Minggu, 29 Januari 2023 | By: namakuameliya

ALIRAN-ALIRAN LINGUISTIK SESUDAH TRANSFORMASIONAL

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

Ilmu linguistik yang jjuga disebut linguistik umum (general linguististic), tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan juga mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia.

            Bahasa-bahasa di dunia, meskipun banyak sekali perbedaannya, tapi ada pula persamaannya, yakni ciri-ciri yang universal. Hal seperti inilah yang diteliti oleh linguistik. Maka karena itulah linguistik sering dikatakan bersifat umum, dan karena itulah disebut linguistik umum.

            Sebagai alat komunikasi manusia bahasa adalah suatu sistem yang bersifat sistematis sekaligus sistemis. Maksud sistemis disini adalah bahwa bahasa itu bukan suatu sistem tunggal, melainkan terdiri dari beberapa subsistem, yakni subsistemfonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem semantik.

            Dewasa ini penyelidikan tentang bahasa dengan berbagai aspeknya dilakukan orang dengan sangat intensif, sehingga linguistik berkembang dengan sangat pesat, luas dan mendalam.

Namun dalam pembahasan ini tidak membahas lingusitik secara menyeluruh, tetapi hanya membahas aliran-aliran linguistik setelah Avram Noam Chomsky mengemukakan aliran linguistik Transformasional (Transformational Generative Grammar) dengan diterbitkannya buku karyanya yang berjudul Syntactic Structure pada tahun 1957, kemudia bukunya yang kedua yang berjudul Aspec of the Theory of Syntax pada tahun 1965

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

ALIRAN-ALIRAN LINGUISTIK SESUDAH TRANSFORMASIONAL[1]

 

A. Tentang Linguistik

Dunia ilmu, termasuk linguistik bukan merupakan kegiatan yang statis, melainkan merupakan kegiatan yang dinamis; berkembang terus menerus sesuai dengan filsafat ilmu itu sendiri yang selalu ingin mencari kebenaran yang hakiki. Begitulah, linguistik struktural lahir karena tidak puas dengan pendekatan dan prosedur yang digunakan linguistik tradisional dalam menganalisis bahasa. Sekian puluh tahun linguistik struktural digandrungi sebagai satu-satunya aliran yang pantas diikuti dalam menganalisis bahasa, walaupun model struktural itu pun tidak hanya satu macam, kemudian orang-orang pun merasa bahwa model struktural juga banyak kelemahannya, sehingga orang-orang merevisi model struktural itu sehingga lahir aliran-aliran yang lain walaupun masih mirip dengan model struktural. Perubahan total terjadi dengan lahirnya linguistik transformasional yang mempunyai pendekatan dan cara yang berbeda dengan linguistik struktural, namun kemudian model transformasional pun dianggap orang-orang masih banyak kelemahannya sehingga orang-orang membuat model baru yang dianggap lebih baik, seperti model semantik generatif, model tata bahasa kasus, model tata bahasa relasional, dan model tata bahasa stratifikasi.

 

B. Beberapa Aliran Linguistik Setelah Aliran Transformasional

1. Semantik Generatif[2]

Menjelang darsawarsa 70-an beberapa murid Chomsky, antara lain Postal, Lakoff, Mc Calwy dan Kiparsky sebagai reaksi terhadap Chomsky memisahkan diri dari Chomsky dan membentuk aliran sendiri. Kelompok Lakoff ini terkenal dengan sebutan semantik generatif.

Menurut teori semantik generatif, struktur semantik dan struktur sintaksis bersifat homogen, dan untuk menghubungkan kedua struktur itu cukup hanya dengan kaidah trensformasi saja, tidak perlu dengan kaidah sintaksis dasar, kaidah proyeksi[3] dan kaidah fonologi.

Menurutnya pula, sudah seharusnya semantik dan sintaksis diselidiki bersama sekaligus karena keduanya adalah satu. Struktur semantik itu serupa dengan struktur logika, berupa ikatan tidak berkala antara predikat dengan seperangkat argumen dalam suatu proposisi. Struktur logika itu bagannya seperti ini:

   Proporsi 


          Predikat                       Argumen1   .  .  .  .                     Argumen2

Atau dapat juga dirumuskan sebagai: Pred (Arg , Arg1 . . . Arg2).

Umpamanya kalimat  Nenek minum kopi strukturnya seperti ini:

Proposisi

 

               Pred                          Arg1                        Arg2

 

          minum                Nenek                 kopi

Atau dapat dirumuskan sebagai: MINUM (nenek, kopi). Jadi, proposisi kalimat itu mempunyai predikat yang berargumen dua. Kalimat “Nenek marah” adalah kalimat itu mempunyai predikat yang berargumen satu, yaitu MARAH (nenek). Sedangkan kalimat “Nenek membelikan adik baju baru” mempunyai predikat yang berargumen tiga, yakni BELI (nenek, adik, baju baru). Perhatikan bagan berikut:

Proposisi

 

               Pred                          Arg1                        Arg2                                Arg3

 

          beli                     Nenek                 adik                   baju baru

 

2. Tata Bahasa Kasus

Tata bahasa kasus pertama kali diperkenalkan oleh Charles J. Fillmore dalam karangannya yang berjudul The Case for Case (1968) yang dimuat dalam buku Bach, E Dan R. Hams Universal in Linguistic Theory, terbitan Holt Rinehart and Winston. Kemudian direvisi pada tahun 1970. Selain itu J. Anderson dalam bukunya The Grammar of Case (Cambridge University Press, 1971) dan W.L. Chafe dalam bukunya Meaning and the Structure of Language (The University of Chicago Press, 1970) memperkenalkan pula teori kasus yang agak berbeda.

Dalam karangannya yang terbit tahun 1968 Fillmore membagi kalimat atas:

1.      Modalitas, yang biasa berupa unsur negasi, kala, aspek dan adverbia

2.      Proposisi, yang terdiri dari sebuah verba disertai dengan sejumlah kasus.

Bagannya seperti ini:                     

                                                     Kalimat

 


   modalitas                                                                                  proposisi

   negasi

   kala[4]                                                         verba                  kasus1      kasus2       kasusn

   aspek

   adverbia

 

            Yang dimaksud dengan kasus dalam teori ini adalah hubungan antara verba dengan nomina. Verba disini sama dengan predikat, sedangkan nomina sama dengan argumen dalam teori semantik generatif. Hanya argumen dalam teori ini diberi label kasus. Misalnya dalam kalimat bahasa Inggris  John opened the door with the key: argumen1 John berkasus “pelaku”, argumen2 door berkasus “tujuan”, argumen3 key berkasus “alat”. Perhatikan bagan berikut:

                                                kalimat

 

              modalitas                                                       proposisi

 

 

                 kala                                       verba              pelaku           tujuan              alat    

 

                 past                                        open               John              door                key

 

makna sebuah kalimat dalam teori ini dirumuskan dalam bentuk:

                                    +   [ --- X, Y, Z ]

Tanda --- menandakan posisi verba dalam struktur semantis; sedangkan X, Y, dan Z adalah argumen yang berkaitandengan verba atau predikat itu yang biasanya diberi label kasus. Contoh kalimatnya:

                         OPEN  +   [ --- A, I, O  ]

                        A = Agent, pelaku

                        I = Instrument, alat

                        O = Object, tujuan

Dalam teori tahun 1968 Fillmore tidak membatasi jumlah kasus itu; tetapi dalam versi 1971 dibatasi atas kasus agent, experiencer, object, means, source,goal, dan referential. Yang dimaksud dengan agent adalah pelaku perbuatan atau yang melakukan suatu perbuatan, seperti perbuatan makan, menendang dan membawa. Yang dimaksud dengan experiencer  adalah yang mengalami peristiwa psikologis, seperti saya dan dia dalam kalimat “Saya tahu” dan “Dia merasa takut”. Object adalah sesuatu yang dikenai perbuatan, atau yang mengalami suatu proses seperti bola dan rumah dalam kalimat “Murid menendang bola” dan “Pak RT membangun rumah”. Yang dimaksud dengan source adalah keadaan, tempat, atau waktu yang sudah, seperti Bandung dalam kalimat “Bus itu datang dari Bandung”. Goal adalah keadaan, tempat, atau waktu yang kemudian seperti guru dalam kalimat “Dia mau jadi guru”. Sedangkan referential adalah acuan seperti Husin dalam kalimat “Husin temanku”.

            Dari uraian diatas dapat kita lihat adanya persamaan antara teori semantik generatif dengan teori kasus, yaitu sama-sama menumpukan teorinya pada predikat atau verba.

 

            Dan aliran ini memiliki ciri-ciri:

1.        Modifkasi tata bahasa Generatif transformatif

2.        Kajian pada hubungan internal antarunsur gramatikal dalam konstruksi kalimat (hubungan antara argumen (S) dengan predikator (P))

3.        Terpengaruh kaidah kasus dalam bahasa Sanskerta (inflektif)

4.        Kasus= pembeda makna kata, terlihat dalam perubahan bentuk.

Contoh: Adik makan bubur          analisis kasus

antarunsur: ……….

Adik (S) dan makan (P) berkasus agentif 'pelaku' Bubur (O) dengan makan (P) berkasus datif 'objek penderita'.  Berikut daftar kasus yang dikenal dalam berbagai bahasa berfleksi (lihat juga Samsuri, 1988:348):

a.      agentif (pelaku) ~ Leni menulis surat

b.      benefaktif (sasaran) ~ Buku ini untuk adik

c.      genetif (milik) ~ rumah seseorang

d.      instrumental (sarana) ~ Ibu membuka lemari dengan kunci duplikat

e.      objek (penderita) ~ Dokter memeriksa kesehatan nenek

f.       temporal (waktu) ~ Film akan diputar jam 21 WIB

g.      datif (dikenai tindakan verba) ~ Dia memukul sepeda itu

h.      komitatif (peranserta pada tindakan verba)

 

3. Tata Bahasa Relasional

Tata bahasa relasional muncul pada tahun 1970-an sebagai tantangan langsung terhadap beberapa asumsi yang paling mendasar dari teori sintaksis yang dicanangkan oleh tata bahasa transformasi. Tokoh-tokoh ini antara lain: David M. Perlmutter dan Paul M. Postal. Teori-teorinya bisa dibaca dalam karangan mereka, antara lain: Lectures on Relational Grammar (1974) dan Studies in Relational Grammar I (1983).

Sama halnya dengan tata bahasa transformasi tata bahasa relasional juga berusaha mencari kaedah kesemestaan bahasa. Menurut tata bahasa rasional, setiap struktur melibatkan tiga macam maksud, yaitu :

a.        Seperangkat simpai (nodes) yang menampilkan elemen-elemen di dalam suatu struktur.

b.       Seperangkat tanda relasional (relational sign) yang merupakan nama relasi gramatikal yang disandang oleh elemen-elemen itu dalam hubungannya dengan elemen lain.

c.        Seperangkat “Coordinates” yang dipakai untuk menunjukkan pada tataran manakah elemen itu menyandang relasi gramatikal tertentu terhadap elemen yang lain

Ketiga macam maujud diatas digambarkan ke dalam sebuah bentuk diagram. Misalnya, klausaAli memberi buku itu kepada saya dijabarkan kedalam diagram berikut:

Klausa tersebut mempunyai tiga buah nomina dan sebuah verba yang masing-masing saling bergantung satu sama lain, dan masing-masing membawakan satu relasi:

-        Nomina Ali membawakan relasi “subjek dari” (relasi-1)

-        Nomina buku membawakan relasi “objek langsung dari” (relasi-2)

-        Nomina saya membawakan relasi “objek tak langsung dari” (relasi-3)

-        Verba beri membawakan relasi “predikat dari” (relasi-P)

Kalimat di atas hanya terdiri dari satu tataran. Sekarang perhatikan kalimat berikut yang terdiri dari tiga buah tataran:

Saya memberi buku itu kepada Ali

Relasi grramatukal yang dilambangkan dengan skala 1, 2, dan 3 itu memiliki kedudukan yang khusus; ketiganya disebut “suku” (terms). Relasi diluar ketiga ini (misalnya benefaktif, lokstif, instrumental, dan sebagainya) disebut bukan suku (non-terms). Relasi yang bukan suku itu disebut pula “chomeur” (kata Perancis yang berarti “penganggur”), yakni konstituen yang kehilangan fungsi gramatikalnya, sehingga dijuluki “konstituen yang menganggur”. Sedangkan yang disebut suku diatas memiliki fungsi  gramatikal tertentu, misalnya, suku berperan didalam persesuaian verbal (erbal agreement), di daam pelepasan konstituen (nominal) yang berkoreferensi, didalam kemungkinan menjadi subjek dalam konstruksi pasif.

            Seperti dalam diagram diatas, Ali membawakan relasi 1 pada tataran I dan II, sedangkan pada tataran III membawakan relasi chomeur. Buku itu membawakan relasi-2 pada tataran I, sedangkan pada tataran II dan III membawakan membawakan relasi chomeur. Saya membawakan relasi-3 pada tataranI, membawakan relasi-2 pada tataran II, dan membawakan relasi-1 pada tataran III.

            Demikianlah teori singkat tata bahasa relasional mengenai sintaksis. Kiranya teori yang dikemukakan oleh tata bahasa relasional ini bukanlah teori yang terakhir dalam perkembangan linguistik dewasa ini. Masih banyak teori lain yang dikemukakan oleh ahli lain.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

     Berdasarkan penjelasan diatas, penyusun mengambil kesimpulan bahwa :

1.      Aliran semantik generatif  adalah suatu teori yang menganggap bahwa tidak perlu ada pembedaan antara tingkat semantik dan tingkat struktur batin, karena keduanya adalah sama sehingga sintaksis jauh lebih abstrak daripada teori Chomsky versi 1965, dan kaidah proyeksi tidak diperlukan lagi.

2.      Dalam teori tata bahasa kasus, kasus disini adalah hubungan antara verba (predikat) dengan nomina (argumen). Jadi teori ini ada persamaan dengan teori semantik generatif, yakni sama-sama menumpukan pada predikat (verba).

3.     Tata bahasa relasional muncul untuk mengoreksi teori sintaksis dari tata bahasa transformasional, yang dianggap hanya bisa diterapkan di bahasa Inggris saja, bukan ke bahasa lain.



[1] Gramatika transformasi generatif adalah teori linguistik yang diajarkan oleh Noam Chomsky yang menyatakan bahwa tujuan linguistik adalah menemukan apa yang semesta dan teratur dalam kemampuan manusia untuk memahami dan menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal sekalipun belum di dengar sebelumnya. Kalimat dianggap sebagai satuan dasar, dan hubungan antara unsur-unsur dalam strukturkalimat diuraikan atas abstraksi yang disebut kaidah struktur frase dan kaidah transformasi. Organisasi gramatika dianggap mempunyai komponen-komponen strukturfrase, transformasi, fonologi dan semantik (gramatika disini sama dengan sintaksis dalam teori lain); yang ditekankan teori ini adalah pendalaman teori yang konsisten yang dapat menjelaskan dan merumuskan secara eksplisit struktur bathin sebuah kalimat. Dalam teori inilah dipakai konsep-konsep seperti competence dan performance, kegramatikalan, struktur batin, struktur lahir, fonologi generatif, ciri-ciri pembeda (yang dipinjam dari teori aliran Praha).

[2] Semantik generatif adalah teori yang menganggap bahwa tidak perlu ada pembedaan antara tingkat semantik dan tingkat struktur batin, karena keduanya adalah sama sehingga sintaksis jauh lebih abstrak daripada teori Chomsky versi 1965, dan kaidah proyeksi tidak diperlukan lagi; suatu bid’ah atas pandangan Chomsky. Kamus Linguistik Edisi Keempat, Harimurti Kridalaksana,PT. Gramedia, Jakarta, 2009

[3] Perangkat kaidah untuk menghubungkan makna kata-kata menjadi makna kalimat sesuai dengan hubungan –hubungan sintaktis; kaidah yang memberikan tafsiran semantis pada struktur sintaktis. -----Ibid hal 102

[4] Kala menyangkut waktu atau saat dilakukannya apa yang diartikan oleh verba. Banyak bahasa memiliki kala “kini” atau kala “presen”, kala “lampau” atau “preterit”, dan kala “futur”. ---- J.M.W. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, Gadjah Mada University Press


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar

Introduction