BAGIAN KEEMPAT
Qiyas
dalam bahasa arab terbagi menjadi empat bagian pertama hamala furu’ ala asli
( memuat beberapa bagian dari kata asli) , yang kedua hamala asli a’la furu’
(kata asli yang diinduksi dari bagian-bagian kata) , yang ketiga hamala hadir
ala nadir (yang diinduksi dari
sinonim terhadap sinonimnya ), yang keempat hamala diddu ala diddu (diinduksi dari
kata antonym terhadap antonimnya). Dari keempat bagian tersebut kemudian dibagi
kembali menjadi beberapa kategori bagian pertama dan ketiga termasuk kedalam qiyas
musawa’ ( qiyas yang sama kedudukannya ) yang kedua termasuk kedalam qisay ula
( qiyas utama) dan yang ke empat termasuk kedalam qiyas adwan (qiyas
bawah).
Adapun
contoh dari qiyas yang pertama adalah I’lal zami dengan
kata lain mengi’lalkan seluruh lafadz dan mentashihkan mufrodnya contohnya qiym dan diym
dari kata qiymatun dan diymatun contoh lain jiwajah dan tsiwaroh
dari zauj dan tsaur. Contoh yang kedua adalah ilal masdar
( di ilal pada bagian masdarnya) untuk mengilal masdar fiil dan mentashihkannya karena ke shahihannya
seperti qumtu qiyaman dan qomat
qowaman. Dan dalam kekhususanya apa yang terdapat pada lafadz
aslinya kedalam bagian bagian yang kemudian ma’na tersebut ditasbihkan.
Maksudnya dalam bagian ini ada beberapa bagian yang ditasbihkan dari lafadz
aslinya. Menurut imam sibawaih hal ini lebih baik jika saja huruf jar
menjadi wajhu sibhi seperti contoh doroba rojulin dimana pada
ungkapan tersebut dibolehkan adanya jar
( menjarkan) dengan posisi yang baik, dikatakan bahwasanya apa yang
telah diungkapkan dan ditashihkan ( dibenarkan) oleh imam sibawaih ` ini bukan
seperti kebiasan orang arab karna kata-kata tersebut merupakan ungkapan yang
telah diriwayatkan dan di’ilalkan. Dikatakan bahwasanya apa yang biasa orang arab ungkapan biasanya
merupakan sebuah tasbih atau mengumpamaan terhadap sesuatu hal saja
dalam hal ini ketika orang arab melihat sesuatu yang sama dengan sesuatu mereka
cenderung mengungkapkan hal yang sama. Mereka
tidak menghiraukan ketika fiil mudhori
dengan huruf la, kemudian di I’rab maka munculnya makna
tersebut sama halnya dengan mentasbihkan
isim lafadz terhadap fiil maka begitulah. Sama halnya dengan waqof
yang menyerupai wasal dalam sabda
Nabi Muhammadn SAW ( Sesungguhnya Allah sebaik-baiknya penolong) begitu
juga dalam lafadz sabba saban,
kalan. Dan seperti pendapat agir biasanya jar dalam ungkapan ( faqultu
iha surtu am ala hilmi ) dan ungkapan ( barang siapa yang beriman maka
sesungguhnya Allah bersamanya) begitu
juga dijarkan dan biasanya mengalir dan lainnya seperti Firman Allah Ta’ala
( ala ana yahya wal mauta / sesungguhnya hidup dan mati) jar dinasabkan dan menjar
kan rafa dalam kalimat ( tidak diwajibkan dalam jar dan majrur jazm
yang) tidak diwajibkan didalamnya
terdapat huruf asli, seperti halnya menasabkan huruf jar dalam
mustana dan jama’ menjadi nasab pada lafadz-lafadz yang
tidak bisa ditasrif. Sama halnya seperti
mentasbihkan ya’ terhadap alif dalam ( kanna aydiyahinna
bilqa’ al quruq) huruf alif menjadi
ya’ contohnya ( wala tardoha wala tamliku) seperti menaruh dhomir
munfasil menjadi mutasil seperti ( qod domantu ayahum larodo) menaruh dhamir mutasil kedalam dhamir
munfasil contoh ( alaka diyar) dalam hal ini imam sibawaih menegaskan
bahwasanya orang arab apabila mentasbiihkan sesuatu dengan sesuatu maka kemudian
hal tersebut menjadi suatu kebiasan dan dimasukkan kedalam hukum juga kemudian
yang lainnya juga mengikutinya . maksudnya pada akhirnya kebiasan orang arab
mentasbihkan sesuatu terhadap sesuatu menjadi suatu kebiasaan turun
temurun dan menjadi bahasa asli.
Ditegaskan pula bahwasanya bentuk yang
benar terdapat dalam doroba rojulun, bahwasanya tata bahasawan arab
biasanya didasari oleh kebiasaan, percakapan dan pendengaran dan biasanya
dibolehkan asalkna menjadi kebiasaan dan bisa dimengerti. Dikatakan pula
bahwasanya menginduksi lafadz asli terhadap bagian kemudian membuang huruf menjadi jazm dan lafadz asalnnya mengandung
pembuangan harakat contohnya zawaidu, dan menginduksi isim terhadap fiil dalam pencegahan tasrif dan huruf terhadap bina’nya
dan keduanya merupakan asli. Dalam hal
ini lafadz laysa dan asa merupakan lafadz yang
tidak bisa ditasrif dengan ma dan la’la seperti halnya laysa dalam
penggunaaannya. Tamat.
Mengingat
kembali pendapat abi hayan sebagiannya menjelaskan bahwasanya ada campur tangan isim zaman dalam
mengathafkan fiil terhadap
fiil karena athaf
merupakan teori tasniyah sama
halnya tidak boleh tasniyah lafadz
mukhtalifin dan tidak boleh mengatofkan
mukhtalifin dalam isim zaman. Abu hayan menjelaskan ini merupakan contoh dari hamala asli ala
furu’, karena athaf aslnya adalah tasniyah bahwasanya pendapat
tentang fiil merupakan teori
tasniyah pada isim.
Adapun
yang ketiga dilihat dari teori baik itu dalam lafadz, makna atau pada
keduanya, adapun contoh dari ula tambahan sesungguhnya setelah masdar dorof
dan mausul karena keduanya terdapat lafadz-lafadz yang
tidak bisa dinafikan (diganti/ dibuang), dan kemudian masuklah huruf lam
ibttida’ terhadap huruf yang tidak bisa dibuang kemudian huruf tersebut ditaruh
kedalam lafadz mausul. Dan mentaukidkan mudori dengan nun setelah huruf yang tidak
bisa dibuang dipindahkan kehuruf yang
terakhir. Kemudian membuang fiilnya af’ala karena ta’jub karena mentasbihkan fiil amar dalam lafadz, dan menaruh bab hadzam terhadap kasroh mentasbihkan
dengan daroka dan taroka. Dan menaruh isim hasa mentasbihkan
menjadi lafad hasa secara harfiyah. Dan diantaranya mendengungkan/
mengidghomkan huruf dalam kedekatannya dengan
makhroj.
Dan
dari contoh kedua membolehkannya selain qoimun zaidani yang diinduksi dari lafadz
qoma zaidani karena dalam ma’nanya
walaupun tidak begitu tidak dibolehkan mubtada walaupun menjadi khobar
, atau rofa’ yang menyingkirkan khabar, bagaimanapun juga masdar serta mudhori diinduksi Dari masdar.
Dan dari contoh ketiga isim tafdil dan fiil -fiil dalam seruan keduanya merupakan melarang fiil
tafdil menjadi rafa secara
terang-terangan karena
serupanya/tasbihnya dengan fiil –
fiil dalam seruan baik itu wajan
atau asli dan bermanfaat terhadapa pembicara dan dibolehkan meminimalkan fiil
dalam seruan karena samanyan dengan fiil
tafdi ( fiil keistimewaan) dalam hal iotu. Jauhir
berpendapat bahwasanya beliau tidak
pernah mendengar peringkasan kecuali dalam lafadz amlaha dan ahsana akan tetapi 2 lafadz tersebut keras
dalam pengungkapannya/ jumlahnya.
Yang
keempat contohnya adalah nasabnya
lam yang dibawa/ diinduksi dengan
jazm dengan an yang pertama untuk menafikan/ membuang madhi
dan kedua untuk menafikan mustaqbal.
Dan
dalam kitab juruliyah ( jurumiyah) menjelaskan bahwasanya menunjukkan
sesuatu terhadap muqobalah kepada
maqobala maqobalahu dan terhadap maqobala maqobil maqobalah,
contoh pertama lam yadribu rojulun memasukkan jazm kedalam jar,
contoh kedua idrib rojulun
memasukkan jazm terhadap kasroh yang merupakan penunjuk jar
dalam sisi kasroh dalam bentuk yang sesuai dengan jar dalam I’rabnya.
Dan contoh ketiga adribu rojulun berisi sukun sebelum kasroh yang
menunjukkan jar yang menun jukkan jazm dan jar yang
ditandai dengan sukun
BAB KELIMA
Berbeda Pendapat apakah boleh mengumumkan/
mempluralkan dasar-dasar qiyas
terhadap hal tersebut dalam satu bagian ?
dan pendapat yang paling benar adalah boleh, adapun contohnya adalah
baik itu dalam istifham , isim syarat keduanya bisa diirab tergantung penginduksian
sebagian teorinya dan terhadap pertentangan
keseluruhannya.
PASAL KEDUA DALAM MAQIS
Apakah hal tersebut didasari dari perkataan orang arab
ataukah tidak ?
Mazani
berpendapat bahwasanya apa yang telah diqiyaskan terhadap perkataan
orang arab itu merupakan perkataan orang
arab, ia berkata bahwasanya bagaimana mungkin kamu tidak mendengar tidak juga
yang lainnya nama-nama ( isim ) tidak juga fiil ataupun maf’ul, dan ketika
mendengarkan sebagian kemudian di qiyaskan kepada yang lainnya maka ketika
aku mendengarkan qoma zaidun , dhoroba basir dan karoma khalidun. Begitu pula pendapat Abu ali bahwasanya
diperbolehkan mengambil/ menganut dengan
ditambahkan lam sesuai keinginan seperti contoh khorjaja ,
dakhlala, dhorbaba dari kata khoroja,
dakhola, doroba, contoh lainnya samlala
dan so’roro. Ibnu jinni berpendapat begitu pula, contohmya somhamham
dari doroba dorbarba , dari qotal menjadi qotaltala , syariba
menjadi syarbarba, dari kharaja khorjarja dan itu semua merupakan dari perkataan arab tanpa
perlu diragukan lagi orang arab tidak berbicara dengan menggunakan salah satu dari huruf tersebut. dikatakan
pula bahwasanya kholil telah menolak
pendapat-pendapat tersebut dikarenakan pendapat ( tarofa’a alazbuna
farfanaan/ menemani para bujangang – bujangan maka menemaninya ) yang diqiyaskan
dari perkataan ijaj ( taqo’asa azbuna faqa’ansasa/ para bujangan tertinggal maka
ketinggalan) maka menunjukkan terhadap
penahan qiyas dalam bait contoh ini maka jawabannya adalah tidak
mungkin bmengikari hal tersebut karena didalamnya tidak terdapat konteks harfiyah
dan orang arab tidak mengadopsi contoh ini yang memangkas konteks huruf
khususnya dan huruf yabg dihilangkan didalamnya berulang – ulang dan itulah pengaduan menurut mereka berat berkata maka
akhirnya sepakat jika segala sesuatu yang diqiyaskan terhadap perkataan
mereka merupakan perkataan mereka. Dalam
hal ini bekata sesorang yang berkata dalam ijaz wa ru’bat bahwasanya
keduanya merupakan qiyasan bahasa yang ditasrif yang
bersumber kepadanya apa-apa yang
belum ada sebelumnya. Abu bakar perpendapat bahwasanya manfaat yang berasal dari sahabatnya/ rekannya agar mendengarkan seseorang suatu lafadz maka kemudian bingung
terhadapnya maka apabila pendapat/ dilihat dari asal sebelumnya oleh budayawan dan akhirnya hilang dasar-dasarnya inilah dasar dari penentuan bahasa dengan
cara qiyas. Dan dalam pendapat lain mengenai pembahasan keutamaan
kekuaktan qiyas mereka perbendapat keyakinan para ulama nahwu bahwasanya apa yang
diqiyaskan dalam bahasa arab itu
merupakan ucapan mereka/ berasal dari kebiasaan mereka, contohnya pendapat mengenai pembentukan contoh ja’far
dari doroba dorobaba dan ini merupakan kalam arab ( ungkapan arab) walaupun dibentuk dari dhuruba atau
dhoyroba tidak terdapat dalam
ungkapan arab karena itu merupakan qiyas sedikitnya penggunaan dan
pendeknya qiyas. Selesai.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
0 komentar:
Posting Komentar