Minggu, 29 Januari 2023 | By: namakuameliya

manfaat dan Tujuan diadakannya Analisis Bahasa

 

  1. Manfaat dan Tujuan  diadakannya Analisis Bahasa

Dengan diadakannya analisis kesalahan berbahasa dapat membantu guru untuk mengetahui jenis kesalahan yang dibuat, daerah kesalahan, sifat kesalahan, sumber kesalahan, serta penyebab kesalahan. Bila guru telah menemukan kesalahan-ke-salahan, guru dapat mengubah metode dan teknik mengajar yang digunakan, dapat menekankan aspek bahasa yang perlu diperjelas, dapat menyusun rencana pengajaran remedial, dan dapat menyusun program pengajaran bahasa itu sendiri. Dengan demikian jelas bahwa antara analisis kesalahan dengan bidang kajian yang lain, misalnya pengelolaan kelas, interaksi belajar-mengajar, perencanaan pengajaran, pengajaran remedial, penyusunan ujian bahasa, dan bahkan pemberian pekerjaan rumah ada hubungan timbal balik.

Khusus untuk guru, analisis kesalahan dapat digunakan untuk:

  1. menentukan urutan sajian.
  2.  menentukan penekanan-penekanan dalam penjelasan dan latihan.
  3. memperbaiki pengajaran remedial.
  4. memilih butir-butir yang tepat untuk mengevaluasi penggunaan bahasa siswa (Pateda, 1989:36).

Corder (dalam Baraja, 1981:12) mengatakan bahwa analisis kesalahan itu mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan teoretis dan tujuan praktis. Tujuan yang bersifat praktis tidak berbeda dengan tujuan analisis tradisional, sedangkan tujuan yang bersifat teoretis ialah adanya usaha untuk memahami proses belajar bahasa kedua. Bagi seorang guru, yang penting menemukan kesalahan itu kemudian menganalisisnya. Hasil analisis sangat berguna untuk tindak lanjut proses belajar-mengajar yang dilakukan.

Dengan memperhatikan tujuan di atas, seorang guru yang akan menerapkan analisis kesalahan tentu hams memiliki pengetahuan kebahasaan yang memadai. Dia harus paham benar tata bahasa yang baku dan berlaku. Misalnya tentang kebakuan pelafalari, tulisan (ejaan), bentukan kata, dan tata kalimatnya. Dalam hal ini guru dihadapkan pada dua persoalan, yaitu apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya.

Pengetahuan yang cukup memadai sangat diperlukan oleh seorang guru. Lebih-lebih pengetahuan dan pemahaman tata bahasa. Senada dengan yang diucapkan Corder, Tarigan (1990:77) mengatakan bahwa tujuan analisis kesalahan itu bersifat aplikatif dan teoretis. Aplikatif mengurangi dan memperbaiki kesalahan berbahasa siswa. Teoretis mengharapkan pemeroleh-an bahasa siswa pada gilirannya dapat memberikan pemahaman ke arah proses pemerolehan bahasa secara umum.

 

E.      Metode Pembelajaran Yang Sesuai untuk Mengatasi Masalah Kesalahan Berbahasa.

Untuk meminimalisai adanya kesalahan berbahasa arab di bidang morfologi (kata), diperlukan sebuah metode yang tepat. Kami merekomendasikan metode pengajaran bahasa Arab tradisional.

Metode pengajaran bahasa Arab tradisional adalah metode pengajaran bahasa Arab yang terfokus pada “bahasa sebagai budaya ilmu” sehingga belajar bahasa Arab berarti belajar secara mendalam tentang seluk-beluk ilmu bahasa Arab, baik aspek gramatika/sintaksis (Qowaid nahwu), morfem/morfologi (Qowaid as-sharf) ataupun sastra (adab).

Metode yang berkembang dan masyhur digunakan untuk tujuan tersebut adalah Metode qowaid dan tarjamah. Metode tersebut mampu bertahan beberapa abad, bahkan sampai sekarang pesantren-pesantren di Indonesia, khususnya pesantren salafiah masih menerapkan metode tersebut. Hal ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: Pertama, tujuan pengajaran bahasa arab tampaknya pada aspek budaya/ilmu, terutama nahwu dan ilmu sharaf.

  1. 1.      Metode Qowa’id dan tarjamah (Tariiqatul al Qowaid Wa Tarjamah)

Penerapan metode ini lebih cocok jika tujuan pengajaran bahasa Arab adalah sebagai kebudayaan, yaitu untuk mengetahui nilai sastra yang tinggi dan untuk memiliki kemampuan kognitif yang terlatih dalam menghafal teks-teks serta memahami apa yang terkandung di dalam tulisan-tulisan atau buku-buku teks, terutama buku Arab klasik. Ciri metode ini adalah:

  1. Peserta didik diajarkan membaca secara detail dan mendalam tentang teks-teks atau naskah pemikiran yang ditulis oleh para tokoh dan pakar dalam berbagai bidang ilmu pada masa lalu baik berupa sya’ir, naskah (prosa), kata mutiara (alhikam), maupun kiasan-kiasan (amtsal).
  2. Penghayatan yang mendalam dan rinci terhadap bacaan sehingga peserta didik memiliki perasaan koneksitas terhadap nilai sastra yang terkandung di dalam bacaan. (bahasa Arab – bahasa ibu).
  3. Menitikberatkan perhatian pada kaidah gramatika (Qowa’id Nahwu/Sharaf) untuk menghafal dan memahami isi bacaan.
  4. Memberikan perhatian besar terhadap kata-kata kunci dalam menerjemah, seperti bentuk kata kiasan, sinonim, dan meminta peserta didik menganalisis dengan kaidah gramatikal yang sudah diajarkannya (mampu menerjemah bahasa ibu ke dalam Bahasa Arab)
  5. Peserta tidak diajarkan menulis karangan dengan gaya bahasa yang serupa / mirip, dengan gaya bahasa yang dipakai para pakar seperti pada bacaan yang telah dipelajarinya.

Selain ciri-ciri di atas, masih ada cirri-ciri lain pernggunaan metode Nahwu wa Tarjamah (tata bahasa dan terjemah) yang bisa dijelaskan, seperti yang dirangkum Jack C. Richards dan Theodore S Rodgers, yaitu sebagai beriku:

  1. Tujuan telaan bahasa asing adalah mempelajari sesuatu bahasa agar dapat membaca susatranya atau agar dapat menarik keuntungan dari disiplin mental dan perkembangan intelektual yang timbul dari telaah bahasa asing itu. Terjemahan tata bahasa adalah suatu cara menelaah bahasa yang mendekati bahasa tersebut pertama-tama melalui kaidah-kaidah tata bahasanya secara terperinci, diikuti oleh penerapan pengetahuan ini pada tugas penerjemahan kalimat-kalimat dan teks-teks ke dalam dan dari bahasa sassaran. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dipandang sebagai yang terdiri dari upaya yang melebihi serta memanipulasi morfologi dan sintaksis bahasa asing tersebut. Bahasa pertama diperlakukan sebagai sistem acuan dalam pemerolehan bahasa kedua.
  2. Membaca dan menulis merupakan fokus utama atau sasaran pokok, bahkan sering tidak ada perhatian sistemik pada belajar berbicara dan menyimak.
  3. Pemilihan kosakata semata-mata didasarkan pada teks-teks bacaan yang digunakan, dan kata-kata yang diajarkan melalui daftar-daftar kata dwibahasa, telaah kamus dan hafalan. Dalam teks terjemahan tata bahasa yang khas, kaidah-kaidah tata bahasa pun disajikan dan diilustrasikan, suatu daftar butir-butir kosakata disajikan dengan padanan-padanan terjemahannya, dan latihan-latihan terjemahan ditetapkan.
  4. Kalimat merupakan unit dasar pengajaran dan praktik/latihan bahasa. Kebanyakan dari jam pelajaran diperuntukkan bagi penerjemahan kalimat-kalimat ke dan bahasa sasaran dan justru terfokus terhadap kalimat inilah yang merupakan cirri khusus metode ini.
  5. Kecermatan dan ketepatan sangat ditentukan. Para siswa diharapkan dapat mencapai norma-norma atau standar yang tinggi dalam terjemahan, karena prioritas utama yang diberikan pada norma-norma ketepan dan kecermatan yang tinggi yang merupakan prasyarat bagi kelulusun sejumlah besra ujian tulis formal yang berkembang selama abad ini.
  6.  Tata bahasa diajarkan secara deduktif, dengan penyajian dan pengkajian kaidah-kaidah tata bahasa, yang kemudian dipraktikkan melalui latihan-latihan terjemahan. Dalam kebanyakan teks terjemahan tata bahasa, suatu silabus diikuti dengan baik demi pengurutan butir-butir tata bahasa di seleruh teks dan ada upaya untuk mengajarkan tata bahasa dengan dan dalam suatu cara yang tersusun rapi dan sistemik.
  7. Bahasa asli/ibu siswa merupakan media pengajaran. Bahasa tersebut dipakai untuk menjelaskan butir-butir atau hal baru dan untuk memudahkan pembuatan perbandingan antara bahasa asing dan bahasa ibu siswa.

Kedua kemampuan ilmu nahwu dianggap sebagai syarat mutlak sebagai alat untuk memahami teks/kata bahasa Arab klasik yang tidak memakai harakat, dan tanda baca lainnya. Ketiga, bidang tersebut merupakan tradisi turun temurun, sehingga kemampuan di bidang itu memberikan “rasa percaya diri (gengsi) tersendiri di kalangan mereka.[1]

Kategori Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tata

ran linguistik

(kebahasaan). Ada kesalahan yang terjadi dalam tata

ran fonologi, morfologi,

sintaksis, wacana dan semantik. Kesalahan berbahasa

dapat disebabkan oleh

intervensi (tekanan) bahasa pertama (B1) terhadap b

ahasa kedua (B2). Kesalahan

berbahasa yang paling umum terjadi akibat penyimpan

gan kaidah bahasa. Hal itu

terjadi oleh perbedaan kaidah (struktur) bahasa per

tama (B1) dengan bahasa

kedua (B2). Selain itu kesalahan terjadi oleh adany

a transfer negatif atau

intervensi B1 pada B2. Dalam pengajaran bahasa, kes

alahan berbahasa

Analisis Kesalahan Berbahasa

7

Drs. Dian Indihadi, M.Pd.

disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya: kuriku

lum, guru, pendekatan,

pemilihan bahan ajar, serta cara pengajaran bahasa

yang kurang tepat (Tarigan,

1997).

Burt, Dulay, maupun Krashen (1982) membedakan wilay

ah (taksinomi)

kesalahan berbahasa menjadi kesalahan atau kekhilaf

an:

1.

taksonomi kategori linguistik;

2.

taksonomi kategori strategi performasi;

3.

taksonomi kategori komparatif;

4.

taksonomi kategori efek komunikasi.

Anda dapat mempelajari taksonomi tersebut dalam saj

ian berikut.

Taksonomi kesalahan berbahasa itu, menurut Nurhadi

(1990), dibedakan sebagai

berikut.

Taksonomi kategori linguistik membedakan kesalahan

berdasarkan

komponen bahasa dan konsisten bahasa. Berdasarkan k

omponen bahasa, wilayah

kesalahan dibedakan menjadi:

1.

kesalahan tataran fonologi;

2.

kesalahan tataran morfologi dan sintaksis;

3.

kesalahan tataran semantik dan kata;

4.

kesalahan tataran wacana.

Berdasarkan konstituen bahasa, kesalahan terjadi pa

da tataran penggunaan

unsur-unsur bahasa ketika dihubungkan dengan unsur

bahasa lain dalam satu

bahasa. Misalnya frase dan klausa dalam tataran sin

taksis atau morfem-morfem

gramatikal dalam tataran morfologi.

Berdasarkan taksonomi kategori strategi performasi,

kesalahan didasarkan

kepada penyimpangan bahasa yang terjadi pada pemero

lehan dan pengajaran

bahasa kedua (B2). Pendeskripsian kesalahan ini seh

arusnya dipertimbangkan

atau dihubungkan dengan proses kognitif pada saat a

nak (siswa) memproduksi

(merekonstruksi) bahasanya.

Analisis Kesalahan Berbahasa

8

Drs. Dian Indihadi, M.Pd.

Dalam kategori strategi performasi, tataran kesalah

an bahasa dapat

dibedakan menjadi 4 (empat) kesalahan. Berikut adal

ah keempat kesalahan

kategori strategi performasi:

1.

Penanggalan (

omission

), penutur bahasa menanggalkan satu atau lebih unsu

r-

unsur bahasa yang diperlukan dalam suatu frase atau

kalimat. Akibatnya

terjadi penyimpangan konstruksi frase atau kalimat.

2.

Penambahan (

addition

), penutur bahasa menambahkan satu atau lebih unsur

-

unsur bahasa yang tidak diperlukan dalam suatu fras

e atau kalimat. Akibatnya

terjadi penyimpangan konstruksi frase atau kalimat.

3.

Kesalahbentukan (

misformation

), penutur membentuk suatu frase atau kalimat

yang tidak sesuai kaidah bahasa itu. Akibatnya kons

truksi frase atau kalimat

menjadi salah (penyimpangan) kaidah bahasa.

4.

Kesalahurutan (

misordering

), penutur menyusun atau mengurutkan unsur-

unsur bahasa dalam suatu konstruksi frase atau kali

mat di luar kaidah bahasa

itu. Akibatnya frase atau kalimat itu menyimpang da

ri kaidah bahasa.

Berdasarkan taksonomi komparatif, kesalahan dibedak

an menjadi 4

(empat) tataran kesalahan. Berikut adalah keempat j

enis kesalahan berdasarkan

taksonomi komparatif.

1.

Kesalahan interlingual disebut juga kesalahan inter

ferensi, yakni: kesalahan

yang bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa pertam

a (B1) terhadap bahasa

kedua (B2).

2.

Kesalahan intralingual adalah kesalahan akibat perk

embangan. Kesalahan

berbahasa bersumber dari penguasaan bahasa kedua (B

2) yang belum

memadai.

3.

Kesalahan ambigu adalah kesalahan berbahasa yang me

refleksikan kesalahan

interlingual dan intralingual. Kesalahan ini diakib

atkan kesalahan pada

interlingual dan intralingual.

4.

Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa yang tidak d

apat dideskripsikan

berdasarkan tataran kesalahan interlingual dan intr

alingual. Kesalahan ini

tidak dapat dilacak dari B1 maupun B2. Misalnya: an

ak kecil yang mulia

Analisis Kesalahan Berbahasa

9

Drs. Dian Indihadi, M.Pd.

belajar berbicara dalam suatu bahasa, tidak sedikit

tuturan (kata frase atau

kalimat) yang tidak dapat dijelaskan dari B1 maupun

B2.

Berdasarkan kategori efek komunikasi, kesalahan bah

asa dapat dibedakan

menjadi kesalahan lokal dan kesalahan global. Berda

sarkan jenis penyimpangan

bahasa, kesalahan lokal adalah kesalahan konstruksi

kalimat yang ditanggalkan

(dihilangkan) salah satu unsurnya. Akibatnya proses

komunikasi menjadi

terganggu. Misalnya: penutur menggunakan kalimat at

au tuturan yang janggal

atau “

nyeleneh

” saat berkomunikasi. Adapun kesalahan global adala

h tataran

kesalahan bahasa yang menyebabkan seluruh tuturan a

tau isi yang dipesankan

dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, menja

di tidak dapat dipahami.

Akibat frase ataupun kalimat yang digunakan oleh pe

nutur berada di luar kaidah

bahasa manapun baik B1 maupun B2.

3.

Sumber Kesalahan Berbahasa

Sumber kesalahan berbahasa secara tersirat sudah da

pat dipahami oleh

anda dalam sajian sebelum ini. Penyimpangan bahasa

yang dilakukan oleh para

penutur, terutama anak (siswa) dalam pemerolehan da

n pembelajaran bahasa.

Berdasarkan kategori taksonomi kesalahan atau kekel

iruan bahasa, anda sudah

dapat memprediksikan sumber-sumber kesalahan bahasa

.

Dalam konteks ini sumber kesalahan itu adalah “Perg

unakanlah bahasa

Indonesia yang baik dan benar.” Dari parameter peng

gunaan bahasa Indonesia

yang baik dan benar kemudian dihubungkan dengan pem

belajaran bahasa

Indonesia di sekolah, itulah sumber yang utama untu

k analisis kesalahan bahasa

dalam sajian ini. Penyimpangan bahasa yang diukur b

erada pada tataran (wilayah)

fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan wacana

yang dihubungkan dengan

faktor-faktor penentu dalam komunikasi.

 

 



[1] https://takberhentiberharap.wordpress.com/2011/05/30/analisis-kesalahan-berbahasa/


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar

Introduction