- Manfaat dan Tujuan
diadakannya Analisis Bahasa
Dengan
diadakannya analisis kesalahan berbahasa dapat membantu guru untuk mengetahui
jenis kesalahan yang dibuat, daerah kesalahan, sifat kesalahan, sumber
kesalahan, serta penyebab kesalahan. Bila guru telah menemukan
kesalahan-ke-salahan, guru dapat mengubah metode dan teknik mengajar yang
digunakan, dapat menekankan aspek bahasa yang perlu diperjelas, dapat menyusun
rencana pengajaran remedial, dan dapat menyusun program pengajaran bahasa itu
sendiri. Dengan demikian jelas bahwa antara analisis kesalahan dengan bidang
kajian yang lain, misalnya pengelolaan kelas, interaksi belajar-mengajar,
perencanaan pengajaran, pengajaran remedial, penyusunan ujian bahasa, dan
bahkan pemberian pekerjaan rumah ada hubungan timbal balik.
Khusus untuk
guru, analisis kesalahan dapat digunakan untuk:
- menentukan urutan sajian.
- menentukan
penekanan-penekanan dalam penjelasan dan latihan.
- memperbaiki pengajaran
remedial.
- memilih butir-butir yang tepat
untuk mengevaluasi penggunaan bahasa siswa (Pateda, 1989:36).
Corder (dalam
Baraja, 1981:12) mengatakan bahwa analisis kesalahan itu mempunyai dua tujuan,
yaitu tujuan teoretis dan tujuan praktis. Tujuan yang bersifat praktis tidak
berbeda dengan tujuan analisis tradisional, sedangkan tujuan yang bersifat
teoretis ialah adanya usaha untuk memahami proses belajar bahasa kedua. Bagi
seorang guru, yang penting menemukan kesalahan itu kemudian menganalisisnya.
Hasil analisis sangat berguna untuk tindak lanjut proses belajar-mengajar yang
dilakukan.
Dengan
memperhatikan tujuan di atas, seorang guru yang akan menerapkan analisis
kesalahan tentu hams memiliki pengetahuan kebahasaan yang memadai. Dia harus
paham benar tata bahasa yang baku dan berlaku. Misalnya tentang kebakuan
pelafalari, tulisan (ejaan), bentukan kata, dan tata kalimatnya. Dalam hal ini
guru dihadapkan pada dua persoalan, yaitu apa yang salah dan bagaimana
memperbaikinya.
Pengetahuan
yang cukup memadai sangat diperlukan oleh seorang guru. Lebih-lebih pengetahuan
dan pemahaman tata bahasa. Senada dengan yang diucapkan Corder, Tarigan
(1990:77) mengatakan bahwa tujuan analisis kesalahan itu bersifat aplikatif dan
teoretis. Aplikatif mengurangi dan memperbaiki kesalahan berbahasa siswa.
Teoretis mengharapkan pemeroleh-an bahasa siswa pada gilirannya dapat
memberikan pemahaman ke arah proses pemerolehan bahasa secara umum.
E.
Metode Pembelajaran Yang Sesuai untuk Mengatasi Masalah Kesalahan
Berbahasa.
Untuk
meminimalisai adanya kesalahan berbahasa arab di bidang morfologi (kata),
diperlukan sebuah metode yang tepat. Kami merekomendasikan metode pengajaran
bahasa Arab tradisional.
Metode
pengajaran bahasa Arab tradisional adalah metode pengajaran bahasa Arab yang
terfokus pada “bahasa sebagai budaya ilmu” sehingga belajar bahasa Arab berarti
belajar secara mendalam tentang seluk-beluk ilmu bahasa Arab, baik aspek
gramatika/sintaksis (Qowaid nahwu), morfem/morfologi (Qowaid as-sharf) ataupun
sastra (adab).
Metode yang
berkembang dan masyhur digunakan untuk tujuan tersebut adalah Metode qowaid dan
tarjamah. Metode tersebut mampu bertahan beberapa abad, bahkan sampai sekarang
pesantren-pesantren di Indonesia, khususnya pesantren salafiah masih menerapkan
metode tersebut. Hal ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: Pertama,
tujuan pengajaran bahasa arab tampaknya pada aspek budaya/ilmu, terutama nahwu
dan ilmu sharaf.
- 1.
Metode Qowa’id dan tarjamah (Tariiqatul al Qowaid Wa Tarjamah)
Penerapan
metode ini lebih cocok jika tujuan pengajaran bahasa Arab adalah sebagai kebudayaan,
yaitu untuk mengetahui nilai sastra yang tinggi dan untuk memiliki kemampuan
kognitif yang terlatih dalam menghafal teks-teks serta memahami apa yang
terkandung di dalam tulisan-tulisan atau buku-buku teks, terutama buku Arab
klasik. Ciri metode ini adalah:
- Peserta didik diajarkan membaca
secara detail dan mendalam tentang teks-teks atau naskah pemikiran yang
ditulis oleh para tokoh dan pakar dalam berbagai bidang ilmu pada masa
lalu baik berupa sya’ir, naskah (prosa), kata mutiara (alhikam), maupun
kiasan-kiasan (amtsal).
- Penghayatan yang mendalam dan
rinci terhadap bacaan sehingga peserta didik memiliki perasaan koneksitas
terhadap nilai sastra yang terkandung di dalam bacaan. (bahasa Arab –
bahasa ibu).
- Menitikberatkan perhatian pada
kaidah gramatika (Qowa’id Nahwu/Sharaf) untuk menghafal dan memahami isi
bacaan.
- Memberikan perhatian besar
terhadap kata-kata kunci dalam menerjemah, seperti bentuk kata kiasan,
sinonim, dan meminta peserta didik menganalisis dengan kaidah gramatikal
yang sudah diajarkannya (mampu menerjemah bahasa ibu ke dalam Bahasa Arab)
- Peserta tidak diajarkan menulis
karangan dengan gaya bahasa yang serupa / mirip, dengan gaya bahasa yang
dipakai para pakar seperti pada bacaan yang telah dipelajarinya.
Selain
ciri-ciri di atas, masih ada cirri-ciri lain pernggunaan metode Nahwu wa
Tarjamah (tata bahasa dan terjemah) yang bisa dijelaskan, seperti yang
dirangkum Jack C. Richards dan Theodore S Rodgers, yaitu sebagai beriku:
- Tujuan telaan bahasa asing
adalah mempelajari sesuatu bahasa agar dapat membaca susatranya atau agar
dapat menarik keuntungan dari disiplin mental dan perkembangan intelektual
yang timbul dari telaah bahasa asing itu. Terjemahan tata bahasa adalah
suatu cara menelaah bahasa yang mendekati bahasa tersebut pertama-tama
melalui kaidah-kaidah tata bahasanya secara terperinci, diikuti oleh
penerapan pengetahuan ini pada tugas penerjemahan kalimat-kalimat dan
teks-teks ke dalam dan dari bahasa sassaran. Oleh karena itu, pembelajaran
bahasa dipandang sebagai yang terdiri dari upaya yang melebihi serta
memanipulasi morfologi dan sintaksis bahasa asing tersebut. Bahasa pertama
diperlakukan sebagai sistem acuan dalam pemerolehan bahasa kedua.
- Membaca dan menulis merupakan
fokus utama atau sasaran pokok, bahkan sering tidak ada perhatian sistemik
pada belajar berbicara dan menyimak.
- Pemilihan kosakata semata-mata
didasarkan pada teks-teks bacaan yang digunakan, dan kata-kata yang
diajarkan melalui daftar-daftar kata dwibahasa, telaah kamus dan hafalan.
Dalam teks terjemahan tata bahasa yang khas, kaidah-kaidah tata bahasa pun
disajikan dan diilustrasikan, suatu daftar butir-butir kosakata disajikan
dengan padanan-padanan terjemahannya, dan latihan-latihan terjemahan
ditetapkan.
- Kalimat merupakan unit dasar
pengajaran dan praktik/latihan bahasa. Kebanyakan dari jam pelajaran
diperuntukkan bagi penerjemahan kalimat-kalimat ke dan bahasa sasaran dan
justru terfokus terhadap kalimat inilah yang merupakan cirri khusus metode
ini.
- Kecermatan dan ketepatan sangat
ditentukan. Para siswa diharapkan dapat mencapai norma-norma atau standar
yang tinggi dalam terjemahan, karena prioritas utama yang diberikan pada
norma-norma ketepan dan kecermatan yang tinggi yang merupakan prasyarat
bagi kelulusun sejumlah besra ujian tulis formal yang berkembang selama
abad ini.
- Tata bahasa diajarkan
secara deduktif, dengan penyajian dan pengkajian kaidah-kaidah tata
bahasa, yang kemudian dipraktikkan melalui latihan-latihan terjemahan.
Dalam kebanyakan teks terjemahan tata bahasa, suatu silabus diikuti dengan
baik demi pengurutan butir-butir tata bahasa di seleruh teks dan ada upaya
untuk mengajarkan tata bahasa dengan dan dalam suatu cara yang tersusun
rapi dan sistemik.
- Bahasa asli/ibu siswa merupakan
media pengajaran. Bahasa tersebut dipakai untuk menjelaskan butir-butir
atau hal baru dan untuk memudahkan pembuatan perbandingan antara bahasa
asing dan bahasa ibu siswa.
Kedua kemampuan ilmu nahwu dianggap sebagai syarat
mutlak sebagai alat untuk memahami teks/kata bahasa Arab klasik yang tidak
memakai harakat, dan tanda baca lainnya. Ketiga, bidang tersebut
merupakan tradisi turun temurun, sehingga kemampuan di bidang itu memberikan
“rasa percaya diri (gengsi) tersendiri di kalangan mereka.[1]
Kategori Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap
tata
ran linguistik
(kebahasaan). Ada kesalahan yang terjadi dalam
tata
ran fonologi, morfologi,
sintaksis, wacana dan semantik. Kesalahan
berbahasa
dapat disebabkan oleh
intervensi (tekanan) bahasa pertama (B1)
terhadap b
ahasa kedua (B2). Kesalahan
berbahasa yang paling umum terjadi akibat
penyimpan
gan kaidah bahasa. Hal itu
terjadi oleh perbedaan kaidah (struktur) bahasa
per
tama (B1) dengan bahasa
kedua (B2). Selain itu kesalahan terjadi oleh
adany
a transfer negatif atau
intervensi B1 pada B2. Dalam pengajaran bahasa,
kes
alahan berbahasa
Analisis Kesalahan Berbahasa
7
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya:
kuriku
lum, guru, pendekatan,
pemilihan bahan ajar, serta cara pengajaran
bahasa
yang kurang tepat (Tarigan,
1997).
Burt, Dulay, maupun Krashen (1982) membedakan
wilay
ah (taksinomi)
kesalahan berbahasa menjadi kesalahan atau
kekhilaf
an:
1.
taksonomi kategori linguistik;
2.
taksonomi kategori strategi performasi;
3.
taksonomi kategori komparatif;
4.
taksonomi kategori efek komunikasi.
Anda dapat mempelajari taksonomi tersebut dalam
saj
ian berikut.
Taksonomi kesalahan berbahasa itu, menurut
Nurhadi
(1990), dibedakan sebagai
berikut.
Taksonomi kategori linguistik membedakan
kesalahan
berdasarkan
komponen bahasa dan konsisten bahasa.
Berdasarkan k
omponen bahasa, wilayah
kesalahan dibedakan menjadi:
1.
kesalahan tataran fonologi;
2.
kesalahan tataran morfologi dan sintaksis;
3.
kesalahan tataran semantik dan kata;
4.
kesalahan tataran wacana.
Berdasarkan konstituen bahasa, kesalahan
terjadi pa
da tataran penggunaan
unsur-unsur bahasa ketika dihubungkan dengan
unsur
bahasa lain dalam satu
bahasa. Misalnya frase dan klausa dalam tataran
sin
taksis atau morfem-morfem
gramatikal dalam tataran morfologi.
Berdasarkan taksonomi kategori strategi
performasi,
kesalahan didasarkan
kepada penyimpangan bahasa yang terjadi pada
pemero
lehan dan pengajaran
bahasa kedua (B2). Pendeskripsian kesalahan ini
seh
arusnya dipertimbangkan
atau dihubungkan dengan proses kognitif pada
saat a
nak (siswa) memproduksi
(merekonstruksi) bahasanya.
Analisis Kesalahan Berbahasa
8
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
Dalam kategori strategi performasi, tataran
kesalah
an bahasa dapat
dibedakan menjadi 4 (empat) kesalahan. Berikut
adal
ah keempat kesalahan
kategori strategi performasi:
1.
Penanggalan (
omission
), penutur bahasa menanggalkan satu atau lebih
unsu
r-
unsur bahasa yang diperlukan dalam suatu frase
atau
kalimat. Akibatnya
terjadi penyimpangan konstruksi frase atau
kalimat.
2.
Penambahan (
addition
), penutur bahasa menambahkan satu atau lebih
unsur
-
unsur bahasa yang tidak diperlukan dalam suatu
fras
e atau kalimat. Akibatnya
terjadi penyimpangan konstruksi frase atau
kalimat.
3.
Kesalahbentukan (
misformation
), penutur membentuk suatu frase atau kalimat
yang tidak sesuai kaidah bahasa itu. Akibatnya
kons
truksi frase atau kalimat
menjadi salah (penyimpangan) kaidah bahasa.
4.
Kesalahurutan (
misordering
), penutur menyusun atau mengurutkan unsur-
unsur bahasa dalam suatu konstruksi frase atau
kali
mat di luar kaidah bahasa
itu. Akibatnya frase atau kalimat itu
menyimpang da
ri kaidah bahasa.
Berdasarkan taksonomi komparatif, kesalahan
dibedak
an menjadi 4
(empat) tataran kesalahan. Berikut adalah
keempat j
enis kesalahan berdasarkan
taksonomi komparatif.
1.
Kesalahan interlingual disebut juga kesalahan
inter
ferensi, yakni: kesalahan
yang bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa
pertam
a (B1) terhadap bahasa
kedua (B2).
2.
Kesalahan intralingual adalah kesalahan akibat
perk
embangan. Kesalahan
berbahasa bersumber dari penguasaan bahasa
kedua (B
2) yang belum
memadai.
3.
Kesalahan ambigu adalah kesalahan berbahasa
yang me
refleksikan kesalahan
interlingual dan intralingual. Kesalahan ini
diakib
atkan kesalahan pada
interlingual dan intralingual.
4.
Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa yang
tidak d
apat dideskripsikan
berdasarkan tataran kesalahan interlingual dan
intr
alingual. Kesalahan ini
tidak dapat dilacak dari B1 maupun B2.
Misalnya: an
ak kecil yang mulia
Analisis Kesalahan Berbahasa
9
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
belajar berbicara dalam suatu bahasa, tidak
sedikit
tuturan (kata frase atau
kalimat) yang tidak dapat dijelaskan dari B1
maupun
B2.
Berdasarkan kategori efek komunikasi, kesalahan
bah
asa dapat dibedakan
menjadi kesalahan lokal dan kesalahan global.
Berda
sarkan jenis penyimpangan
bahasa, kesalahan lokal adalah kesalahan
konstruksi
kalimat yang ditanggalkan
(dihilangkan) salah satu unsurnya. Akibatnya
proses
komunikasi menjadi
terganggu. Misalnya: penutur menggunakan
kalimat at
au tuturan yang janggal
atau “
nyeleneh
” saat berkomunikasi. Adapun kesalahan global
adala
h tataran
kesalahan bahasa yang menyebabkan seluruh
tuturan a
tau isi yang dipesankan
dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis,
menja
di tidak dapat dipahami.
Akibat frase ataupun kalimat yang digunakan
oleh pe
nutur berada di luar kaidah
bahasa manapun baik B1 maupun B2.
3.
Sumber Kesalahan Berbahasa
Sumber kesalahan berbahasa secara tersirat
sudah da
pat dipahami oleh
anda dalam sajian sebelum ini. Penyimpangan
bahasa
yang dilakukan oleh para
penutur, terutama anak (siswa) dalam
pemerolehan da
n pembelajaran bahasa.
Berdasarkan kategori taksonomi kesalahan atau
kekel
iruan bahasa, anda sudah
dapat memprediksikan sumber-sumber kesalahan
bahasa
.
Dalam konteks ini sumber kesalahan itu adalah
“Perg
unakanlah bahasa
Indonesia yang baik dan benar.” Dari parameter
peng
gunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar kemudian dihubungkan dengan
pem
belajaran bahasa
Indonesia di sekolah, itulah sumber yang utama
untu
k analisis kesalahan bahasa
dalam sajian ini. Penyimpangan bahasa yang
diukur b
erada pada tataran (wilayah)
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan
wacana
yang dihubungkan dengan
faktor-faktor penentu dalam komunikasi.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
0 komentar:
Posting Komentar