa tersebut juga sangat bergantung bagaimana cara guru menyampaikan
materi pembelajaran. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan
belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil
belajar siswa berada pada tingkat optimal.
Tugas pendidikan yang
terutama adalah memberikan bimbingan agar pertumbuhan anak dapat berlangsung
secara wajar dan optimal. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan tentang hukum
hukum dasar perkembangan kejiwaan manusia agar tindak pendidikan yang
dilaksanakan berhasil guna dan berdaya guna. Beberapa hukum dasar yang
diperhatikan dalam membimbing anak dalam proses pendidikan.
Pendidikan bahasa yang diberikan di madrasah ibtidaiyah mempunyai peranan yang sangat penting untuk
menempuh pendidikan yang lebih lanjut. Pembelajaran bahasa arab yang diberikan
sejak anak-anak berusia dini tentu mempunyai karakter dan tuntutan yang berbeda
dengan pembelajaran bahasa arab untuk murid remaja dan dewasa, seiring
dengan perbedaan orientasi pembelajaran
dan perbedaan karakteristik siswa.
Perbedaan tersebut akan berdampak pada pemilihan materi, metode, teknik, media,
alat evaluasi dan tempat pembelajaran. Pembelajaran bahasa arab yang efektif
dan efisien sejak dini akan mendapatkan sambutan hangat dari berbagai pihak,
walau alasannya memang sangat ideologis yakni bahwa penduduk indonesia mayoritas beragama islam.
Keinginan masyarakat saat ini sudah mulai berkembang dan bersemangat dalam
mempelajari agama khususnya al-Quran dan Hadist sebagai pedoam Umat Islam. [1]
Pembelajaran bahasa arab yang
akan peneliti bahas disini adalah bahasa arab sebagai bahasa asing bukan bahasa
arab sebagai bahasa ibu. Dalam pembelajaran bahasa arab dikalangan anak- anak madrasah
ibtidaiyah yaitu dikisaran usia 10-12
tahun. Diantara berbagai faktor mempengaruhi kesiapan siswa mempelajari bahasa
asing adalah faktor usia. Ada berbagai pendapat yang mengatakan pembelajaran
bahasa asing sejak dini semakin mudah jika dibandingkan saat dewasa. Adapula
yang berpendapat pembelajaran bahasa sejak dini bukan merupakan jaminan
keberhasilan. Alasan yang melatar belakangi penolakan terhadap pembelajaran bahasa
arab sejak dini antara lain : pertama orang dewasa lebih mampu mempelajari
bahasa asing, kedua perlajaran bahasa asing menyulitkan anak-anak, ketiga mempelajari bahasa asing dapat menghalangi
anak-anak menguasai bahasa ibunya denga baik, keempat dualisme bahasa dapat menghalangi
pertumbuhan kognisi dan efeksi dan anak - anak. Beberapa Alasan Para Pendukung
Pembelajaran bahasa asing untuk anak - anak antara lain :
(a) Semakin hari kebutuhan akan penguasaan bahasa asing semakin meningkat,
karenanya harus dipersiapkan sejak dini.
(b) Secara sosial banyak masyarakat yang menggunakan dua atau lebih bahasa
untuk komunikasi sehari-hari. Ada pula beberapa negara yang mempunyai dua
bahasa resmi.
(c) Dari sudut pandang pendidikan, mengajarkan bahasa asing kepada anak-anak
sejak dini berarti membekali dengan wawasan hidup yang mengglobal.
(d) Anak - anak mempunyai kemampuan
yang luar biasa untuk belajar banyak bahasa, diantaranya kemampuan anak untuk
meniru bunyi-bunyi bahasa yang tidak dimiliki orang dewasa.
(e) Berdasarkan penelitian terhadap perkembangan saraf - saraf otak manusia menunjukkan
bahwa pada masa kanak – kanak kondisinya lebih
fleksibel sehingga mudah untuk diperkenalkan dengan beberapa bahasa.
(f) Perkembangan bahasa manusia bukan lahir begitu saja tetapi harus dibiasakan.
(g) Karena bahasa adalah kebiasaan maka membiasakan anak-anak untuk berbahasa
dengan beberapa bahasa sekaligus sejak dini lebih mudah dibandingkan saat
dewasa dimana kebiasaan berbahasanya sudah mapan dengan satu bahasa tertentu
dan susah diubah atau diperbaiki.
(h) Pengalaman beberapa negara ( seperti amerika, prancis dan jerman) dalam
mengajarkan bahasa asing untuk anak-anak menunjukkan hasil yang menggembirakan. [2]
Bahasa, dalam bahasa arab
disebut لغة merupakan bentuk derivasi
dari لَغَا yang bersinonim dengan
kata نطق dan تكلم berarti “berbicara” yang dijelaskan oleh ‘Adil
[3]
sebagai berikut:
اللغة : اسم ثلاثي على وزن فُعَةٌ، أصله لُغْوَةٌ على وزن فُعْلَةٌ، فحذفت لامُه، وهو
من الفعل الثلاثي المتعدِّي: لغا بكذا، أي تكلم؛ فاللغة هى التكلم، أي النطق
الإنساني.
Secara terminology, ada
beberapa pendapat tentang bahasa yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.
Dalam mu’zam ma’ani
al-jaami’[4] bahasa
didefinisikan sebagai bunyi tuturan manusia untuk mengungkapkan tujuannya (مَا يَتَكَلَّمُهُ الإِنْسَانُ مِنْ أَصْوَاتٍ يُعَبِّرُ
بِهَا عَنْ أَغْرَاضِهِ)
2. Menurut ibnu Jinni[5] bahasa adalah bunyi yang digunakan oleh setiap bangsa untuk mengungkapkan
tujuan-tujuannya (أصوات يعبر بها كل قوم عن أغراضهم)
3. Menurut Kridalaksana, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer
yang dipergunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerjasama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.[6]
Bahasa adalah suatu
sistem simbol vokal yang arbiter ,
memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu atau orang lain yang telah mempelajari sietem
kebudayaan komunikasi atau berinteraksi. Dalam perkembangannya bahasa mempunyai
berbagai definisi diantaranya : Menurut pei dan gaynor bahasa adalah suatu
sistem komunikasi dengan bunyi, yaitu lewat alat ujaran dan pendengaran, antara
orang-orang dari kelompok atau masyarakat tertentu dengan mempergunakan
simbol-simbol vokal yang mempunyai arti arbiter dan konvensional. Menurut
de vito Bahasa adalah sistem dari
simbol- simbol yang secara potensial mengacu kepada dirinya dan
terstruktur yang mendatar benda - benda, kejadian-kejadian dan hubungan –
hubungan dialam dunia. wardhaugh menjelaskan bahasa merupakan satu simbol vokal
yang arbiter yang dbahasa arabkai dalam komunikasi manusia. Green mengungkapkan
bahwasanya bahasa diefinisikan sebagai perangkat kalimat yang mungkin, dan tata
bahasa suatu bahasa sebagai aturan- aturan
yang membedakan antara kalimat yang bukan kalimat. Dalam kamus webster’s news collegiate distionary bahasa berarti
satu alat yang seistematik untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan
memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, isyarat-isyarat atau ciri-ciri yang
konvensioanal dan yang memiliki arti yang dimengerti.[7]
Suatu bahasa terbentuk dari
satuan - satuan bunyi tertentu, dengan menyusun satuan-satuan bunyi tersebut
terbentuklah berjuta – juta kata dalam
situasi yang beraneka ragam. Setiap
bahasa mempunyai khazanah ( inventory)
bunyi yang dipilih dari semua
kemungkinan bunyi yang bisa diucapkan
manusia yang berbeda ( atau mungkin berbeda )
dengan khazanah bunyi bahasa – bahasa lain. Misalnya bunyi bahasa arab
berupa “dhaa” tidak bisa ditemukan dalam bahasa lain. Pada prinsipnya tujuan
pengajaran bahasa adalah agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil
menyimak , berbicara, membaca dan menulis.
Salah satu penentu kwalitas ketrampilan berbahasa siswa , bahkan yang
paling mementukan adalah kualitas dan kuantitas kosa kata yang dimiliki dan
dikuasainya. Semakin kaya seorang siswa
dengan kosa kata, semakin besar pula kemungkinan dalam ketrampilan berbahasa.[8]
Mengerti bahasa berarti pula seorang individu bisa menggabungkan kata-kata untuk membentuk frase, dan kemudian
frase disusun dan terbentuklah klausa atau kalimat.[9] Semua bahasa dimuka bumi mempunyai tujuan
sama memungkinkan umat manusia mengekspresikan dirinya supaya dirinya
dimengerti oleh orang lain. Artinya bahwa semua bahasa itu memiliki dasar-dasar yang sama .[10]
kemampuan untuk berbahasa
yang ada pada setiap manusia normal karena pembawaan, tetapi harus didukung
oleh stimulus dari lingkungan untuk pengembangan yang sempurna. Ini
Dimungkinkan denga adanya dua macam fasilitas yang dimiliki manusia yaitu
pertama fasilitas fisik berupa organ-organ ujaran ( lidah, mulut, bibir, gigi,
hidung, tenggorokan dan lain sebagainya) dan yang kedua fasilitas non fisik (ruh,akal, pikiran dan
rasa yang universal) Langage dengan
demikian merupakan tingkah laku bahasa yang universal, lebih banyak diminati
para ahli antropologi dan biologi. [11]
Dengan demikian penguasaan Bahasa arab bagi
siswa madrasah ibtidaiyah mutlak sangat
diperlukan karena sebagai alat untuk memahami dasar hukum dalam mempelajari
ilmu-ilmu agama yang terdiri Al Qur’an, Al Hadits, Fiqih, Aqidah Akhlaq dan Bahasa
arab itu sendiri. Maka mustahil para siswa madrasah ibtidaiyah dapat meguasai ilmu-ilmu tersebut tanpa
disertai dengan penguasan Bahasa arab yang baik. Namun kenyataannya mayoritas
siswa madrasah ibtidaiyah masih sangat
minim dalam penguasaan Bahasa arab tersebut baik Bahasa arab sebagai bahasa
ilmu maupun Bahasa arab sebagai sarana komunikasi. Hal ini perlu dilakukan
pengkajian yang mendalam mengapa hal tersebut terjadi. Ini semua perlu dicari
di mana titik kelemahannya, apakah materi ajarnya yang tidak pas, guru yang
mengajar tidak memenuhi kompetensinya sebagai guru Bahasa arab, atau
faktor-faktor lainnya.[12]
Mengingat keadaan tersebut maka ketrampilan
berbicara Bahasa arab di madrasah ibtidaiyah perlu mendapatkan perhatian yang serius oleh
semua pihak yang terkait seperti guru , lingkungan masyarakat dan pemerintah
agar ada langkah maju untuk memperbaiki keadaan tersebut. Tanpa kepedulian
semua pihak mustahil ketrampilan berbicara Bahasa arab akan mencapai
kemajuan yang sesuai dengan harapan. Realitas di lapangan pelaksanaan
pembelajaran Bahasa arab di madrasah ibtidaiyah belum sesuai dengan harapan. Sementara sebagai pembanding di negara Israel
kepedulian warga Yahudi terhadap Bahasa arab cukup tinggi walaupun tidak ada
kepentingan religi, “anak-anak Yahudi sudah diwajibkan menguasai minimal tiga
bahasa sejak usia sekolah, yaitu bahasa Inggris, bahasa arab, dan bahasa
Hebrew.”[13]
Hal ini sesuai pendapat Azyumardi Azra tentang
pembelajaran Bahasa arab di madrasah : “apa yang diajarkan sebenarnya bukan
pelajaran bahasa, melainkan pelajaran tentang bahasa.” Kegiatan belajar Bahasa
arab lebih banyak menitikberatkan pada penghafalan kaidah-kaidah tata bahasa
dan kosa kata tanpa ada kesempatan untuk menggunakan bahasa itu dalam bentuk
lisan. Bahkan kalau ditelusuri lebih jauh lagi metode pembelajaran yang
dilaksanakan, merupakan kelanjutan dari pendekatan pembelajaran yang bersifat
satu arah dan berlangsung naratif, di mana guru memberikan informasi yang harus
ditelan oleh murid. Target dari semua itu agar siswa mampu menyelesaikan
soal-soal tes baik tes formatif maupun tes sumatif atau dapat menyelesaikan
soal-soal ujian akhir madrasah. [14]
Dari hal tersebut, salah satu penyebab
rendahnya kemampuan penguasaan materi kalam pada siswa, karena dalam
pelaksanaan pembelajaran Bahasa arab masih terpaku pada penggunaan metode
tertentu, yaitu hanya menggunakan metode kaidah dan terjemah (thariqah al qawaid
wat tarjamah) tanpa diperkaya dengan metode lain untuk menambah variasi dan
memperkaya cakupan materi yang diajarkan. Akhirnya materi pembelajaran Bahasa
arab yang dikuasai siswa sifatnya sangat verbalistik sehingga aplikasinya di
lapangan sangat lemah. Bukan berarti Thariqah Al Qawaid wat Tarjamah itu jelek,
namun semua metode disamping ada kelebihan tetapi ada kekurangannya. Di sini
diperlukan kemauan guru untuk melengkapi dengan metode lain sehingga bisa
menutup kekurangan yang ada.
Implementasi secara bahasa
menurut kbbi penggunaan atau penerapan. Ibnu khaldun berkata, “Sesungguhnya
pengajaran itu merupakan profesi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan,
dan kecermatan karena sama halnya dengan pelatihan kecakapan yang memerlukan
kiat, strategi dan ketelatenan, sehingga menjadi professional. Metode
pengajaran bahasa arab modern adalah metode pengajaran yang berorientasi pada
tujuan bahasa sebagai alat. Artinya, bahasa arab dbahasa arabndang sebagai alat
komunikasi dalam kehidupan modern, sehingga inti belajar bahasa arab adalah
kemampuan untuk menggunakan bahasa tersebut secara aktif dan mampu memahami
ucapan/ungkapan dalam bahasa arab.
Proses pembelajaran Bahasa Arab disekolah dasar
harus sesuai dengan tahap perkembangan siswa sekolah dasar. Tahap perkembangan
koginif siswa sekolah dasar yakni 7-11 tahun berada pada tahap operasional
konkret (Piaget), untuk itu dalam proses belajar mengajar guru menyampaikan
materi tidak boleh verbalisme. pembelajaran dengan metode role playing
merupakan suatu aktivitas yang dramatik, biasanya ditampilkan oleh sekelompok
kecil siswa, bertujuan mengeksploitasi beberapa masalah yang ditemukan untuk
melengkapi partis bahasa arabsi dan pengamat dengan pengalaman belajar yang
nantinya dapat meningkatkan pemahaman. role playing adalah sebuah metode untuk
mengekspresikan hal-hal yang menyangkut situasi sosial. Melalui pengamatan dan
pengalaman langsung yang dialami oleh peserta didik maka apa yang dipelajari
akan lebih mudah diingat. Oleh karena itu
dengan menggunakan metode bermain peran diharapkan dapat melibatkan
siswa dan menarik minat siswa sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami
materi pembelajaran, meningkatkan hasil belajar dan ketrampilan berbicara bahasa
arab siswa.
Dengan memahami karakteristik siswa yang suka bermain dan memiliki
rasa ingin tahu
yang besar, mereka
mudah terpengaruh oleh
lingkungan dan gemar
membentuk kelompok sebaya.
Oleh karena itu
pembelajaran diusahakan dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan. (Isjoni : 2007:66). Anak
usia MA sedang mengalami perkembangan
dan pertumbuhan, baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun badaniyah. implementasi Metode Role
Playing Terhadap ketrampilan berbicara Bahasa arab Dengan melihat
perkembangan karakteristik anak
yang merupakan masa keemasan
atau yang disebut
masa Golden Age,
biasanya ditandai dengan perubahan cepat dalam perkembangan
fisik, kognitif, sosial dan emosional. Agar masa ini
dapat dilalui dengan
baik oleh setiap
anak maka perlu
diupayakan pendidikan yang
tepat.
Aspek pembelajaran bahasa
meliputi berbagai aspek ketrampilan diantaranya ketrampilan mendengarkan,
ketrampilan berbicara, ketrampilan membaca dan terakhir ketrampilan penulis.
Dari keempat ketrampilan ini penulis mencoba untuk menganalisis ketrampilan berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa
arab dengan menggunakan metode bermain
peran. Teori ini mengajarkan bahasa dengan berbagai sistem yang menurut hemat
peneliti sangat cocok jika diaplikasikan kepada siswa-siswa madrasah ibtidaiyah
yang notabennya masih menggunakan bahasa
ibu sebagai bahasa utamanya.
Dalam tesis ini penelliti
memilih siswa madrasah ibtidaiyah al inayah sebagai objek penelitian. Hal ini disebabkan sekolah ini
mempunyai murid-murid yang tertarik dalam pembelajaran bahasa arab selain itu
sekolah tersebut mempunyai berbagai prestasi yang cukup membanggakan dalam
dunia pendidikan. Pentingnya penulis memilih metode role play method sebagai
sebuah metode pembelajaran bahasa arab adalah karena pembelajaran bahasa arab
menggunakan metode ini lebih menyenangkan jika diaplikasikan kepada siswa madrasah
ibtidaiyah dibandingkan metode
pembelajaran menggunakan teori lainnya.
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengasah
ketrampilan siswa dalam berbicara bahasa arab secara baik dan benar dengan
permainan bermain peran. Atas dasar tersebut peneliti menitik beratkan
penelitian ini dengan judul “Implementasi
Pembelajaran Bahasa arab Dengan Metode Bermain Peran ( Role Play Method) Dalam
Meningkatkan Ketrampilan Berbicara Bahasa arab Pada Siswa Madrasah Aliyah
Asyaryfiah “
B. RUMUSAN MASALAH
Penelitian ini dititik beratkan Kepada
metode pembelajaran berbicara Bahasa arab dengan
menggunakan metode bermain peran (role play method) Agar penelitian ini lebih
fokus dan terarah, maka akan dirumuskan
masalah pokok penelitian yang berkisar pada hal-hal sebagai berikut:
a. Bagaimana Implementasi
Pembelajaran Bahasa arab Dengan Metode bermain peran (role play method) ?
b. Bagaimana Efektifitas Pembelajaran Bahasa arab Dengan Metode bermain peran (role play method) Dalam Meningkatkan Ketrampilan Berbicara?
c. Bagaimana Ketrampilan Berbicara bahasa arab Siswa Madrasah ibtidaiyah ?
C.
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
menggambarkan dan menguraikan tentang Implementasi Pembelajaran Bahasa arab Dengan Metode
bermain peran (role play method)
2.
Untuk
menggambarkan dan menguraikan Efektifitas Pembelajaran Bahasa arab Dengan Metode bermain peran (role play method) Dalam Meningkatkan Ketrampilan berbicara
3.
Untuk
menggambarkan dan menguraikan Ketrampilan berbicara bahasa arab Siswa Madrasah
ibtidaiyah
4.
Memberikan
gambaran tentang penelitian tesis dengan menggunakan metode bermain peran (role
play method)
Adapun manfaat
penelitian ini adalah
a) Manfaat praktis
a.
Bagi
Sekolah Dasar
Sebagai
bahan masukan dalam penggunaan metode belajar yang lebih bervariasi
pada kegiatan pembelajaran.
b.
Bagi peserta didik, guru, dan dosen
Memberikan
pengetahuan baru untuk meningkatkan ketrampilan berbicara Bahasa Arab . Memberikan variasi baru cara
pengajaran mata pelajaran Bahasa Arab.
c.
Bagi
program studi pendidikan bahasa arab
Hasil
penelitian ini dapat menambah informasi sebagai bahan rekomendasi untuk
pembelajaran akademik/ penelitian selanjutnya.
d. Bagi peneliti
Hasil
penelitian ini dapat berguna memberikan pengalaman baru dan pengetahuan
baru terkait dengan peningkatan hasil belajar dan ketrampilan
berbicara siswa
dalam mata pelajaran Bahasa Arab.
e.
Bagi
peneliti selanjutnya
Hasil
penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk melakuakan penelitian
selanjutnya dengan topik yang sama.
b) Manfaat Teoritis
Sebagai sumbangan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ke Bahasa Arab-an
serta dapat menjadi referensi dan landasan penelitian selanjutnya untuk meneliti
aspek lain tentang penerapan metode role play dalam kegiatan pembelajaran.
D. KAJIAN PUSTAKA
Dalam pencarian diberbagai
perpustakan peneliti menemukan beberapa penelitian yang mengkaji mengenai
pembelajaran dengan metode bermain peran (role play method) diantaranya
penelitian yang ditulis oleh
darbo mahasiswa Institut agama islam negri walisongo semarang yang
berjudul Peningkatan kemampuan siswa
berbicara dalam bahasa arab dengan menggunakan metode bermain peran ( role play
method) di kelas V MI Wadas
Plantungan Kendal tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah dengan menggunakan Metode bermain peran ( role play method) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dalam Bahasa
arab. Hasil penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa
berbicara dalam Bahasa arab pada siswa dalam usaha meningkatkan mutu Pendidikan
Agama Islam yang berkualitas di Kelas V Madrasah ibtidaiyah Ibtidaiyah Wadas Kecamatan Plantungan,
Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2012 / 2013. Penelitian ini merupakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang mengambil kelas V Madrasah Ibtidaiyah
Wadas Kecamatan Plantungan, Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2012 / 2013,
siswanya sejumlah 15 orang yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 5 siswa
laki-laki. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi /
pengamatan, dokumentasi, yang meliputi hasil analisis observasi pada siklus I,
II dan III. Analisis prosentase dan analisis evaluasi (hasil belajar) dari
hasil pengamatan dan proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan
peningkatan kemampuan bicara siswa (kalam) pada mata pelajaran Bahasa arab
meningkat setelah menggunakan metode bermain peran ( role play method).[15]
E.
KERANGKA BERFIKIR
Belajar merupakan suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri individu atau siswa.
Perbuatan sebagai hasil dari proses belajar dapat diwujudkan dalam berbagai
bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman sikap dan tingkah laku[16].
Ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Dengan
demikian belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berkat
adanya pengalaman. Oleh sebab itu belajar adalah proses aktif dan proses mereaksi terhadap
semua situasi yang ada disekitar
individu. Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Dikalangan ahli psikologi mendefinisikan makna belajar namun intinya belajar
merupakan proses perubahan prilaku individu berdasarkan praktik dan pengalaman.
Pembelajaran pada hakekatnya
adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga
terjadi perubahan prilaku ke arah yang
lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya
baik faktor internal maupun faktor eksternal
yang datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengusahakan situasi
yang tepat sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar bagi
peserta didik. Peran guru sangat penting dalam proses belajar mengajar di kelas
karena mempengaruhi keberhasilan siswa.[17]
Siswa yang diteliti dalam penelitian ini adalah
siswa madrasah ibtidaiyah yang dimana
kategori perkembangannya terdapat dalam fase anak-anak. Masa anak-anak ( late
childhood) berlangsung antara usia 6-12 tahun. Tugas-tugas perkembangan pada
masa kedua ini meliputi kegiatan belajar dan mengmbangkan hal- hal baru seperti
:
a) Belajar ketrampilan fisik yang diperlukan untuk
bermain, seperti melompat, mengejar, menghindari dan seterusnya.
b) Mengembangkan dasar – dasar ketrampilan membaca,
menulis, dan berhitung.
c) Mengembangkan konsep-konsep yang dibutuhkan sehari
– hari Dan lain sebagainya.[18]
Ketika seorang anak, dalam proses belajarnya di
sekolah, harus mempelajari suatu bahasa asing, sebenarnya ia menghadapi masalah
yang sama dengan mempelajari bahasa ibu, yaitu melalui tahap-tahap pengenalan ,
pendengaran dan pengucapan. Akan tetapi, tahap yang ditempuh tentu dalam wujud
yang sangat berbeda, misalnya perbedaan dalam segi – segi suara, kosa kata,
tata kalimat, dan juga tulisan. Unsur-unsur bahasa yang diajarkan dalam tingkat
anak-anak akan sangat jauh berbeda dengan unsur-unsur bahasa yang diajarkan
oleh kebiasaaan ( bahasa ibu) karena bagaimanapun tidak ada bahasa yang
mempunyai unsur yang sama.[19]
Guru bahasa arab yang
kompeten dituntut untuk dapat menampilkan keahliannya di depan kelas. Salah satu keahlian tersebut adalah kemampuan menyampaikan pelajaran kepada
siswa. Untuk dapat menyampaikan pelajaran dengen efektif dan efisien, guru
perlu mengenal berbagai jenis teknik untuk mengajarkan bunyi, kosa kata dan
tata bahasa, tiga komponen bahasa yang
penting selain makna yang diusung dengan komponen tersebut. Dalam pengajaran bahasa asing, komponen
bahasa perlu diajarkan secara khusus karena
kompetensi ini dapat bahasa arab dipandang sebagai prasyarat untuk
menguasai kompetensi komunikatif atau tindak berbahasa, baik yang bersifat
reseptif maupun produktif. Pengajaran komponen bahasa memiliki peranan yang
sangat penting. Karena ia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses
pembelajaran bahasa.
Proses pembelajaran bahasa
yang mengakui peranan penting penguasaan komponen bahasa dalam pembentukan
ketrampilan berbahasa akan memberikan perhatian khusus kepada pengajaran
komponen bahasa, karna ia merupakan bahan pokok yang akan digunakan untuk membangun ketrampilan. Pengajaran
komponen bahasa dan ketrampilan bahasa hanya bisa dipisahkan secara
teoritis untuk memberikan fokus
perhatian dalan pembelajaran, tetapi
secara praktis kedua hal tersebut tidak
bisa dipisahkan karena merupakan satu kesatuan yang membentuk bahasa. Dalam
pandangan banyak ahli bahasa, bahasa dianggap terdiri dari bagian-bagian yang
dapat dipisahkan dan dibedakan satu dari yang lain. Bagian – bagian yang
dikenal sebagai kompenen bahasa itu, terdiri dari bunyi bahasa (ashwath),
kosakata (mufradat) dan tata bahasa ( sharf-nahwu/tarkib).[20]
Pada umumnya
dorongan mempelajari Bahasa Arab di
Indonesia adalah untuk
tujuan agama, yaitu
untuk mengkaji dan
memperdalam ajaran islam dari sumber-sumber yang berbahasa arab,
seperti al-Quran, al-Hadits, kitab-kitab turats dan lain-lain.
Akan tetapi pada saat ini bahasa arab telah
menjadi suatu bagian dari
mata pelajaran yang harus diajarkan di lembaga pendidikan formal.
Terlebih lagi di lembaga pendidikan Islam,
bahasa Arab merupakan
suatu keharusan untuk
diajarkan kepada peserta didik. [21]
Secara toritis,
paling tidak ada
empat orientasi pendidikan
bahasa arab sebagai berikut:
a) Belajar
bahasa Arab untuk
tujuan memahami dan
memahamkan ajaran Islam. Orientasi ini
dapat berupa belajar
keterampilan pasif (mendengar dan membaca), dan dapat pula
mempelajari keterampilan aktif (berbicara dan menulis).
b) Belajar bahasa arab untuk tujuan memahami
ilmu-ilmu dan keterampilan berbahasa
Arab. Orientasi ini
cenderung menempatkan bahasa
Arab sebagai disiplin ilmu
atau obyek studi
yang harus dikuasai
secara akademik.
c) Belajar bahasa untuk kepentingan profesi, praktis
atau pragmatis, seperti mampu berkomunikasi
lisan dalam bahas Arab untuk bisa menjadi TKI, diplomat, turis,
misi dagang, atau untuk melanjutkan
studi di salah satu negara Timur
Tengah, dan sebagainya.
d) Belajar
bahasa Arab untuk
memahami dan menggunakan
bahasa Arab sebagai media
bagi kepentingan orientalisme,
kapitalisme, imperalisme, dan sebagainya. [22]
Metode adalah cara
atau teknik yang di gunakan oleh guru
dalam menyampaikan bahan
pelajaran agar tujuan
atau kompetensi dasar
dapat tercapai.[23] Sedang
menurut Ahmad Fuad
Efendi metode adalah
rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sitematis berdasarkan
pendekatan yang dilakukan.[24] Dengan demikian metode menduduki peranan yang
penting sekali dalam pelaksanaan pembelajaran
untuk keberhasilan pencapaian
kompetensi yang dimaksud.
Bahkan kedudukan metode
di pandang lebih penting dari pada materi pelajaran itu
sendiri.
Dengan bertitik tolak pada tahap
perkambangan anak usia sekolah dasar hal
ini menunjukkan bahwa
mereka memiliki karakteristik
tersendiri untuk berkembang
secara optimal. Dimana dalam proses berpikir, mereka belum dapat memisahkan dari
dunia konkret atau
hal-hal faktual sedangkan
perkembangan psikososial anak
usia sekolah dasar
masih berpijak pada
prinsip yang sama dimana mereka tidak dapat dipisahkan dari
hal-hal yang diamati karena mereka sudah
diharapkan pada dunia
pengetahuan. Pada usia ini mereka
masuk sekolah umum, proses
belajar mereka tidak
hanya terjadi di
lingkungan sekolah karena mereka sudah diperkenalkan dalam kehidupan
yang nyata di
dalam lingkungan masyarakat.
Sejalan dengan itu, Hyde & Bizar (Purta, 1991 ) mengemukakan tujuh prinsip
pembelajaran bahasa arab yang seyogyanya
dilaksanakan oleh guru
dalam mengembangkan pembelajaraan.
Berdasarkan alasan
tersebut, maka sangatlah
penting bagi para
pendidik dalam hal ini
guru agar melaksanakan
pembelajaran di kelas
perlu memahami karakteristik materi,
peserta didik dan
metodologi pembelajaran terutama
yang berkaitan dengan
tujuan pembelajaran, sumber
dan media belajar,
sarana dan prasarana serta
penerapan pendekatan, model, dan metode pembelajaran sehingga dalam mengkonstruksikan wawasan
pengetahuan dan implementasinya dapat meningkatkan aktivitas, kreativitas,
dan motivasi peserta didik. Pendapat tersebut mengandung pengertian
bahwa pembelajaran selain harus mampu memotivasi
siswa untuk aktif,
kreatif, dan inovatif, juga
harus berpusat pada siswa sehingga
disini peran guru
adalah sebagai fasilitator.
Guru sebagai fasilitator memiliki
peran yang sangat penting dalam pembelajaran, dalam hal ini guru harus
meningkatan kualitas belajar
bukan semata-mata aspek
metodologis dan teknis, akan tetapi mesti dikaji dalam antisbahasa arabsi pengembangan kemampuan keterampilan sosial
dan dapat membangun motivasi siswa dalam belajar. Sejalan dengan yang ungkapkan
oleh Nu’man Somantri bahwa ” salah satu
tantangan mendasar dalam pembelajaran Bahasa arab dewasa ini adalah
mencari strategi proses
pembelajaran inovatif yang
memungkinkan bagi
peningkatan mutu pendidikan
Bahasa arab. Hal ini
dirasakan mendesak seiring dengan perkembangan
dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
Metode
pembelajaran merupakan salah
satu komponen dalam
sistem pembelajaran yang berperan dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dan disesuaikan dengan konsep
yang akan diajarkan adalah salah
satu cara agar
pembelajaran lebih efektif.
Dalam penggunaan metode pembelajaran guru juga harus menyesuaikan dengan
kondisi dan suasana kelas. Hal ini disebabkan dalam proses belajar mengajar,
tidak semua siswa mampu berkonsentrasi dalam
waktu yang relatif
lama dan pemahaman siswa terhadap
materi yang diberikan
berbeda-beda, ada yang cepat,
ada yang sedang dan ada pula yang
lamban.
Menurut Schug, Todd dan Berry (Sunal
1993) bahwa ; Siswa menghendaki pembelajaran
yang bersifat group
projects, field Bahasa arab, independent
work, less reading,
discussion, clear examples, students planning,
and challenging, learning
experiences, class activity, role
playing, dan simulation Dalam
proses pembelajaran, guru
dituntut untuk menentukan
metode pembelajaran yang aktif,
efektif, kreatif dan
menyenangkan. Untuk itulah
guru harus memilih metode
yang sesuai dengan tuntutan tersebut.
Sebagai salah satu alternatif metode
pembelajaran yang dapat
dikembangkan untuk memenuhi tuntutan tersebut
adalah metode role
playing yang dapat
digunakan dalam pembelajaran Bahasa arab untuk membantu
siswa dalam mencapai
tujuan- tujuan yang efektif.
Metode Role Playing (Bermain Peran) Menurut
Hamzah B.Uno (2007 : 14) mengemukakan
bahwa bermain peran
adalah suatu model
pembelajaraan sosial. Dikatakan model pembelajaran sosial
karena pendekatan pembelajaran
yang termasuk dalam
kategori model pembelajaran
sosial lebih menekankan
hubungan individu dengan
masyarakat atau orang
lain. Model-model dalam
kategori pembelajaran sosial
difokuskan pada peningkatan kemampuan
individu dalam berhubungan
dengan orang lain, terlibat dalam
proses yang demokratis
dan bekerja secara
produktif dalam masyarakat. dalam
kegiatan role playing, anak akan melakukan kegiatan berpura-pura atau
bermain imajiasi yang
spontan dan mandiri
pada saat anak
menguji, menjernihkan, dan meningkatkan pengalaman atas diri dan
dunianya sendiri. Pada kegiatan ini, guru mempersiapkan berbagai tokoh dan
karakter dengan tujuan agar anak
siswa dapat mengembangkan
potensi dan kemampuannya
untuk mengekpresikan melalui peran
tokoh/karakter yang dimainkannya.
Dengan demikan kegiatan ini
akan menarik dan
memotivasi anak untuk mengaktualisasikan dan
mengekpresikan dirinya secara
utuh. Adapun langkah-langkah pembelajaran
menggunakan metode role
playing antara lain ;
(a) Pemanasan, yaitu menyampaikan dan membahas situasi ;
(b) Pemilihan peran ;
(c) mengatur setting ;
(d) menyiapkan pengamat ;
(e) mengaplikasikan
permainan ;
(f) diskusi dan evaluasi ;
(g) mengulang permainan ;
(h) diskusi dan evaluasi ; dan
(i) mengungkap pengalaman
Dalam meningkatkan ketrampilan berbicara latihan-latihan yang
diberikan untuk dapat menguasai kemahiran berbicara berupa praktik tentang apa
– apa yang sudah didengar secara pasif dalam latihan menyimak. Tanpa latihan
lisan yang intensif penguasaan dan pemahaman bahasa arab secara sempurna akan
sulit dicapai. Salah satu kelemahan dan kekurangan system dan metode lama
pengajaran bahasa arab yang dikembangkan di Indonesia adalah kurangnya latihan
lisan yang intensif sehingga sedikit sekali pelajar yang mampu mengutarakan
pikiran secara lisan. [25]
Role Playing atau bermain peran bertujuan menggambarkan suatu
peristiwa dimasa lampau atau dapat pula cerita dimulai dengan berbagai
kemungkinan yang terjadi saat ini maupun mendatang. Kemudian beberapa orang
siswa ditunjuk memainkan peran sesuai tujuan cerita.
Dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi
penggunaan metode pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Arab. Dalam
penelitian ini digunakan metode Role Playing, pemilihan metode ini berdasarkan
pada karakteristik siswa madrasah ibtidaiyah yang akan diteliti. Karkteristik
siswa umumnya masih senang bermain, dengan metode Role Playing siswa dapat
bermain sambil belajar. Selain itu, materi yang digunakan terkait materi binatang
dan warna oleh peneliti dinilai serasi atau dapat menggunakan metode Role
Playing.
Metode Role Playing pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam
hubungannya dengan kegiatan sosial [26] Pendapat
di atas hampir sama dengan pernyataan Roestiyah Dengan sosiodrama siswa dapat
mendramatisi tingkah laku, gerak-gerik seseorang dalam hubungannya dengan
sesama manusia. Sedangkan dengan Role Playing siswa berperan atau memainkan
peranan dalam dramatisasi kegiatan sosial. Role Playing atau bermain peran
sebagai suatu model pembelajaran yang bertujuan membantu siswa menemukan jati
diri dalam meningkatkan ketrampilan berbicara dalam bahasa arab dan memecahkan
dilema dengan bantuan kelompok. Dalam artian, melalui Role Playing siswa
belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan
memikirkan perilaku dirinya dan orang lain.[27]
Sumiati dan Asra berpendapat bahwa Role Playing atau bermain peran
menggambarkan peristiwa yang terjadi pada suatu waktu tertentu sesuai dengan
alur cerita yang akan diperankan. Role
Playing merupakan bagian dari simulasi yang dapat diartikan sebagai proses
pembelajaran dengan melakukan tingkah laku secara tiruan.[28]
Senada dengan pendapat tersebut, Moedjiono dan Moh. Dimyati menyatakan bahwa
bermain peran atau Role Playing yakni memainkan peranan dari peran-peran yang
sudah pasti berdasarkan kejadian terdahulu, yang dimaksudkan untuk menciptakan
kembali situasi sejarah atau peristiwa masa lalu.[29]
F.
LANGKAH LANGKAH PENELITIAN
Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a.
Penentuan sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa MADRASAH
IBTIDAIYAH AL INAYAH.
b.
Penentuan jenis data
Data dalam penelitian ini adalah Teks/Wawancara Mengenai Ketrrampilan
Berbicara Bahasa Arab Menggunakan Teori Bermain Peran (
Role Play Method) Pada Siswa
Madrasah Ibtidaiyah Al-Inayah)
c.
Teknik
pengumpulan data penelitian
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik kepustakaan (library
research) yaitu penelitian yang digunakan,
dilaksanakan dengan menggunakan studi kepustakaan, baik berupa buku, catatan,
maupun laporan hasil penelitian.
Teknik ini digunakan, karena
jenis penelitiannya merupakan penelitian
kualitatif.
Tahapan-tahapan yang ditempuh adalah:
1)
Membaca
dan mempelajari hasil dan teori penelitian secara berulang-ulang.
2)
Mengumpulkan
dan mengidentifikasikan data-data serta literatur yang dianggap berhubungan
dengan teori bermain peran ( role play)
3)
Mengumpulkan
dan mengidentifikasi hasil penelitian lapangan menjadi sebuah laporan yang
tersusun.
4)
Melakukan
pembacaan dan pencatatan berulang-ulang terhadap data.
5)
Mendeskripsikan
data-data dan literatur serta menyusunnya secara sistematis dalam bentuk
laporan awal.
d. Analisis Data Penelitian
Data dalam penelitian ini
adalah observasi, test dan Wawancara Pembelajaran Bahasa
arab Menggunakan metode bermain peran ( role play method) dalam
meningkatkan ketrampilan berbicara siswa.
e. Merumuskan simpulan
Simpulan merupakan proses akhir dari kegiatan penelitian
untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam rumusan masalah
f. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian analisis deskriptif yang merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya.
Penelitian deskriptif pada umumnya
dilakukan dengan tujuan utama yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan
karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.
G.
Hipotesis
Dalam penelitian,
hipotesis diartikan sebagai
jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, yang kebenarannya
harus diuji secara empiris. Dari pengertian
hipotesis tersebut, maka
peneliti merumuskan
hipotesis sebagai berikut
“Dengan role play method dapat meningkatkan ketrampilan berbicara
Bahasa arab pada siswa MADRASAH IBTIDAIYAH
AL INAYAH.
H.
SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun
sistematika penulisan dalam tesis ini berisi empat bab yaitu
Bab
pertama latar belakang, rumusam masalah, manfaat dan kegunaan penelitian
Bab
kedua berisi tentang landasan teori , penjelasan singkat mengenai urgensi dan keistimewaan
bahasa arab sebagai bahasa asing, Teori (role play method) ( metode bermain
peran) dimulai dari pengertian, karakteristik, urain mengenai teori, kelemahan
dan kekurangan, kemudian menjelaskan secara lugas mengenai pengaplikasian metode
(role play method).
Bab
ketiga berisi profil sekolah, cara pengaplikasian role play method pada
siswa-siswi madrasah ibtidaiyah, hasil penelitian.
Bab
keempat berisi kesimpulan daftar pustaka dan lampiran.
G. DAFTAR PUSTAKA
Suhada idad,
landasan pendidikan ; bandung . 2015
Fahchrurrozi
Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa arab” Bandung, pustaka Cendekia Cet I.,
2011
عادل خلف، اللغة والبحث اللغوي (القاهرة: مكتبة الآداب، 1994م)، ص 51.
المعجم الوسيطdalamمعاجم اللغة العربية
(HTML file, www.maajim.com/, 29/10/2015: 10.24 AM)
محمود فهمي حجازي، مدخل إلى علم اللغة (القاهرة: دار قباء، دون السنة)، ص 10.
Alwasilah, A.
Chaedar “ Bebebrapa mazhab dan dikotomi teori linguistik “. Angkasa. , Bandung,
2015
Fahchrurrozi
Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa arab” Bandung, pustaka Cendekia Cet I.,
2011
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemah, (Jakarta
: Bumi Restu, 1977),
Abdul Wahid, Menguak Rahasia Cara
Belajar Orang Yahudi, (Jogjakarta : Diva Press, 2013
Departemen Agama RI, Sejarah
Madrasah, (Dirjen Kelembagaan Agama Islam : 2004)
http://eprints.walisongo.ac.id/1616/ diunduh pada tanggal 9 maret 2016 pukul 09.02
Muhibbin syah “
psikologi pendidikan ,( Bandung : Rosda Karya, 2000 )
Abin syamsudin
makmun, psikologi kependidikan, Bandung: Remaja Rosda karya, 2004
Syah Muhibin, “
telaah singkat perkembangan peserta didik” . Bandung: Raja Grafindo
Persada,2014
Izzan Ahmad, “
Metodologi pembelajaran bahasa arab. ( Bandung, Humaniora)
Fahchrurrozi
Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa arab” Bandung, pustaka Cendekia Cet I.,
2011
Bisri Mustofa dan Abdul Hamid,
Metode dan S trategi Pembela
jaran Bahasa arab, (Malang: UIN Maliki
Press, 2012)
Acep
Hermawan, Metod ologi Pembalajaran
Bahasa Arab, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2011),
Dra. Masyitoh M.Pd. dkk, Strategi
Pembelajaran,Dirjen Pendidikan Islam, Departemen Agama RI, 2009)
Ahamd Fuad Effendy, Metodologi Peng
ajaran Bahasa arab (Malang: Misykat, 20 05),
Izzan Ahmad, “
Metodologi pembelajaran bahasa arab. ( Bandung, Humaniora)
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar
Mengajar. Bandung: Rineka Cipta
Hamzah.
B . Uno. (2010). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumiati
& Asra. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Moedjiono
& Moh. Dimyati. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
[1]
Suhada idad, landasan pendidikan ; bandung . 20151 halaman 7
[2] Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa arab”
Bandung, pustaka Cendekia Cet I., 2011 hal 160
[3]عادل خلف، اللغة والبحث اللغوي (القاهرة: مكتبة الآداب، 1994م)، ص 51.
[4]المعجم الوسيطdalamمعاجم اللغة العربية (HTML file, www.maajim.com/, 29/10/2015:
10.24 AM)
[5]محمود فهمي
حجازي، مدخل
إلى علم اللغة (القاهرة:
دار قباء، دون السنة)، ص 10.
[6]Abdul
Chaer, op. cit. hlm. 32.
[7] Alwasilah, A. Chaedar “ Bebebrapa mazhab dan dikotomi
teori linguistik “. Angkasa. , Bandung, 2015. Hal 4-5
[8] Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa
arab” Bandung, pustaka Cendekia Cet I., 2011 Hal 27
[9] Alwasilah, A. Chaedar “ Bebebrapa mazhab dan dikotomi
teori linguistik “. Angkasa. , Bandung, 2015. Hal 14
[10] Alwasilah, A. Chaedar “ Bebebrapa mazhab dan dikotomi
teori linguistik “. Angkasa. , Bandung, 2015. Hal
[11] Alwasilah, A.
Chaedar “ Bebebrapa mazhab dan dikotomi teori linguistik “. Angkasa. , Bandung,
2015. Hal 132
[12] Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemah, (Jakarta
: Bumi Restu, 1977), hlm.248.
[13] Abdul Wahid, Menguak Rahasia Cara Belajar
Orang Yahudi, (Jogjakarta : Diva Press, 2013), hlm : 76
[14]
Departemen Agama RI, Sejarah Madrasah, (Dirjen Kelembagaan Agama Islam :
2004) hlm. 174
[15] http://eprints.walisongo.ac.id/1616/
diunduh pada tanggal 9 maret 2016 pukul 09.02
[16] Muhibbin syah “ psikologi pendidikan ,( Bandung : Rosda
Karya, 2000 ) Hal 92
[17] Abin syamsudin makmun, psikologi kependidikan, Bandung:
Remaja Rosda karya, 2004 hal 155
[18] Syah Muhibin, “ telaah singkat perkembangan peserta
didik” . Bandung: Raja Grafindo Persada,2014 hal 72-73
[19] Izzan Ahmad, “
Metodologi pembelajaran bahasa arab. ( Bandung, Humaniora) hal 72 - 73
[20] Fahchrurrozi Aziz Dkk. “ teknik pembelajaran bahasa
arab” Bandung, pustaka Cendekia Cet I., 2011 Hal 20
[21] Bisri Mustofa dan
Abdul Hamid, Metode dan S
trategi Pembela jaran Bahasa arab, (Malang: UIN
Maliki Press,
2012),hlm. 6
[22] Acep
Hermawan, Metod ologi Pembalajaran
Bahasa Arab, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 89-90
[23] Dra. Masyitoh M.Pd. dkk, Strategi Pembelajaran,Dirjen
Pendidikan Islam, Departemen
Agama
RI, 2009) hlm. 41
[24] Ahamd Fuad Effendy, Metodologi Peng ajaran
Bahasa arab (Malang: Misykat, 20 05),. hlm. 6
[25] Izzan Ahmad, “ Metodologi pembelajaran bahasa arab. (
Bandung, Humaniora) hal 160
[26] Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar
Mengajar. Bandung: Rineka Cipta Halaman 87
[27]
Hamzah. B . Uno. (2010). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 26
[28]
Sumiati & Asra. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Halaman 100
[29]
Moedjiono & Moh. Dimyati. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Halaman 81
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
0 komentar:
Posting Komentar