Minggu, 29 Januari 2023 | By: namakuameliya

revisi METODE ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

 

METODE ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

A.           PENDAHULUAN

 Bagi kalangan non-Arab (‘ajam) secara umum, bahasa Arab masih terkesan sulit dan rumit. Padahal, secara linguistik, setiap bahasa di dunia ini memiliki dua sisi berbeda: kesulitan dan sisi kemudahannya sekaligus. Hal ini tergantung pada karakteristik (khashais) sistem bahasa itu, baik dari segi fonologi, morfologi, maupun sintaksis dan simantiknya. sekarang banyak pemakai bahasa yang tidak menyadari bahwa bahasa yang digunakan tidak benar atau masih terdapat kesalahan-kesalahan. Dengan diadakan analisis kesalahan berbahasa ini diharapkan para pelajar mahasiswa yang berada pada jurusan bahasa khususnya dapat mengetahui kesalahan yang seringkali dilakukan serta berusaha untuk segera memperbaikinya yang kelak  diharapkan akan menjadi guru yang profesional.

Analisis kesalahan lahir sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap analisis kontrastif. Salah satu tokohnya ialah Jack C. Richards. Dia berpendapat bahwa unsur “ramalan” pada analisis kontrastif tidaklah selalu benar kecuali pada tingkat fonologi. Meskipun demikian, aktivitas analisis kesalahan ini dapat menjadi pelengkap aktivitas analisis kontrastif.

Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang Metode Analisis Kesalahan Berbahasa, yang dipaparkan dalam beberapa subjudul yaitu; Definisi metode analisis kesalahan berbahasa, klasifikasi kesalahan berbahasa, metode analisis kesalahan, metode pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi masalah kesalahan berbahasa, contoh  analisis kesalahan berbahasa, dan aplikasi dan manfaat  penggunan metode analisis kesalahan berbahasa

 

B.   DEFINISI METODE ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

1.    DEFINISI ANALISIS

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata analisis artinya penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya);

Analisa secara etimologi berasal dari kata Yunani Kuno “analusis” yang berarti melepaskan. Analusis terbentuk dari dua suku kata yaitu “ana” yang berarti kembali dan “luein” yang berarti melepas.[1] Menurut Gorys Keraf, analisis adalah sebuah proses untuk memecahkan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lainnya.[2] Kata analisa atau analisis banyak digunakan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan tidak terkecuali ilmu Bahasa.

 

2.        PENGERTIAN KESALAHAN

Adapun dalam studi pembelajaran bahasa, penyimpangan berbahasa biasa dibedakan menjadi kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake).[3] Atau ada juga yang menyebut error sebagai kesilapan berbahasa dan mistake diterjemahkan sebagai kekeliruan, sedangkan Tarigan menyebutnya dengan kegalatan.[4]

Namun menurut Baradja, kesalahan merupakan penyimpangan atau deviasi yang bersifat ajek, sistematis dan menggambarkan kompetensi pembelajar pada tahap tertentu, sedangkan menurut Corder, tipe kesalahan dapat berubah-ubah sesuai dengan tataran pembelajar. Hal ini disebabkan kesalahan merefleksi pola bahasa pembelajar ketika mempelajari bahasa target[5]

Adapun dalam studi pembelajaran bahasa, penyimpangan berbahasa biasa dibedakan menjadi kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake).[6] Atau ada juga yang menyebut error sebagai kesilapan berbahasa dan mistake diterjemahkan sebagai kekeliruan, sedangkan Tarigan menyebutnya dengan kegalatan.[7]

Sedangkan menurut Corder ada dua macam kesalahan yang dibuat oleh peserta didik, yaitu:

a) Bentuk-bentuk kesalahan berbahasa yang menunjukan adanya transitional competence yang disebut error, dan

 b) kesalahan-kesalahan yang sifatnya random, tidak sistematis yang di sebut dengan mistake. 

kekeliruan merupakan penyimpangan yang bersifat tidak ajek, tidak sistematis dan tidak menggambarkan kemampuan pembelajar pada tahap tertentu. Kekeliruan dimaksud hanya disebabkan oleh faktor fisik, misalnya kelelahan dan kelesuan atau faktor psikis lain, misalnya kesedihan, kegembiraan yang amat sangat dan kemarahan yang meluap-luap. Dengan demikian kekeliruan hanya berkaitan dengan performansi pembelajar.[8]

3.        PENGERTIAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

Tarigan mengatakan  bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan guru, yang mencakup pengumpulan bahasa sampel pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut, pendeskipsian kesalahan itu pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan serta pengevaluasian keseriusannya.[9]

Analisis kesalahan adalah analisis yang mendalam mengenai kesalahan-kesalahan pada pelajar bahasa target. Dan ini mencakup tipe-tipe kesalahan berbahasa, dan sebab-sebab kesalahan. Seorang guru yang baik wajib mengoreksi siswa saat ia melihat adanya penyimpangan kebahasaan yang dilakukan oleh siswa tersebut. Ia juga harus menemukan sumber serta penyebab terjadinya kesalahan-kesalahan itu. Kesalahan-kesalahan yang telah ditemukan kemudian diklasifikasikan berdasarkan sifat dan jenis kesalahannya lalu ditetapkan daerah kesalahannya. Langkah-langkah yang dikerjakan oleh seorang guru inilah yang disebut dengan analisis kesalahan.[10]

Menurut  Piet Corder dalam bukunya yang berjudul Introducing Applied Linguistics bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga merupakan tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode. Si pembelajar bahasa belum menginternalisasikan kaidah bahasa (kedua) yang dipelajarinya. Dikatakan oleh Corder bahwa baik penutur asli maupun bukan penutur asli sama-sama mempunyai kemugkinan berbuat kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa Arab adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Arab baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Adapun sistem kaidah bahasa Indonesia yang digunakan sebagai standar acuan atau kriteria untuk menentukan suatu bentuk tuturan salah atau tidak adalah sistem kaidah bahasa baku. Kodifikasi kaidah bahasa baku dapat kita lihat dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Karakteristik bahasa baku antara lain adalah sebagai berikut.[11]

Dalam bukunya yang berjudul “Common Error in Language Learning” H.V. George mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan (unwanted form) khususnya suatu bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran bahasa.[12]

Corder (1974. 122-154) mengatakan bahwa analisis kesalahan merupakan suatu aktivitas yang mengkaji kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh seorang pelajar BT dalam proses belajar mengajar BT tersebut.

 

C.           KLASIFIKASI KESALAHAN BERBAHASA

Berdasarkan taksonomi nya, kesalahan dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu: kesalahan kategori linguistik, kesalahan performansi, kesalahan komparasi, kesalahan efek komunikasi.[13]

1.            Klasifikasi Kesalahan Kategori Linguistik Kesalahan Kategori Linguistik Meliputi Kesalahan:

a)   Fonologi, yaitu kesalahan yang berkaitan dengan bunyi-bunyi bahasa, dalam bahasa Arab hal ini terkait erat dengan makharij alhuruf

b)    morfologi, yaitu kesalahan yang berkaitan dengan pemakaian tata bentuk kata atau dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah sharaf

c)    sintaksis, yaitu kesalahan yang berkaitan dengan pemakaian tata kalimat atau dalam bahasa Arab lebih popular dengan istilah nahwu

d)    semantic, yaitu kesalahan yang berkaitan dengan kesalahan pemakaian makna bahasa yang dalam bahasa arab dikenal dengan istilah ilmu dilalah

e)    leksikon, yaitu kesalahan yang berkaitan dengan pemakaian kosa kata dan ungkapan

f)    kesalahan wacana, yaitu kesalahan yang berkaitan dengan kesalahan ujaran dalam suatu tema tertentu.

2.            Klasifikasi Kesalahan Kategori Performansi Kesalahan Kategori Performansi Meliputi Kesalahan:

a)            Menghindarkan atau menghilangkan butir-butir penting

b)           Menambahkan suatu unsure yang mubadzir

c)            Salah memformasikan butir-butir

d)           Salah menyusun butir-butir kebahasaan.[14]

Penghilangan butir-butir penting ditandai dengan ketidak hadiran nya suatu unsur bahasa yang seharusnya ada dalam suatu ujaran yang baik dan benar, dan pada umunya morfem yang dihilangkan adalah morfem gramatikal daripada morfem penuh. Morfem gramatikal dalam bahasa Arab bisa berupa huruf secara umum sedangkan morfem penuh bisa berupa nomina (الإسم ,(verba (الفعل ,(adjektiva (الصفة (dan adverbia (kata keterangan), bisa berupa keterangan waktu dan tempat.

Morfem gramatikal mempunyai sedikit peranan dalam penyampaian makna suatu kalimat. Karena peranannya yang sedikit itu jadi pembicara terkadang tanpa sadar telah melakukan kesalahan denan menghilangkan morfem-morfem tertentu. Kesalahan ini memang tidak dirasakan oleh partisipan karena makna kalimat masih dapat di pahami.

Kesalahan penambahan ganda ditandai oleh kehadiran suatu unsur bahasa yang seharusnya tidak perlu dalam ujaran yang baik dan benar. Setiap bahasa memiliki kaidah, misalnya kaidah fonologi, semantik, morfologi dan sintaksis. Kesalahan dalam memformulasikan butir-butir tersebut diistilahkan oleh Ellis dengan overgeneralisasi. adapun contoh overgeneralisasi dalam bahasa Inggris seperti verba eat bukan menjadi ate pada bentuk ketiga (past) akan tetapi menjadi eated, come menjadi comed bukan come dan put menjadi puted bukan put. Sedangkan dalam bahasa Arab contoh overgeneralisasi adalah seperti bentuk jamak dari صالح  menjadi dan bentuk jama’ dari صالحون مسلم  menjadi مسلمون  maka seorang pembelajar bisa saja melakukan kesalahan dengan mengatakan bentuk jama’ dari kata عالم  menjadi عالمون  bukan علماء  contoh lain juga seperti bentuk jamak dari كتاب  menjadi كتابون yang seharusnya كتب

Bentuk kesalahan yang lain adalah salah susun. Salah susun ditandai oleh pemakaian morfem atau struktur yang salah atau penempatan morfem yang tidak benar dalam suatu ujaran. Contohnya dalam bahasa Inggris He is all the time late seharusnya He is late all the time. [15]Sedangkan contoh dalam ,محمد يذهب الى المكتب  seharusnya الى المكتب محمديذهب  seperti Arab bahasa الجامعة الى يدرس محمود  seharusnya الجامعة الى محمود يدرس

3.        Klasifikasi Kategori Komparasi

Kesalahan kategori komparasi didasarkan pada perbandingan antara struktur kesalahan bahasa target dan tipe-tipe kontruksi lainnya. Kesalahan komparasi tersebut meliputi:

a)       Kesalahan perkembangan adalah kesalahan yang sama dengan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar bahasa target sebagai bahasa ibu dan sebaliknya.

b)       Kesalahan antar bahasa adalah kesalahan yang semata-mata mengacu pada kesalahan bahasa target yang mencerminkan struktur bahasa ibu, tanpa menghiraukan proses internal atau kondisi eksternal yang menyebabkannya. Dalam perkembangannya, kadang-kadang secara otomatis bahasa ibu turut campur tangan atau berinterferensi dengan bahasa target yang sedang dipelajari, karena itu interferensi merupakan salah satu faktor penyebab kesalahan berbahasa,interferensi itu sendiri merupakan produk dari kedwibahahasaan yang berarti penggunaan dua bahasa sebagai alat komunikasi. Seperti orang-orang Amerika keturunan Perancis, Italia, Yahudi, Indian, Spanyol menggunakan dua bahasa sebagai alat komunikasi yaitu bahasa ibu (atau bahasa pertama) dan bahasa Inggris (atau bahasa kedua).

Begitu pula dengan bangsa Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesia apabila mereka berkomunikasi antar suku. Didalam lingkungan keluarga atau sukunya, mereka berkomunikasi dengan bahasa daerah seperti bahasa-bahasa Sunda, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Aceh, Melayu dan lain sebagainya.

Pada umumnya kesalahan interferensi adalah kesalahan struktur kalimat atau frase yang berekuevalen secara semantik antara bahasa ibu dengan bahasa target. Contoh pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa target yang dipelajari oleh pembelajar yang memiliki latar belakang bahasa ibu bahasa jawa, seperti: Ani duduk dibelakang sendiri, seharusnya Ani duduk paling belakang. Atau sepedanya Toni di curi orang, seharusnya sepeda Toni dicuri orang.[16]

Contoh kasus seperti ini dalam bahasa Arab adalah penggunaan jumlah ismiyah yang lebih banyak dalam karangan dari pada penggunaan jumlah fi’liyah, hal tersebut sesungguhnya tidak dapat dikategorikan sebagai kesalahan berbahasa, hanya saja sebagai contoh pengaruh pola pikir dan pengaruh dari bahasa ibu.

Interferensi merupakan salah satu faktor penyebab kesalahan berbahasa, interferensi itu sandiri merupakan produk dari kedwibahasaan. Kedwibahasaan terjadi kaarena pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa mungkin melalui jalur pendidikan atau pengajaran bahasa informal (dirumah, dilingkungan sekitar dan sebagainya) dan jalur pendidikan atau jalur formal (di sekolah atau lembaga pendidikan yang lain) ataupun melalui kedua jallur itu secara simultan

Memahami kesalahan berbahasa tidak mungkin dilakukan secara tuntas tanpa pemahaman yang baik terhadap interferensi, kedwibahasaan, pemerolehan bahasa dan pengajaran bahasavyang erat berhubungan satu sama lain. Pada gilirannya pemahaman kesalahan berbahasa memberikan umpan balik bagi penyempurnaan program pengajaran bahasa.

c). Kesalahan taksa atau ambiguous error adalah kesalahan yang mencerminkan bahasa asli pembelajar, dan kata taksa disini tidak ada hubungannya dengan menduanya suatu makna.[17] Misalnya dalam bahasa Arab ketika seseorang ingin mengungkapkan saya tidak punya uang maka yang diungkapkannya dalam bahasa Arab adalah seharusnya لانقود  أنا seharusnya نقود عندى ما

 d). Kesalahan unik, kesalahan ini mencakup bentuk-bentuk kesalahan yang tidak dapat digolongkan dalam kategori kesalahan taksa ataupun kesalahan antar bahasa.

 4.  Klasifikasi Kategori Efek Komunikasi

 Pusat perhatian dari klasifikasi kategori kesalahan efek komunikasi adalah pembedaan kesalahan-kesalahan yang menyebabkan salah komunikasi dan yang tidak menyebabkan salah komunikasi.10 Contohnya dalam bahasa Arab: مسئلة؟ عندكم هل sesungguhnya yang dimaksud adalah سؤال؟ عندكم هل .

 

D.      METODE ANALISIS KESALAHAN

          Langkah-langkah tertentu inilah yang dimaksud dengan metodologi analisis kesalahan. Untuk memperjelas uraian sebelumnya urut-urutan langkah kerja yang dimaksud sebagai berikut.

1. Mengumpulkan data berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh si pembelajar

    bahasa (siswa), misalnya berupa hasil ulangan, karangan, atau percakapan.

2. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kesalahan dengan cara mengenali dan memilah-milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan, misalnya kesalahan pelafalan, pembentukan kata, penggabungan kata, dan penyusunan kalimat.

3. Menyusun peringkat kesalahan, seperti mengurutkan kesalahan berdasarkan frekuensi atau keseringannya.

4. Menjelaskan kesalahan: menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan memberikan contoh yang benar.

5. Memperkirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan:

    meramalkan tataran bahasa yang dipelajari yang potensial menyebabkan

    kesa\ahan.

6. Mengatasi kesalahan: memperbaiki kesalahan, bila mungkin menghilangkan     kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan teknik pengajaran yang serasi (Tarigan, 1990:71).

Sedangkan  Corder (1974) menawarkan lima langkah analisis kesalahan yaitu:

1)           Mengumpulkan contoh kesalahan dari pembelajar bahasa

2)           Mengidentifikasi kesalahan pembelajar bahasa

3)           Mendeskripsikan kesalahan pembelajar bahasa

4)           Menjelaskan kesalahan pembelajar bahasa,dan

5)           Mengevaluasi kesalahan pembeljar bahasa

 

E.           Metode Pembelajaran Yang Sesuai untuk Mengatasi Masalah Kesalahan berbahasa.

Untuk meminimalisai adanya kesalahan berbahasa arab di bidang morfologi (kata), diperlukan sebuah metode yang tepat. Kami merekomendasikan metode pengajaran bahasa Arab tradisional.

Metode pengajaran bahasa Arab tradisional adalah metode pengajaran bahasa Arab yang terfokus pada “bahasa sebagai budaya ilmu” sehingga belajar bahasa Arab berarti belajar secara mendalam tentang seluk-beluk ilmu bahasa Arab, baik aspek gramatika/sintaksis (Qowaid nahwu), morfem/morfologi (Qowaid as-sharf) ataupun sastra (adab). Metode yang berkembang dan masyhur digunakan untuk tujuan tersebut adalah Metode qowaid dan tarjamah. Metode tersebut mampu bertahan beberapa abad, bahkan sampai sekarang pesantren-pesantren di Indonesia, khususnya pesantren salafiah masih menerapkan metode tersebut.

F.           CONTOH  ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

Berikut beberapa contoh kesalahan-kesalahan para pelajar  dalam perspektif gramatikal bahasa Arab, baik dari tinjauan morfonnya, juga dari kedudukan kata dalam kalimat atau teks bahasa Arab.

1.            Pertama, kata Mã aharru asy-syahr (ما أحرُّ الشهرُ), dengan men-dammah-kan huruf (ر) adalah sebuah kesalahan. Yang benar harus di-fathah-kan. Sengaja penulis mengarsipkan contoh tersebut. Karena kesalahan ini merupakan fenomena cikal-bakal perintisan ilmu bahasa Arab; menjadi salah satu indikator munculnya ilmu Nahwu. Sebagaimana dilakoni oleh Abu Aswad Adduali dan putrinya.

2.            Pada kalimat Nabhats maudû’al jadîd (نَبْحَثُ مَوْضُوْعَ اْلجَدِيْدَ ). Dalam kaidah ilmu nahwu, kalimat tersebut disebut na’at man’ut, atau penyifatan. Na’at adalah sifat, sedangkan man’ut adalah yang disifati. Kata (اْلجَدِيْد ) menjadi sifat, sedangkan (مَوْضُوْعَ ) adalah yang disifati. Dalam kaidahnya, kata sifat harus mengikuti kata yang disifati, pada semua aspeknya. Jika kata yang disifati mudzakkar, maka sifatnya juga harus mudzakar; jika yang disifati nakirah, demikian juga sifatnya harus dari nomina nakirat. Dalam kalimat di atas, kata (مَوْضُوْعَ) adalah nomina mudzakkar yang nakirah, maka seharusnya kata (اْلجَدِيْد) sebagai sifat harus juga nomina yang mudzakar-nakirah. Maka yang benar susunan kalimat tersebut adalah Nabhats maudû’an jadîdan (نَبْحَثُ مَوْضُوْعاً جَدِيْداً ).

3.            Kalimat Urîdu ata’allamu ( أُرِيْدُ أَتَعَلَّمُ) adalah kesalahan yang kerap kali dijumpai pelajar dalam penyusunan kalimat Arab. Kalimat tersebut terdiri dari dua kata kerja: urîdu (mau/ menginginkan), dan ata’allamu (saya belajar). Dalam kaidah bahasa Arab, dua kata kerja seperti itu harus dipisahkan dengan harf nasb (أَنْ). Maka kalimat tersebut seharusnya Urîdu an ata’allama ( أُرِيْدُ أَنْ أَتَعَلَّمَ).[18]

G.          APLIKASI DAN MANFAAT  PENGGUNAN METODE ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

Pembetulan kesalahan berbahasa dalam pembelajaran  sebaiknya tidak di dominasi oleh guru karena kurang menguntungkan dalam proses belajar mengajar bahasa target, karena itu dalam aplikasinya method ini dapat divariasikan sebagai berikut:[19]

Pertama, guru membetulkan kesalahan, sedangkan pembelajar hanya mengikuti atau memperhatikan langkah guru,

Kedua, guru bersama-sama dengan pembelajar membetulkan kesalahan, artinya pembelajar membetulkan kesalahan dengan bimbingan guru,

Ketiga, sesama pembelajar saling membetulkan kesalahan diantara temannya, sedangkan guru memotivasi dan sekedar mengawasi,

Keempat, guru memberikan penguatan apabila betul dan membetulkan jika semua pembelajar tidak mampu membetulkan kesalahan yang terjadi

Kelima, pembelajar yang membuat kesalahan itu sendiri berusaha membetulkan kesalahannya. Guru dapat memberi petunjuk atau menyerahkan sepenuhnya kepada pembelajar untuk membetulkan kesalahan yang telah diperbuat

Kekurangan metode ini adalah ketika guru membetulkan kesalahan pembelajar secara langsung yang mungkin akan berdampak psikologis pada pembelajar yang melakukan kesalahan berbahasa tersebut.

Sedangkan kelebihan metode ini adalah :

1.            Analisa kesalahan tidak mengalami keterbatasan penjelasan

2.            Dapat menunjukan banyak tipe kesalahan yang dilakukan para siswa

3.            Analisa kesalahan menyajikan data yang actual dan problem yang konkret

4.            lebih ekonomis dan efisien dibandingkan dengan analisa kontrastif

5.            Analisa kesalahan tidak dihadapkan dengan teori dan hipotesis yang rumit.

 Bila guru telah menemukan kesalahan-ke-salahan, guru dapat mengubah metode dan teknik mengajar yang digunakan, dapat menekankan aspek bahasa yang perlu diperjelas, dapat menyusun rencana pengajaran remedial, dan dapat menyusun program pengajaran bahasa itu sendiri. Dengan demikian jelas bahwa antara analisis kesalahan dengan bidang kajian yang lain, misalnya pengelolaan kelas, interaksi belajar-mengajar, perencanaan pengajaran, pengajaran remedial, penyusunan ujian bahasa, dan bahkan pemberian pekerjaan rumah ada hubungan timbal balik.

 

 

 

 

KESIMPULAN

Bentuk-bentuk kesalahan pembelajar mencerminkan tahapan perkembangan proses pemerolehan bahasa mereka, bentuk-bentuk kesalahan juga menggambarkan urutan perkembangan pemerolehan Bahasa mereka.dengan kata lain, bentuk-bentuk kesalahan pembelajar yang ingin menguasai bahasa asing mencerminkan penguasaan pemerolehan Bahasa mereka. Analisa Kesalahan adalah kajian dan analisa mengenai kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh peserta didik atau pembelajar dalam usahanya untuk menguasai bahasa target, analisa kesalahan dapat dikategorikan sebagai sebuah metode ketika sampai pada taraf aplikasi langsung antara pengajar dan pembelajar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Dulay dkk &Tarigan dalam Strategi Penguasaan Berbahasa.

Jos Danial Parera. 1997. Linguistik Terapan. Jakarta: Erlangga.

Pringgawidagdelajara, Suwarna. 2002. Strategi Penguasaan Berbahasa. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Tarigan, Harry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa, Jakarta: Dirjen Dikti.

Tarigan, Harry Guntur. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Bahasa. Bandung : Angkasa

http://kbbi.web.id/

http://pengertiandefinisi.com/pengertian-analisa-menurut-ahli/,.

https://takberhentiberharap.wordpress.com/2011/05/30/analisis-kesalahan-berbahasa/

 

 



[3] Suwarna Pringgawidagdelajara, Strategi Penguasaan Berbahasa, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2002) H 161

[4] HG.Tarigan, Pengajaran pemerolehan bahasa, (Jakarta: Dirjen Dikti,1988), h.273

[5] Dulay dkk. &Tarigan dalam Strategi Penguasaan Berbahasa

[6] Suwarna Pringgawidagdelajara, Strategi Penguasaan Berbahasa, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2002) H 161

[7] HG.Tarigan, Pengajaran pemerolehan bahasa, (Jakarta: Dirjen Dikti,1988), h.273

 

[8] 1 Suwarna Pringgawidagdelajara, Strategi Penguasaan Berbahasa, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2002), h 161-162

[9] H.G Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Bahasa (Bandung : Angkasa 1988) hal. 300

 

[10] http://destiarya.blogspot.co.id/2011/10/tahlilul-akhtho-analisis-kesalahan.html

[11] https://gemasastrin.wordpress.com/2009/06/14/analisis-kesalahan-berbahasa/

[12] https://takberhentiberharap.wordpress.com/2011/05/30/analisis-kesalahan-berbahasa/

[13] Dulay dkk. &Tarigan dalam Strategi Penguasaan Berbahasa

[14] Dulay dkk. &Tarigan dalam Strategi Penguasaan Berbahasa

[15] Dulay dkk. &Tarigan dalam Strategi Penguasaan Berbahasa

[16] Dulay dkk. &Tarigan dalam Strategi Penguasaan Berbahasa h 165-166

[17] Dulay dkk. &Tarigan dalam Strategi Penguasaan Berbahasa 165-166

[18] https://takberhentiberharap.wordpress.com/2011/05/30/analisis-kesalahan-berbahasa/

[19] Jos Danial Parera, Linguistik Terapan, (Jakarta; Erlangga, 1997), hlm.95


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar

Introduction