Kamis, 02 Agustus 2012 | By: namakuameliya

puisi arab "borobudur part I" dan artinya


*هيكل برابُوضور
برابُوضور اسمه
معاجب الدنيا قالو عنه
بلحقيقة احزمة فيه
ارث غير مقرأ فيه
قالو ِنه برابُوضور
وارثةالاندنسي
لكن الحقيقة متكسر
ثما ئيل بلا الرأس
بان متحف قديم
متين فى زوية البستان
زيان القدماء غير شكل
متئبر قاصم غير ملك
نظرت مسكينان الى شيخ
منوال بالتبسم الفارغ
طفل الذي لابد بعيد من ابيه
لو كان فى القلب يرد معا




borobudur
Namanya sih Borobudur
Katanya sih keajaiban dunia
Tapi nyatanya kendur
Relif-relif tanpa terbaca

Katanya sih Borobudur
Warisan asli Indonesia
Tapi nyatanya ancur
Patung-patung tanpa kepala

Museum usang terpampang
Kokoh disudut taman
Hiasan bersejarah tanpa tampang
Tercecer rapuh tak bertuan

Aku iba melihat lelaki tua
Berpose dengan senyuman hampa
Anak yang harus jauh dari bapaknya
Walau dalam hati ingin bersama

Akulah samudra raksa
Dengan berani membelah ombak
Walau kini hanya cerita
Tapi akulah sang penakluk

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Sabtu, 17 Maret 2012 | By: namakuameliya

Analisis Cerpen Arinillah


a.      Metode yang digunakan
Analisis  dalam karya sastra tini menggunakan  kajian metode struktural. Menurut kaum strukturalisme, sebuah karya sastra adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsurnya. Analisis karya dengan metode struktural dapat dilakukang dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik karya sastra termasuk di dalamnya tokoh dan penokohanTokoh dalam karya fiksi adalah siapa yang ada dalam cerita tersebut. Penokohan menunjuk sifat, sikap, watak, dan karakter pada tokoh tertentu. Karakter atau perwatakan pada tokoh adalah utility yang utuh.
Setiap pengarang memiliki kebebasan untuk menggunakan tokoh sekehendaknya. Yang menjadi hal penting adalah bahwa sebagai karya naratif, karya sastra menceritakan seorang tokoh atau lebih yang memiliki watak, karakter, dan kepribadian yang berbeda-beda. Semuanya berhubungan dengan aspek psikologi dalam karya sastra yang akan dipaparkan selanjutnya.
b.      Penokohan dan Unsur Cerita yang lain
Karya fiksi adalah keutuhan artistik, dimana setiap unsurnya saling membangun. Antara unsur tokoh dengan tema, plot, dan sebagainya memiliki koherensi yang sangat kuat dan tidak bisa dilepaskan satu sama lain.
Dalam kehidupan nyata, tokoh yang berperan adalah manusia sebenarnya yang menjalani kehidupannya masing-masing. Tingkah laku, peristiwa, sikap, dan pikiran manusia telah ditentukan oleh Sang Pencipta. Manusia dalam ralitas tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang meskipun sebelumnya telah direncanakan secara matang. Kehidupan manusia tidak dapat ditebak, berliku, lurus, terhambat, mulus, atau sebagainya seolah seperti jalan hidup manusia. Rencana hidup dituliskan dalam takdir Yang Maha Kuasa. Inilah perbedaan antara kehidupan nyata dan ‘kehidupan fiktif’. Kehidupan nayata tidak memiliki plot yang diketahui dengan jelas, sedangkan dalam karya fiksi memiliki plot jelas yang ditentukan oleh pengarang sekehendaknya.
Tokoh sebagai ‘pelaku’ dalam karya membawa pikiran pembaca untuk mengetahui alur cerita karena tokoh fiksi tidak mungkin keluar dari jalur plot yang telah ditentukan. Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh dan bagimana cara mengatasi masalah dalam peristiwa tersebut adalah kerjasama yang erat antara plot dan tokoh atau penokohan. Terkadang pembaca mengharapkan tokoh fiksi sesuai dengan pikirannya yang dipengaruhi oleh kehidupan nyata. Sebagai contoh, tokoh yang sombong, kikir, korupsi seharusnya berujung dengan kematian atau penderitaan yang panjang. Tokoh yang baik, dermawan, murah hati, ramah, sopan, suka, rajin beribadah seharunya berujung dengan kebahagiaan.
Dalam cerpen Arinillah karya Taufik Hakim, – seorang sastrawan Mesir – terdapat tokoh seorang anak yang menginginkan agar ayahnya memperlihatkan Allah padanya. Dengan bahasa yang bijak ia berkata pada ayahnya, “Wahai Ayah, engkau sering beribicara banyak tentang Allah. Perilhatkanlah kepadaku!” Perkataan merupakan bahasa seseorang yang sudah memiliki kecerdasan yang tinggi disertai dengan respon yang kuat pada stimulus yang merangsangnya
Tokoh yang diangkat dan dianalisis dalam penelitian ini adalah tokoh seorang anak dalam cerpen Arinillah karya Taufiq Hakim. Sebagai gambaran, berikut ini adalah sebagian cerita yang melukiskan tokoh anak tersebut.
Pada zaman dahulu , ada seorang lelaki yang shalih dan bersih hati. Ia diberikan seorang anak yang cerdas oleh Allah swt, anak itu fasih berbicara karena kecerdasannya.
Pada suatu hari, ayah dan anak itu duduk bersama dan berbincang seperti dua orang sahabat, padahal antara ayah dan anak itu memiliki perbedaan umur yang cukup jauh. Ia memandangi anaknya lalu berkata:
“Aku bersyukur pada Allah!, engkau adalah nikmat yang Allah berikan padaku!”
Kemudian anak itu berkata:
“Wahai ayah, engkau sering memperbincangkan tentang Allah, perlihatkanlah Dia kepadaku!”
“Apa yang kamu ucapkan, Anakku?” ia menunduk dan kebingungan mendengar perkataan anaknya. Lalu ia berkata pada anaknya seolah seperti bicara pada dirinya sendiri.
“Engkau ingin agar aku memperlihatkan Allah padamu?”
“Ya, Perlihatkanlah Allah padaku!”
“Bagaimana aku bisa memperlihatkan yang aku pun belum pernah melihatNya!”
“Lalu, kenapa engkau tidak bisa melihatNya?”
“Karena aku tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya.”
“Kalau begitu, sekarang Ayah pergi mencariNya kemudian perlihatkanlah Allah padaku!”
“Baiklah, aku akan melakukannya. Aku akan melakukannya, Anakku!”
Dari potongan cerita di atas, diketahui bahwa anak itu memiliki kecerdasan yang luar biasa sehingga ia ingin melihat Allah. Dalam buku Psikologi Perkembangan dijelaskan bahwa seorang anak memiliki kemampuan berfikir dan melihat hubungan-hubungan dengan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Kemampuan untuk bertanya tentang segala sesuatu yang tidak dipahaminya akan muncul. Kemampuan ini disebabkan karena rangsangan yang sering diterimanya, dalam tokoh ini, rangsangan seorang ayah sering menyebutkan nama Allah menjadi pendorong keberaniannya untuk bertanya dan ingin mengetahui tentang Allah.
Awalnya seorang anak tidak akan memperhatikan hal-hal kecil seperti yang sering dilakukan oleh tokoh ayah dalam cerpen tersebut. Konsep Tuhan bagi anak-anak adalah seseorang yang sama seperti manusia. Inilah yang menjadi pendorong lain bagaiman tokoh anak itu ingin melihat Allah.
Seorang anak akan berbicara sekehendaknya saja, tak pernah memikirkan bagaimana perkataannya itu dimengerti dan menjadi pemikiran orang lain. Dengan polos (bagi anak-anak biasa) tokoh anak dalam karya sastra tersebut berkata: Perlihatkanlah Allah kepadaku!.
Setelah itu pun ia bertanya mengapa ayahnya tidak pernah melihat Allah, ini merupakan kecerdasan yang luar biasa bagi seorang anak. Faktor genetis bisa saja menjadi pengaruhnya. Keberaniannya bertanya bukti kecerdasan dan keingintahuannya.
Bahkan dengan ringan tokoh anak itu menyuruh ayahnya mencari Allah supaya bisa diperlihatkan kepadanya. Dari semua ucapan anak itu, dijelasakan dengan menggunakan konsep psikologi bahwa pembicaraan seorang anak bisa menimbulkan bahaya. Dalam hal ini, bahaya tersebut bersifat positif karena mempertanyakan Tuhan.
Dalam percakapan lain dalam cerpen ini yaitu ketika sang ayah tak mampu memperlihatkan Allah kepada anaknya. Dengan petunjuk dari seorang ulama, ia mengasingkan diri dan bersujud untuk mendapatkan cinta dari Allah sehingga ia bisa melihatNya. Lelaki itu tak bergerak sama sekali ketika keluarga beserta anaknya datang dan memintanya untuk pulang. Lalu anak itu berkata:
“Ayah, apakah engkau tidak mengenaliku?”
Namun ketika anaknya berteriak, ia tidak bergerak sedikitpun. Kemudian seorang ulama itu berkata kepada keluarganya bahwasanya meskipun lelaki itu dibunuh, maka ia tidak akan merasakannya karena telah mendapatkan setengah biji dzurrah dari cinta Allah.
Anak itu berkata:
“Ini adalah dosaku yang memintanya agar memperlihatkan Allah kepadaku!”
Jika diperhatikan perkataan di atas, serasa tak mungkin jika seorang anak biasa yang masih belum baligh tahu tentang dosa. Namun, sang pengarang, yaitu Taufiq Hakim, dengan kecerdasan dan kretivitasnya lebih dulu menjelaskan bahwa tokoh anak dalam cerpennya memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang luar biasa

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Sabtu, 18 Februari 2012 | By: namakuameliya

ASPEK2 SEMANTIK


PENDAHULUAN
Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan untuk mengkajinya. Antara pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan makna. Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang mempelajari tentang makna.
Lalu apakah pengertian dari makna, aspek apa saja di dalamnya dan seperti apakah keterkaitan aspek-aspek makna tersebut dengan jenis-jenis dari makna yang dipelajari dalam semantik ? Pada bagian selanjutnya dari makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pengertian makna, aspek-aspek makna dan keterkaitannya dengan beberapa jenis makna yang dipelajari dalam semantik.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Makna
Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :
1. maksud pembicara;
2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;
3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan
4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).
Bloomfied (dalam Abdul Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti.
Dari pengertian para ahli bahsa di atas, dapat dikatakan bahwa batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.
B. Aspek-aspek Makna
Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :
1. Pengertian (sense)
Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang digunakan atau disepakati bersama. Lyons (dalam Mansoer Pateda, 2001:92) mengatakan bahwa pengertian adalah sistem hubungan-hubungan yang berbeda dengan kata lain di dalam kosakata.
2. Nilai rasa (feeling)
Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan.dengan kata lain, nilai rasa yang berkaitan dengan makna adalah kata0kata yang berhubungan dengan perasaan, baik yang berhubungan dengan dorongan maupun penilaian. Jadi, setiapkata mempunyai makna yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan.
3. Nada (tone)
Aspek makna nada menurut Shipley adalah sikap pembicara terhadap kawan bicara ( dalam Mansoer Pateda, 2001:94). Aspek nada berhubungan pula dengan aspek makna yang bernilai rasa. Dengan kata lain, hubungan antara pembicara dengan pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan.
4. Maksud (intention)
Aspek maksud menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001: 95) merupakan maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan. Maksud yang diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperatif, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau politik.
Aspek-aspek makna tersenut tentunya mempunyai pengaruh terhadap jenis-jenis makna yang ada dalam semantik. Di bawah ini akan dijelaskan seperti apa keterkaitan aspek-aspek makna dalam semantik dengan jenis-jenis makna dalam semantik.
1. Makna Emotif
Makna emotif menurut Sipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:101) adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan. Dicontohkan dengan kata kerbau dalam kalimat Engkau kerbau., kata itu tentunya menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar. Dengan kata lain,kata kerbau tadi mengandung makna emosi. Kata kerbau dihubungkan dengan sikap atau poerilaku malas, lamban, dan dianggapsebagai penghinaan. Orang yang dituju atau pendengarnya tentunya akan merasa tersimggung atau merasa tidak nyaman. Bagi orang yang mendengarkan hal tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan kepadanya tentunya akan menimbulkan rasa ingin melawan. Dengan demikian, makna emotif adalah makna dalam suatu kata atau kalimat yang dapat menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas berhubungan dengan perasaan. Makna emotif dalam bahasa indonesia cenderung mengacu kepada hal-hal atau makna yang positif dan biasa muncul sebagai akibat dari perubahan tata nilai masyarakat terdapat suatu perubahan nilai.
2. Makna Konotatif
Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna konotatif cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif (Fathimah Djajasudarma, 1999:9). Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau didengar. Misalnya, pada kalimat Anita menjadi bunga desa. Kata nunga dalam kalimat tersebut bukan berarti sebagai bunga di taman melainkan menjadi idola di desanya sebagai akibat kondisi fisiknya atau kecantikannya. Kata bunga yang ditambahkan dengan salah satu unsur psikologis fisik atau sosial yang dapat dihubungkan dengan kedudukan yang khusus dalam masyarakat, dapat menumbuhkan makna negatif.
3. Makna Kognitif
Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponenya (Mansoer Pateda, 2001:109). Kata pohon bermakna tumbuhan yang memiliki batang dan daun denga bentuk yang tinggi besar dan kokoh. Inilah yang dimaksud dengan makna kognitif karena lebih banyak dengan maksud pikiran.
4. Makna Referensial
Referen menurut Palmer ( dalam Mansoer Pateda, 2001: 125) adalah hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yamg langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses.
Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan sebagai makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga dikatakan bahwa makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis komponen.
5. Makna Piktorikal
Makna piktorikal menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:122) adalah makna yamg muncul akibat bayangan pendengar ataupembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Makna piktorikal menghadapkan manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman tentang makna kata yang diujarkan atau ditulis, misalnya kata kakus, pendengar atau pembaca akan terbayang hal yang berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kakus, seperti kondisi yang berbau, kotoran, rasa jijik, bahkan timbul rasa mual karenanya.
PENUTUP
A. Simpulan
Makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti. Batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.
Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :
1. Pengertian (sense)
2. Nilai rasa (feeling)
3. Nada (tone)
4. Maksud (intention)
Keempat aspek makna di atas memiliki keterkaitan dengan jenis makna yang ada dalam semantik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Chaer. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Abdul Wahab. 1995. Teori Semantik. Surabaya: Airlangga University Press.
Aminuddin. 1988. Semantik. Bandung: Sinar Baru.
Fathimah Djajasudarma. 1999. Semantik 2: Pemahaman Makna. Bandung: Refika Aditama.
Harimurti Kridalaksana. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mansoer Pateda. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Cahyono, Bambang Yudi. 1994. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder. 2005. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Introduction