METODE ANALISIS KESALAHAN
BERBAHASA
A.
PENDAHULUAN
Bagi kalangan non-Arab (‘ajam) secara umum,
bahasa Arab masih terkesan sulit dan rumit. Padahal, secara linguistik, setiap
bahasa di dunia ini memiliki dua sisi berbeda: kesulitan dan sisi kemudahannya
sekaligus. Hal ini tergantung pada karakteristik (khashais) sistem bahasa itu,
baik dari segi fonologi, morfologi, maupun sintaksis dan simantiknya. sekarang
banyak pemakai bahasa yang tidak menyadari bahwa bahasa yang digunakan tidak
benar atau masih terdapat kesalahan-kesalahan. Dengan diadakan analisis
kesalahan berbahasa ini diharapkan para pelajar mahasiswa yang berada pada
jurusan bahasa khususnya dapat mengetahui kesalahan yang seringkali dilakukan
serta berusaha untuk segera memperbaikinya yang kelak diharapkan akan menjadi guru yang
profesional.
Analisis
kesalahan lahir sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap analisis kontrastif.
Salah satu tokohnya ialah Jack C. Richards. Dia berpendapat bahwa unsur
“ramalan” pada analisis kontrastif tidaklah selalu benar kecuali pada tingkat
fonologi. Meskipun demikian,
aktivitas analisis kesalahan ini dapat menjadi pelengkap aktivitas analisis
kontrastif.
Dalam makalah ini penulis akan
membahas tentang Metode Analisis Kesalahan Berbahasa, yang dipaparkan dalam
beberapa subjudul yaitu; Definisi metode analisis kesalahan berbahasa, klasifikasi
kesalahan berbahasa, metode analisis kesalahan, metode pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi masalah
kesalahan berbahasa, contoh analisis kesalahan berbahasa, dan aplikasi dan manfaat penggunan metode analisis kesalahan berbahasa
B. DEFINISI METODE ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
1. DEFINISI ANALISIS
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
kata analisis artinya penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,
perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
(sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya);
Analisa
secara etimologi berasal dari kata Yunani Kuno “analusis” yang berarti
melepaskan. Analusis terbentuk dari dua suku kata yaitu “ana” yang berarti
kembali dan “luein” yang berarti melepas.[1] Menurut Gorys Keraf,
analisis adalah sebuah proses untuk memecahkan sesuatu ke dalam bagian-bagian
yang saling berkaitan satu sama lainnya.[2] Kata analisa atau analisis
banyak digunakan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan tidak terkecuali ilmu
Bahasa.
2.
PENGERTIAN
KESALAHAN
Adapun
dalam studi pembelajaran bahasa, penyimpangan berbahasa biasa dibedakan menjadi
kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake).[3] Atau ada juga yang
menyebut error sebagai kesilapan berbahasa dan mistake diterjemahkan sebagai
kekeliruan, sedangkan Tarigan menyebutnya dengan kegalatan.[4]
Namun
menurut Baradja, kesalahan merupakan penyimpangan atau deviasi yang bersifat
ajek, sistematis dan menggambarkan kompetensi pembelajar pada tahap tertentu,
sedangkan menurut Corder, tipe kesalahan dapat berubah-ubah sesuai dengan
tataran pembelajar. Hal ini disebabkan kesalahan merefleksi pola bahasa
pembelajar ketika mempelajari bahasa target[5]
Adapun dalam studi pembelajaran bahasa,
penyimpangan berbahasa biasa dibedakan menjadi kesalahan (error) dan kekeliruan
(mistake).[6] Atau ada juga yang
menyebut error sebagai kesilapan berbahasa dan mistake diterjemahkan sebagai
kekeliruan, sedangkan Tarigan menyebutnya dengan kegalatan.[7]
Sedangkan menurut Corder ada dua macam
kesalahan yang dibuat oleh peserta didik, yaitu:
a)
Bentuk-bentuk kesalahan berbahasa yang menunjukan adanya transitional
competence yang disebut error, dan
b) kesalahan-kesalahan yang sifatnya random,
tidak sistematis yang di sebut dengan mistake.
kekeliruan merupakan penyimpangan yang
bersifat tidak ajek, tidak sistematis dan tidak menggambarkan kemampuan
pembelajar pada tahap tertentu. Kekeliruan dimaksud hanya disebabkan oleh
faktor fisik, misalnya kelelahan dan kelesuan atau faktor psikis lain, misalnya
kesedihan, kegembiraan yang amat sangat dan kemarahan yang meluap-luap. Dengan
demikian kekeliruan hanya berkaitan dengan performansi pembelajar.[8]
3.
PENGERTIAN
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
Tarigan mengatakan bahwa analisis kesalahan
berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan guru,
yang mencakup pengumpulan bahasa sampel pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan
yang terdapat dalam sampel tersebut, pendeskipsian kesalahan itu
pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan serta
pengevaluasian keseriusannya.[9]
Analisis
kesalahan adalah analisis yang mendalam mengenai kesalahan-kesalahan pada
pelajar bahasa target. Dan ini mencakup tipe-tipe kesalahan berbahasa, dan
sebab-sebab kesalahan. Seorang guru yang baik wajib mengoreksi siswa saat ia
melihat adanya penyimpangan kebahasaan yang dilakukan oleh siswa tersebut. Ia
juga harus menemukan sumber serta penyebab terjadinya kesalahan-kesalahan itu.
Kesalahan-kesalahan yang telah ditemukan kemudian diklasifikasikan berdasarkan
sifat dan jenis kesalahannya lalu ditetapkan daerah kesalahannya.
Langkah-langkah yang dikerjakan oleh seorang guru inilah yang disebut dengan
analisis kesalahan.[10]
Menurut Piet Corder dalam bukunya yang berjudul
Introducing Applied Linguistics bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa
adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya
bersifat fisik, melainkan juga merupakan tanda kurang sempurnanya pengetahuan
dan penguasaan terhadap kode. Si pembelajar bahasa belum menginternalisasikan
kaidah bahasa (kedua) yang dipelajarinya. Dikatakan oleh Corder bahwa baik
penutur asli maupun bukan penutur asli sama-sama mempunyai kemugkinan berbuat
kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa Arab adalah pemakaian bentuk-bentuk
tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang
menyimpang dari sistem kaidah bahasa Arab baku, serta pemakaian ejaan dan tanda
baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan
sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Adapun sistem kaidah bahasa Indonesia yang digunakan sebagai standar acuan atau
kriteria untuk menentukan suatu bentuk tuturan salah atau tidak adalah sistem
kaidah bahasa baku. Kodifikasi kaidah bahasa baku dapat kita lihat dalam buku
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Karakteristik bahasa baku antara lain adalah
sebagai berikut.[11]
Dalam
bukunya yang berjudul “Common Error in Language Learning” H.V. George
mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan
yang tidak diinginkan (unwanted form) khususnya suatu bentuk tuturan
yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran bahasa.[12]
Corder (1974.
122-154) mengatakan bahwa analisis kesalahan merupakan suatu aktivitas yang mengkaji kesalahan-kesalahan
yang dibuat oleh seorang pelajar BT dalam proses belajar mengajar BT tersebut.
C.
KLASIFIKASI KESALAHAN BERBAHASA
Berdasarkan
taksonomi nya, kesalahan dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu: kesalahan
kategori linguistik, kesalahan performansi, kesalahan komparasi, kesalahan efek
komunikasi.[13]
1.
Klasifikasi
Kesalahan Kategori Linguistik Kesalahan Kategori Linguistik Meliputi Kesalahan:
a)
Fonologi, yaitu
kesalahan yang berkaitan dengan bunyi-bunyi bahasa, dalam bahasa Arab hal ini
terkait erat dengan makharij alhuruf
b)
morfologi, yaitu kesalahan yang berkaitan
dengan pemakaian tata bentuk kata atau dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah
sharaf
c)
sintaksis, yaitu kesalahan yang berkaitan
dengan pemakaian tata kalimat atau dalam bahasa Arab lebih popular dengan
istilah nahwu
d)
semantic, yaitu kesalahan yang berkaitan
dengan kesalahan pemakaian makna bahasa yang dalam bahasa arab dikenal dengan
istilah ilmu dilalah
e)
leksikon, yaitu kesalahan yang berkaitan
dengan pemakaian kosa kata dan ungkapan
f)
kesalahan wacana,
yaitu kesalahan yang berkaitan dengan kesalahan ujaran dalam suatu tema
tertentu.
2.
Klasifikasi
Kesalahan Kategori Performansi Kesalahan Kategori Performansi Meliputi
Kesalahan:
a)
Menghindarkan atau
menghilangkan butir-butir penting
b)
Menambahkan suatu
unsure yang mubadzir
c)
Salah
memformasikan butir-butir
d)
Salah menyusun
butir-butir kebahasaan.[14]
Penghilangan butir-butir penting ditandai
dengan ketidak hadiran nya suatu unsur bahasa yang seharusnya ada dalam suatu
ujaran yang baik dan benar, dan pada umunya morfem yang dihilangkan adalah
morfem gramatikal daripada morfem penuh. Morfem gramatikal dalam bahasa Arab
bisa berupa huruf secara umum sedangkan morfem penuh bisa berupa nomina (الإسم ,(verba (الفعل ,(adjektiva
(الصفة (dan adverbia (kata keterangan), bisa
berupa keterangan waktu dan tempat.
Morfem gramatikal mempunyai sedikit
peranan dalam penyampaian makna suatu kalimat. Karena peranannya yang sedikit
itu jadi pembicara terkadang tanpa sadar telah melakukan kesalahan denan
menghilangkan morfem-morfem tertentu. Kesalahan ini memang tidak dirasakan oleh
partisipan karena makna kalimat masih dapat di pahami.
Kesalahan penambahan ganda ditandai oleh
kehadiran suatu unsur bahasa yang seharusnya tidak perlu dalam ujaran yang baik
dan benar. Setiap bahasa memiliki kaidah, misalnya kaidah fonologi, semantik,
morfologi dan sintaksis. Kesalahan dalam memformulasikan butir-butir tersebut
diistilahkan oleh Ellis dengan overgeneralisasi. adapun contoh overgeneralisasi
dalam bahasa Inggris seperti verba eat bukan menjadi ate pada bentuk ketiga
(past) akan tetapi menjadi eated, come menjadi comed bukan come dan put menjadi
puted bukan put. Sedangkan dalam bahasa Arab contoh overgeneralisasi adalah
seperti bentuk jamak dari صالح menjadi dan
bentuk jama’ dari صالحون مسلم menjadi مسلمون maka
seorang pembelajar bisa saja melakukan kesalahan dengan mengatakan bentuk jama’
dari kata عالم menjadi عالمون bukan علماء contoh
lain juga seperti bentuk jamak dari كتاب menjadi
كتابون yang seharusnya كتب
Bentuk kesalahan yang lain adalah salah
susun. Salah susun ditandai oleh pemakaian morfem atau struktur yang salah atau
penempatan morfem yang tidak benar dalam suatu ujaran. Contohnya dalam bahasa
Inggris He is all the time late seharusnya He is late all the time. [15]Sedangkan contoh dalam ,محمد يذهب الى المكتب seharusnya الى المكتب محمديذهب seperti Arab bahasa الجامعة
الى يدرس محمود seharusnya الجامعة الى محمود يدرس
3.
Klasifikasi
Kategori Komparasi
Kesalahan kategori komparasi didasarkan
pada perbandingan antara struktur kesalahan bahasa target dan tipe-tipe
kontruksi lainnya. Kesalahan komparasi tersebut meliputi:
a) Kesalahan
perkembangan adalah kesalahan yang sama dengan yang dibuat oleh anak-anak yang
belajar bahasa target sebagai bahasa ibu dan sebaliknya.
b) Kesalahan
antar bahasa adalah kesalahan yang semata-mata mengacu pada kesalahan bahasa target
yang mencerminkan struktur bahasa ibu, tanpa menghiraukan proses internal atau
kondisi eksternal yang menyebabkannya. Dalam perkembangannya, kadang-kadang
secara otomatis bahasa ibu turut campur tangan atau berinterferensi dengan
bahasa target yang sedang dipelajari, karena itu interferensi merupakan salah
satu faktor penyebab kesalahan berbahasa,interferensi itu sendiri merupakan
produk dari kedwibahahasaan yang berarti penggunaan dua bahasa sebagai alat
komunikasi. Seperti orang-orang Amerika keturunan Perancis, Italia, Yahudi,
Indian, Spanyol menggunakan dua bahasa sebagai alat komunikasi yaitu bahasa ibu
(atau bahasa pertama) dan bahasa Inggris (atau bahasa kedua).
Begitu
pula dengan bangsa Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesia apabila mereka
berkomunikasi antar suku. Didalam lingkungan keluarga atau sukunya, mereka
berkomunikasi dengan bahasa daerah seperti bahasa-bahasa Sunda, Jawa, Madura,
Bali, Bugis, Aceh, Melayu dan lain sebagainya.
Pada umumnya kesalahan interferensi adalah
kesalahan struktur kalimat atau frase yang berekuevalen secara semantik antara
bahasa ibu dengan bahasa target. Contoh pembelajaran bahasa Indonesia sebagai
bahasa target yang dipelajari oleh pembelajar yang memiliki latar belakang
bahasa ibu bahasa jawa, seperti: Ani duduk dibelakang sendiri, seharusnya Ani
duduk paling belakang. Atau sepedanya Toni di curi orang, seharusnya sepeda
Toni dicuri orang.[16]
Contoh kasus seperti ini dalam bahasa Arab
adalah penggunaan jumlah ismiyah yang lebih banyak dalam karangan dari pada
penggunaan jumlah fi’liyah, hal tersebut sesungguhnya tidak dapat dikategorikan
sebagai kesalahan berbahasa, hanya saja sebagai contoh pengaruh pola pikir dan
pengaruh dari bahasa ibu.
Interferensi
merupakan salah satu faktor penyebab kesalahan berbahasa, interferensi itu
sandiri merupakan produk dari kedwibahasaan. Kedwibahasaan terjadi kaarena
pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa mungkin melalui jalur pendidikan atau pengajaran
bahasa informal (dirumah, dilingkungan sekitar dan sebagainya) dan jalur
pendidikan atau jalur formal (di sekolah atau lembaga pendidikan yang lain)
ataupun melalui kedua jallur itu secara simultan
Memahami
kesalahan berbahasa tidak mungkin dilakukan secara tuntas tanpa pemahaman yang
baik terhadap interferensi, kedwibahasaan, pemerolehan bahasa dan pengajaran
bahasavyang erat berhubungan satu sama lain. Pada gilirannya pemahaman
kesalahan berbahasa memberikan umpan balik bagi penyempurnaan program
pengajaran bahasa.
c).
Kesalahan taksa atau ambiguous error adalah kesalahan yang mencerminkan bahasa
asli pembelajar, dan kata taksa disini tidak ada hubungannya dengan menduanya
suatu makna.[17]
Misalnya dalam bahasa Arab ketika seseorang ingin mengungkapkan saya tidak
punya uang maka yang diungkapkannya dalam bahasa Arab adalah seharusnya لانقود أنا seharusnya نقود عندى ما
d).
Kesalahan unik, kesalahan ini mencakup bentuk-bentuk kesalahan yang tidak dapat
digolongkan dalam kategori kesalahan taksa ataupun kesalahan antar bahasa.
4.
Klasifikasi Kategori Efek Komunikasi
Pusat perhatian dari klasifikasi kategori
kesalahan efek komunikasi adalah pembedaan kesalahan-kesalahan yang menyebabkan
salah komunikasi dan yang tidak menyebabkan salah komunikasi.10 Contohnya dalam
bahasa Arab: مسئلة؟ عندكم هل sesungguhnya yang
dimaksud adalah سؤال؟ عندكم هل .
D. METODE ANALISIS KESALAHAN
Langkah-langkah tertentu inilah yang
dimaksud dengan metodologi analisis kesalahan. Untuk memperjelas uraian
sebelumnya urut-urutan langkah kerja yang dimaksud sebagai berikut.
1. Mengumpulkan data
berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh si pembelajar
bahasa (siswa), misalnya berupa hasil
ulangan, karangan, atau percakapan.
2. Mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan kesalahan dengan cara mengenali dan memilah-milah kesalahan
berdasarkan kategori kebahasaan, misalnya kesalahan pelafalan, pembentukan
kata, penggabungan kata, dan penyusunan kalimat.
3. Menyusun peringkat
kesalahan, seperti mengurutkan kesalahan berdasarkan frekuensi atau
keseringannya.
4. Menjelaskan kesalahan:
menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan memberikan contoh yang
benar.
5.
Memperkirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan:
meramalkan tataran bahasa yang dipelajari
yang potensial menyebabkan
kesa\ahan.
6. Mengatasi kesalahan:
memperbaiki kesalahan, bila mungkin menghilangkan kesalahan melalui penyusunan bahan yang
tepat, buku pegangan yang baik, dan teknik pengajaran yang serasi (Tarigan,
1990:71).
Sedangkan Corder (1974) menawarkan lima langkah analisis
kesalahan yaitu:
1)
Mengumpulkan contoh
kesalahan dari pembelajar bahasa
2)
Mengidentifikasi
kesalahan pembelajar bahasa
3)
Mendeskripsikan kesalahan
pembelajar bahasa
4)
Menjelaskan kesalahan
pembelajar bahasa,dan
5)
Mengevaluasi kesalahan
pembeljar bahasa
E.
Metode Pembelajaran Yang Sesuai
untuk Mengatasi Masalah Kesalahan berbahasa.
Untuk meminimalisai adanya kesalahan
berbahasa arab di bidang morfologi (kata), diperlukan sebuah metode yang tepat.
Kami merekomendasikan metode pengajaran bahasa Arab tradisional.
Metode pengajaran bahasa Arab
tradisional adalah metode pengajaran bahasa Arab yang terfokus pada “bahasa
sebagai budaya ilmu” sehingga belajar bahasa Arab berarti belajar secara
mendalam tentang seluk-beluk ilmu bahasa Arab, baik aspek gramatika/sintaksis
(Qowaid nahwu), morfem/morfologi (Qowaid as-sharf) ataupun sastra (adab).
Metode yang berkembang dan masyhur digunakan untuk tujuan tersebut adalah
Metode qowaid dan tarjamah. Metode tersebut mampu bertahan beberapa abad,
bahkan sampai sekarang pesantren-pesantren di Indonesia, khususnya pesantren
salafiah masih menerapkan metode tersebut.
F.
CONTOH ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
Berikut beberapa contoh
kesalahan-kesalahan para pelajar dalam perspektif gramatikal bahasa Arab,
baik dari tinjauan morfonnya, juga dari kedudukan kata dalam kalimat atau teks
bahasa Arab.
1.
Pertama,
kata Mã aharru asy-syahr (ما أحرُّ الشهرُ),
dengan men-dammah-kan huruf (ر)
adalah sebuah kesalahan. Yang benar harus di-fathah-kan. Sengaja penulis
mengarsipkan contoh tersebut. Karena kesalahan ini merupakan fenomena
cikal-bakal perintisan ilmu bahasa Arab; menjadi salah satu indikator munculnya
ilmu Nahwu. Sebagaimana dilakoni oleh Abu Aswad Adduali dan putrinya.
2.
Pada kalimat Nabhats maudû’al jadîd (نَبْحَثُ مَوْضُوْعَ اْلجَدِيْدَ ). Dalam kaidah ilmu
nahwu, kalimat tersebut disebut na’at man’ut, atau penyifatan. Na’at adalah
sifat, sedangkan man’ut adalah yang disifati. Kata (اْلجَدِيْد
) menjadi sifat, sedangkan (مَوْضُوْعَ )
adalah yang disifati. Dalam kaidahnya, kata sifat harus mengikuti kata yang
disifati, pada semua aspeknya. Jika kata yang disifati mudzakkar, maka
sifatnya juga harus mudzakar; jika yang disifati nakirah,
demikian juga sifatnya harus dari nomina nakirat. Dalam kalimat di atas,
kata (مَوْضُوْعَ) adalah nomina mudzakkar
yang nakirah, maka seharusnya kata (اْلجَدِيْد)
sebagai sifat harus juga nomina yang mudzakar-nakirah. Maka yang benar
susunan kalimat tersebut adalah Nabhats maudû’an jadîdan (نَبْحَثُ مَوْضُوْعاً جَدِيْداً ).
3.
Kalimat Urîdu ata’allamu ( أُرِيْدُ
أَتَعَلَّمُ) adalah kesalahan yang kerap kali dijumpai pelajar dalam
penyusunan kalimat Arab. Kalimat tersebut terdiri dari dua kata kerja: urîdu
(mau/ menginginkan), dan ata’allamu (saya belajar). Dalam kaidah
bahasa Arab, dua kata kerja seperti itu harus dipisahkan dengan harf nasb
(أَنْ). Maka kalimat tersebut seharusnya Urîdu
an ata’allama ( أُرِيْدُ أَنْ أَتَعَلَّمَ).[18]
G.
APLIKASI DAN MANFAAT PENGGUNAN METODE ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
Pembetulan
kesalahan berbahasa dalam pembelajaran
sebaiknya tidak di dominasi oleh guru karena kurang menguntungkan dalam
proses belajar mengajar bahasa target, karena itu dalam aplikasinya method ini
dapat divariasikan sebagai berikut:[19]
Pertama,
guru membetulkan kesalahan, sedangkan pembelajar hanya mengikuti atau
memperhatikan langkah guru,
Kedua,
guru bersama-sama dengan pembelajar membetulkan kesalahan, artinya pembelajar
membetulkan kesalahan dengan bimbingan guru,
Ketiga,
sesama
pembelajar saling membetulkan kesalahan diantara temannya, sedangkan guru
memotivasi dan sekedar mengawasi,
Keempat,
guru
memberikan penguatan apabila betul dan membetulkan jika semua pembelajar tidak
mampu membetulkan kesalahan yang terjadi
Kelima,
pembelajar
yang membuat kesalahan itu sendiri berusaha membetulkan kesalahannya. Guru
dapat memberi petunjuk atau menyerahkan sepenuhnya kepada pembelajar untuk
membetulkan kesalahan yang telah diperbuat
Kekurangan metode ini
adalah ketika guru membetulkan kesalahan pembelajar secara langsung yang
mungkin akan berdampak psikologis pada pembelajar yang melakukan kesalahan
berbahasa tersebut.
Sedangkan kelebihan
metode ini adalah :
1.
Analisa kesalahan
tidak mengalami keterbatasan penjelasan
2.
Dapat menunjukan
banyak tipe kesalahan yang dilakukan para siswa
3.
Analisa kesalahan
menyajikan data yang actual dan problem yang konkret
4.
lebih ekonomis dan
efisien dibandingkan dengan analisa kontrastif
5.
Analisa kesalahan
tidak dihadapkan dengan teori dan hipotesis yang rumit.
Bila guru telah menemukan
kesalahan-ke-salahan, guru dapat mengubah metode dan teknik mengajar yang
digunakan, dapat menekankan aspek bahasa yang perlu diperjelas, dapat menyusun
rencana pengajaran remedial, dan dapat menyusun program pengajaran bahasa itu
sendiri. Dengan demikian jelas bahwa antara analisis kesalahan dengan bidang
kajian yang lain, misalnya pengelolaan kelas, interaksi belajar-mengajar,
perencanaan pengajaran, pengajaran remedial, penyusunan ujian bahasa, dan
bahkan pemberian pekerjaan rumah ada hubungan timbal balik.
KESIMPULAN
Bentuk-bentuk kesalahan pembelajar
mencerminkan tahapan perkembangan proses pemerolehan bahasa mereka,
bentuk-bentuk kesalahan juga menggambarkan urutan perkembangan pemerolehan
Bahasa mereka.dengan kata lain, bentuk-bentuk kesalahan pembelajar yang ingin menguasai
bahasa asing mencerminkan penguasaan pemerolehan Bahasa mereka. Analisa
Kesalahan adalah kajian dan analisa mengenai kesalahan berbahasa yang dilakukan
oleh peserta didik atau pembelajar dalam usahanya untuk menguasai bahasa
target, analisa kesalahan dapat dikategorikan sebagai sebuah metode ketika
sampai pada taraf aplikasi langsung antara pengajar dan pembelajar.
DAFTAR PUSTAKA
Dulay dkk &Tarigan
dalam Strategi Penguasaan Berbahasa.
Jos
Danial Parera. 1997. Linguistik Terapan. Jakarta: Erlangga.
Pringgawidagdelajara,
Suwarna. 2002. Strategi Penguasaan Berbahasa. Yogyakarta: Adicita Karya
Nusa.
Tarigan, Harry Guntur.
1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa, Jakarta: Dirjen Dikti.
Tarigan,
Harry Guntur. 1988.
Pengajaran Analisis Kesalahan
Bahasa. Bandung
: Angkasa
http://kbbi.web.id/
http://pengertiandefinisi.com/pengertian-analisa-menurut-ahli/,.
https://takberhentiberharap.wordpress.com/2011/05/30/analisis-kesalahan-berbahasa/
[3] Suwarna Pringgawidagdelajara,
Strategi Penguasaan Berbahasa, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2002) H 161
[4] HG.Tarigan, Pengajaran pemerolehan
bahasa, (Jakarta: Dirjen Dikti,1988), h.273
[5] Dulay dkk. &Tarigan dalam Strategi
Penguasaan Berbahasa
[6] Suwarna Pringgawidagdelajara,
Strategi Penguasaan Berbahasa, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2002) H 161
[7] HG.Tarigan, Pengajaran pemerolehan
bahasa, (Jakarta: Dirjen Dikti,1988), h.273
[8] 1 Suwarna Pringgawidagdelajara,
Strategi Penguasaan Berbahasa, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2002), h
161-162
[9] H.G Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Bahasa
(Bandung : Angkasa 1988) hal. 300
[10]
http://destiarya.blogspot.co.id/2011/10/tahlilul-akhtho-analisis-kesalahan.html
[11]
https://gemasastrin.wordpress.com/2009/06/14/analisis-kesalahan-berbahasa/
[12] https://takberhentiberharap.wordpress.com/2011/05/30/analisis-kesalahan-berbahasa/
[13] Dulay dkk.
&Tarigan dalam Strategi Penguasaan Berbahasa
[14] Dulay dkk.
&Tarigan dalam Strategi Penguasaan Berbahasa
[15] Dulay dkk. &Tarigan dalam Strategi
Penguasaan Berbahasa
[16] Dulay dkk. &Tarigan dalam Strategi
Penguasaan Berbahasa h 165-166
[17] Dulay dkk. &Tarigan dalam Strategi
Penguasaan Berbahasa 165-166
[18]
https://takberhentiberharap.wordpress.com/2011/05/30/analisis-kesalahan-berbahasa/
[19] Jos Danial Parera, Linguistik
Terapan, (Jakarta; Erlangga, 1997), hlm.95
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
0 komentar:
Posting Komentar