BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu linguistik
yang jjuga disebut linguistik umum (general linguististic), tidak hanya
mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan juga mengkaji seluk beluk bahasa pada
umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia.
Bahasa-bahasa di dunia, meskipun banyak sekali
perbedaannya, tapi ada pula persamaannya, yakni ciri-ciri yang universal. Hal
seperti inilah yang diteliti oleh linguistik. Maka karena itulah linguistik
sering dikatakan bersifat umum, dan karena itulah disebut linguistik umum.
Sebagai alat komunikasi manusia bahasa adalah suatu
sistem yang bersifat sistematis sekaligus sistemis. Maksud sistemis disini
adalah bahwa bahasa itu bukan suatu sistem tunggal, melainkan terdiri dari
beberapa subsistem, yakni subsistemfonologi, subsistem morfologi, subsistem
sintaksis, dan subsistem semantik.
Dewasa ini penyelidikan tentang bahasa dengan berbagai
aspeknya dilakukan orang dengan sangat intensif, sehingga linguistik berkembang
dengan sangat pesat, luas dan mendalam.
Namun dalam pembahasan
ini tidak membahas lingusitik secara menyeluruh, tetapi hanya membahas
aliran-aliran linguistik setelah Avram Noam Chomsky mengemukakan aliran
linguistik Transformasional (Transformational Generative Grammar) dengan
diterbitkannya buku karyanya yang berjudul Syntactic Structure pada tahun 1957,
kemudia bukunya yang kedua yang berjudul Aspec of the Theory of Syntax pada
tahun 1965
BAB II
ALIRAN-ALIRAN LINGUISTIK SESUDAH TRANSFORMASIONAL[1]
A. Tentang Linguistik
Dunia ilmu, termasuk linguistik bukan
merupakan kegiatan yang statis, melainkan merupakan kegiatan yang dinamis;
berkembang terus menerus sesuai dengan filsafat ilmu itu sendiri yang selalu
ingin mencari kebenaran yang hakiki. Begitulah, linguistik struktural lahir
karena tidak puas dengan pendekatan dan prosedur yang digunakan linguistik
tradisional dalam menganalisis bahasa. Sekian puluh tahun linguistik struktural
digandrungi sebagai satu-satunya aliran yang pantas diikuti dalam menganalisis
bahasa, walaupun model struktural itu pun tidak hanya satu macam, kemudian
orang-orang pun merasa bahwa model struktural juga banyak kelemahannya,
sehingga orang-orang merevisi model struktural itu sehingga lahir aliran-aliran
yang lain walaupun masih mirip dengan model struktural. Perubahan total terjadi
dengan lahirnya linguistik transformasional yang mempunyai pendekatan dan cara
yang berbeda dengan linguistik struktural, namun kemudian model transformasional
pun dianggap orang-orang masih banyak kelemahannya sehingga orang-orang membuat
model baru yang dianggap lebih baik, seperti model semantik generatif, model
tata bahasa kasus, model tata bahasa relasional, dan model tata bahasa
stratifikasi.
B. Beberapa Aliran
Linguistik Setelah Aliran Transformasional
1. Semantik Generatif[2]
Menjelang darsawarsa 70-an beberapa murid
Chomsky, antara lain Postal, Lakoff, Mc Calwy dan Kiparsky sebagai reaksi
terhadap Chomsky memisahkan diri dari Chomsky dan membentuk aliran sendiri.
Kelompok Lakoff ini terkenal dengan sebutan semantik generatif.
Menurut teori semantik generatif,
struktur semantik dan struktur sintaksis bersifat homogen, dan untuk
menghubungkan kedua struktur itu cukup hanya dengan kaidah trensformasi saja,
tidak perlu dengan kaidah sintaksis dasar, kaidah proyeksi[3] dan kaidah
fonologi.
Menurutnya pula, sudah seharusnya
semantik dan sintaksis diselidiki bersama sekaligus karena keduanya adalah
satu. Struktur semantik itu serupa dengan struktur logika, berupa ikatan tidak
berkala antara predikat dengan seperangkat argumen dalam suatu proposisi.
Struktur logika itu bagannya seperti ini:
Proporsi
Predikat Argumen1 . .
. . Argumen2
Atau dapat juga
dirumuskan sebagai: Pred (Arg , Arg1 . . . Arg2).
Umpamanya kalimat Nenek minum
kopi strukturnya seperti ini:
Proposisi
Pred Arg1 Arg2
minum Nenek kopi
Atau dapat dirumuskan
sebagai: MINUM (nenek, kopi). Jadi, proposisi kalimat itu mempunyai predikat
yang berargumen dua. Kalimat “Nenek marah” adalah kalimat itu mempunyai
predikat yang berargumen satu, yaitu MARAH (nenek). Sedangkan kalimat “Nenek
membelikan adik baju baru” mempunyai predikat yang berargumen tiga, yakni BELI
(nenek, adik, baju baru). Perhatikan bagan berikut:
Proposisi
Pred Arg1 Arg2 Arg3
beli Nenek adik baju
baru
2. Tata Bahasa Kasus
Tata bahasa kasus pertama kali
diperkenalkan oleh Charles J. Fillmore dalam karangannya yang berjudul The
Case for Case (1968) yang dimuat dalam buku Bach, E Dan R. Hams Universal
in Linguistic Theory, terbitan Holt Rinehart and Winston. Kemudian direvisi
pada tahun 1970. Selain itu J.
Anderson dalam bukunya The Grammar of Case (Cambridge University Press,
1971) dan W.L. Chafe dalam bukunya Meaning and the Structure of Language (The
University of Chicago Press, 1970) memperkenalkan pula teori kasus yang agak
berbeda.
Dalam karangannya yang terbit tahun 1968
Fillmore membagi kalimat atas:
1.
Modalitas, yang biasa berupa unsur negasi,
kala, aspek dan adverbia
2.
Proposisi, yang terdiri dari sebuah verba
disertai dengan sejumlah kasus.
Bagannya seperti
ini:
Kalimat
modalitas
proposisi
negasi
kala[4]
verba
kasus1 kasus2
kasusn
aspek
adverbia
Yang dimaksud dengan kasus dalam
teori ini adalah hubungan antara verba dengan nomina. Verba disini sama dengan
predikat, sedangkan nomina sama dengan argumen dalam teori semantik generatif.
Hanya argumen dalam teori ini diberi label kasus. Misalnya dalam kalimat bahasa
Inggris John opened the door with the key: argumen1 John berkasus
“pelaku”, argumen2 door berkasus “tujuan”, argumen3 key berkasus “alat”.
Perhatikan bagan berikut:
kalimat
modalitas
proposisi
kala
verba pelaku tujuan
alat
past
open
John
door key
makna sebuah kalimat dalam teori ini
dirumuskan dalam bentuk:
+ [ --- X, Y, Z ]
Tanda --- menandakan posisi verba dalam
struktur semantis; sedangkan X, Y, dan Z adalah argumen yang berkaitandengan
verba atau predikat itu yang biasanya diberi label kasus. Contoh kalimatnya:
OPEN
+ [ --- A, I, O ]
A
= Agent, pelaku
I
= Instrument, alat
O
= Object, tujuan
Dalam teori tahun 1968 Fillmore tidak membatasi jumlah kasus itu; tetapi
dalam versi 1971 dibatasi atas kasus agent, experiencer, object, means,
source,goal, dan referential. Yang dimaksud dengan agent adalah
pelaku perbuatan atau yang melakukan suatu perbuatan, seperti perbuatan makan,
menendang dan membawa. Yang dimaksud dengan experiencer adalah yang mengalami peristiwa psikologis,
seperti saya dan dia dalam kalimat “Saya tahu” dan “Dia merasa
takut”. Object adalah sesuatu yang dikenai perbuatan, atau yang
mengalami suatu proses seperti bola dan rumah dalam kalimat “Murid
menendang bola” dan “Pak RT membangun rumah”.
Yang dimaksud dengan source adalah keadaan, tempat, atau waktu yang
sudah, seperti Bandung dalam kalimat “Bus itu datang
dari Bandung”. Goal adalah keadaan, tempat, atau waktu
yang kemudian seperti guru dalam kalimat “Dia mau jadi
guru”. Sedangkan referential adalah acuan seperti Husin
dalam kalimat “Husin temanku”.
Dari uraian diatas dapat kita lihat adanya persamaan
antara teori semantik generatif dengan teori kasus, yaitu sama-sama menumpukan
teorinya pada predikat atau verba.
Dan aliran ini memiliki ciri-ciri:
1.
Modifkasi tata bahasa Generatif transformatif
2.
Kajian pada hubungan internal antarunsur gramatikal
dalam konstruksi kalimat (hubungan antara argumen (S) dengan predikator (P))
3.
Terpengaruh kaidah kasus dalam bahasa Sanskerta
(inflektif)
4.
Kasus= pembeda makna kata, terlihat dalam perubahan
bentuk.
Contoh: Adik makan bubur analisis kasus
antarunsur: ……….
Adik (S) dan makan (P)
berkasus agentif 'pelaku' Bubur (O) dengan makan (P) berkasus datif 'objek
penderita'. Berikut daftar kasus yang
dikenal dalam berbagai bahasa berfleksi (lihat juga Samsuri, 1988:348):
a.
agentif (pelaku) ~ Leni menulis surat
b.
benefaktif (sasaran) ~ Buku ini untuk adik
c.
genetif (milik) ~ rumah seseorang
d.
instrumental (sarana) ~ Ibu membuka lemari dengan
kunci duplikat
e.
objek (penderita) ~ Dokter memeriksa kesehatan nenek
f.
temporal (waktu) ~ Film akan diputar jam 21 WIB
g.
datif (dikenai tindakan verba) ~ Dia memukul sepeda
itu
h.
komitatif (peranserta pada tindakan verba)
3. Tata Bahasa Relasional
Tata bahasa relasional muncul pada tahun
1970-an sebagai tantangan langsung terhadap beberapa asumsi yang paling
mendasar dari teori sintaksis yang dicanangkan oleh tata bahasa transformasi.
Tokoh-tokoh ini antara lain: David M. Perlmutter dan Paul M. Postal.
Teori-teorinya bisa dibaca dalam karangan mereka, antara lain: Lectures on
Relational Grammar (1974) dan Studies in Relational Grammar I (1983).
Sama halnya dengan tata bahasa transformasi
tata bahasa relasional juga berusaha mencari kaedah kesemestaan bahasa. Menurut
tata bahasa rasional, setiap struktur melibatkan tiga macam maksud, yaitu :
a.
Seperangkat simpai (nodes) yang menampilkan elemen-elemen di
dalam suatu struktur.
b.
Seperangkat tanda relasional (relational sign) yang
merupakan nama relasi gramatikal yang disandang oleh elemen-elemen itu dalam
hubungannya dengan elemen lain.
c.
Seperangkat “Coordinates” yang dipakai untuk menunjukkan pada
tataran manakah elemen itu menyandang relasi gramatikal tertentu terhadap
elemen yang lain
Ketiga macam maujud diatas digambarkan ke
dalam sebuah bentuk diagram. Misalnya, klausa ”Ali memberi buku itu kepada saya” dijabarkan kedalam diagram berikut:
Klausa tersebut mempunyai tiga
buah nomina dan sebuah verba yang masing-masing saling bergantung satu sama
lain, dan masing-masing membawakan satu relasi:
-
Nomina Ali membawakan relasi “subjek dari”
(relasi-1)
-
Nomina buku membawakan relasi “objek langsung
dari” (relasi-2)
-
Nomina saya membawakan relasi “objek tak
langsung dari” (relasi-3)
-
Verba beri membawakan relasi “predikat dari”
(relasi-P)
Kalimat di atas hanya terdiri dari satu
tataran. Sekarang perhatikan kalimat berikut yang terdiri dari tiga buah
tataran:
Saya memberi buku itu
kepada Ali
Relasi grramatukal yang
dilambangkan dengan skala 1, 2, dan 3 itu memiliki kedudukan yang khusus;
ketiganya disebut “suku” (terms). Relasi diluar ketiga ini (misalnya
benefaktif, lokstif, instrumental, dan sebagainya) disebut bukan suku
(non-terms). Relasi yang bukan suku itu disebut pula “chomeur” (kata Perancis
yang berarti “penganggur”), yakni konstituen yang kehilangan fungsi
gramatikalnya, sehingga dijuluki “konstituen yang menganggur”. Sedangkan yang
disebut suku diatas memiliki fungsi
gramatikal tertentu, misalnya, suku berperan didalam persesuaian verbal
(erbal agreement), di daam pelepasan konstituen (nominal) yang berkoreferensi,
didalam kemungkinan menjadi subjek dalam konstruksi pasif.
Seperti
dalam diagram diatas, Ali membawakan relasi 1 pada tataran I dan II,
sedangkan pada tataran III membawakan relasi chomeur. Buku itu
membawakan relasi-2 pada tataran I, sedangkan pada tataran II dan III
membawakan membawakan relasi chomeur. Saya membawakan relasi-3 pada
tataranI, membawakan relasi-2 pada tataran II, dan membawakan relasi-1 pada tataran
III.
Demikianlah
teori singkat tata bahasa relasional mengenai sintaksis. Kiranya teori yang
dikemukakan oleh tata bahasa relasional ini bukanlah teori yang terakhir dalam
perkembangan linguistik dewasa ini. Masih banyak teori lain yang dikemukakan oleh
ahli lain.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan penjelasan diatas, penyusun mengambil
kesimpulan bahwa :
1. Aliran semantik generatif adalah suatu teori yang menganggap bahwa tidak
perlu ada pembedaan antara tingkat semantik dan tingkat struktur batin, karena
keduanya adalah sama sehingga sintaksis jauh lebih abstrak daripada teori
Chomsky versi 1965, dan kaidah proyeksi tidak diperlukan lagi.
2. Dalam teori tata bahasa kasus, kasus disini
adalah hubungan antara verba (predikat) dengan nomina (argumen). Jadi teori ini
ada persamaan dengan teori semantik generatif, yakni sama-sama menumpukan pada
predikat (verba).
3. Tata bahasa relasional muncul untuk mengoreksi teori sintaksis dari
tata bahasa transformasional, yang dianggap hanya bisa diterapkan di bahasa
Inggris saja, bukan ke bahasa lain.
[1] Gramatika transformasi
generatif adalah teori linguistik yang diajarkan oleh Noam Chomsky yang
menyatakan bahwa tujuan linguistik adalah menemukan apa yang semesta dan
teratur dalam kemampuan manusia untuk memahami dan menghasilkan kalimat-kalimat
yang gramatikal sekalipun belum di dengar sebelumnya. Kalimat dianggap sebagai
satuan dasar, dan hubungan antara unsur-unsur dalam strukturkalimat diuraikan
atas abstraksi yang disebut kaidah struktur frase dan kaidah transformasi.
Organisasi gramatika dianggap mempunyai komponen-komponen strukturfrase,
transformasi, fonologi dan semantik (gramatika disini sama dengan sintaksis
dalam teori lain); yang ditekankan teori ini adalah pendalaman teori yang
konsisten yang dapat menjelaskan dan merumuskan secara eksplisit struktur
bathin sebuah kalimat. Dalam teori inilah dipakai konsep-konsep seperti
competence dan performance, kegramatikalan, struktur batin, struktur lahir,
fonologi generatif, ciri-ciri pembeda (yang dipinjam dari teori aliran Praha).
[2] Semantik generatif adalah
teori yang menganggap bahwa tidak perlu ada pembedaan antara tingkat semantik
dan tingkat struktur batin, karena keduanya adalah sama sehingga sintaksis jauh
lebih abstrak daripada teori Chomsky versi 1965, dan kaidah proyeksi tidak diperlukan
lagi; suatu bid’ah atas pandangan Chomsky. Kamus Linguistik Edisi Keempat,
Harimurti Kridalaksana,PT. Gramedia, Jakarta, 2009
[3] Perangkat kaidah untuk
menghubungkan makna kata-kata menjadi makna kalimat sesuai dengan hubungan
–hubungan sintaktis; kaidah yang memberikan tafsiran semantis pada struktur
sintaktis. -----Ibid hal 102
[4] Kala menyangkut waktu
atau saat dilakukannya apa yang diartikan oleh verba. Banyak bahasa memiliki
kala “kini” atau kala “presen”, kala “lampau” atau “preterit”, dan kala “futur”.
---- J.M.W. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, Gadjah Mada University
Press
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
0 komentar:
Posting Komentar